BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan : 1.
Model Rauh berdaun lebar DL dan berbatang licin dari Rasamala Altingia sp. merupakan arsitektur pohon yang sangat baik untuk konservasi tanah dan
air dibandingkan dengan model Rauh berdaun jarum DJ dan batang yang beralur pada Pinus Pinus sp..
2. Kopi dengan model arsitektur pohon Roux yang ditanam diantara pohon
Pinus juga berperan dalam menahan erosi karena daunnya yang lebar mampu mengurangi besarnya curahan tajuk yang jatuh dari dari pohon Pinus sebelum
jatuh ke tanah. 3.
Curahan tajuk DJ dari pohon Pinus Pinus sp., sebesar 27.16 mm dan tajuk DL dari pohon Rasamala Altingia sp., sebesar 28.73 mm.
4. Aliran batang pohon Pinus, sebesar 50.57 mm dan batang pohon Rasamala,
sebesar 0.04 mm. 5.
Aliran permukaan dari lahan PHBM, sebesar 6.94 L dan hutan lindung, sebesar 4.08 L lebih kecil dibandingkan lahan tanpa tegakan,sebesar 106.22
L. 6.
Erosi dari lahan PHBM, sebesar 6.94 tonhathn dan hutan lindung, sebesar 4.08 tonhathn mempunyai laju erosi yang lebih kecil dibandingkan lahan
tanpa tegakan yang diolah untuk pertanian, yang memiliki laju erosi sangat tinggi 55.99 tonhathn.
7. Kehadiran tumbuhan bawah dan kerapatan penutupan tajuk vegetasi sangat
baik untuk memperkecil aliran permukaan sehingga mampu mengurangi laju erosi tanah.
6.2 Saran
1. Pohon pinus dapat digunakan sebagai jenis yang ditanam untuk konservasi
tanah dan air asalkan mempertahankan tumbuhan bawah dan teras bangku untuk memperkecil laju erosi.
2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan model arsitektur yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Agus F, Ginting AN, van Noordwijk M. 2002. Pilihan Teknologi AgroforestryKonservasi Tanah untuk Areal Pertanian Berbasis Kopi di
Sumberjaya. Lampung Barat. Bogor : World Agroforestry Centre ICRAF. Alegre JC, Rao MR. 1996. Soil and water conservation by contour hedging in the
humid tropics of Peru. Agric Eco and Env. 57:17-25. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Ed ke-2. Bogor : IPB Press.
Budidarsono S, Wijaya K. 2004. Praktek konservasi dalam budidaya kopi robusta dan keuntungan petani. Agrivita. 261: 126-138.
Chirino E, Bonet A, Bellot J, Sanchez JR. 2006. Effects of 30 years old Allepo pine plantations on runoff. soil erosion. and plant diversity in a semi-arid
landscape in South Eastern spine. Catena. 65:19-29. Christensen LA. 2002. Soil. nutrient. and water management systems used in
U.S. corn production. Agric
Info Bull No.774
April. http:www.ers.usda.gov.html
[1 Maret 2010]. Dariah A, Agus F, Maswar. 2008. Soil quality of the land under coffee-based
farming system case study at Sumberjaya. West Lampung. Indones J of Agric. 11: 51-57
Gyssels G, Poesen J, Bochet E. Li Y. 2005. Impact of plant roots on the resistance of soils to erosion by water : a review. Progress in Physical Geography. 22:
189-217. Hairiah K, Utami SRBL, van Noordwijk M. 2005. Neraca Hara dan Karbon dalam
Sistem Agroforestri
Lee R. 1998. Hidrologi Hutan. Yogyakarta : UGM Press. . Neth J Agric Sci. 482000: 3-17.
Halle F, Oldeman RAA. 1975. An Essay on the Architechture and Dynamics of Growth of Tropical Trees. Kuala Lumpur : Penerbit University Malaya.
Halle F, Oldeman RAA, Tomlison PB. 1978. Tropical Trees and Forest an Architecture Analysis. New York : Springer-Verlag. Berlin. Heidelberg.
New York. Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Cet ke-7. Jakarta : Akademika Pressindo
Kaimuddin. 1994. Kajian Model Pendugaan Intersepsi Hujan pada Tegakan Pinus
merkusii Junghuhn de Vriese, Agathis lorenthifolia, dan Schima walichii di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi [tesis]. Bogor : Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Kittredge J. 1948. Interception and Stemflow. Dalam Forest Influences. New York : Mc Graw-hill Book and Co.Inc.
Manokaran N. 1979. Stemflow, Throughfall and Rainfall Interception in a Lowland and Tropical Rainforest in Peninsular Malaysia. The Malaysian
Forester. 423 : 174-201. Mohammad AG, Adam MA. 2010. The impact of vegetative cover type on runoff
and soil erosion under different land uses. Catena. 30 : 1-7. Mueller D, Ellenberg. 1974. Aim and Methods of Vegetation Ecology. New York :
John Wiley and Son. Inc. Muntasib H. 1999. Hutan dan Lingkungan. Kerjasama Pusat Penyuluhan
Kehutanan dan Perkebunan dengan Fakultas Kehutanan IPB. BPPK. Departemen Kehutanan.
Oztas T, Koc A, Comakli B. 2003. Change in vegetation and soil properties longe a slope on overgrazed and eroded rangelands. J of Arid Env. 55: 93-100.
[Perum Perhutani]. 2007. Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 628KPTSDIR2007 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat Plus PHBM PLUS. Pudjiharta A. 2001. Aspek Hidrologi dari Eucalyptus. Jakarta : Departemen
Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan. Pratiwi, Mulyanto B. 2002. Pengaruh penebangan hutan terhadap tanah dan usaha
perbaikannya. Bull Lit dan Bang Hut. 3:19-32. Purwanto E, Ruijter J. 2004. Hubungan antara hutan dan fungsi daerah aliran
sungai. Di dalam: Rahayu S. editor. Dampak Hidrologis Hutan. Agroforestri. dan Pertanian Lahan Kering sebagai Dasar Pemberian
Imbalan kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia. Prosiding Lokakarya; Padang. 25-28 Feb 2004. Bogor : ICRAF. 2004. hlm 1-22.
Purwowidodo. 1986. Tanah dan Erosi Sebuah Dokumentasi. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Santosa W. 1985. Aliran Permukaan dan Erosi pada Tanah yang Tertutup oleh Tanaman Teh dan Hutan Alam di Gambung. Bandung [tesis]. Bogor :
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Setiadi D. 1998. Keterkaitan Profil Vegetasi Sistem Agroforestry Kebun Campur
dengan Lingkungannya [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Setyawati T, Bismark M. 2002. Prioritas konservasi keanekaragaman tumbuhan di Indonesia. Bull Lit dan Bang Hut. 3:131-144.
Simanjuntak D, Matanari J. 2004. Manfaat cover crops terhadap erosi dan kesuburan tanah. J Lit Perta 22: 42-47.
Sinukaban N. 2007. Soil and Water Conservation in Sustainable Development Effect of Soil Conservation Practices and Slope Lengths on Runoff. Soil
Loss and Yield of Vegetables In West Java. Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1994. Timber Trees :Major Commercial Timbers. Bogor : Prosea
Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 15 Pohon Penghasil Kayu Perdagangan Utama. Bogor : Prosea
Soewandito et.al 2002. Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan. Sedimen dan unsur hara. J Sains dan Teknologi Indones. 45.
http:www.iptek.net.id.html [ 25 Februari 2010].
Stroosnijder L. 2005. Measurement of erosion : is it possible ?. Catena. 64 : 162- 173.
Zinke PJ. 1967. Forest Interception Studies in The United State. Dalam : Sopper WE and Lull HW Ed.Symposium on Forest Hydrology. Oxford :
Pergamon Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Vegetasi Pohon, Tiang, Sapihan dan Tumbuhan
Bawah di Lahan PHBM Pinus
a. Pohon
No. Nama Lokal Nama Spesies
DR KR
FR INP
1 Pinus
Pinus merkusii Junghuhn de Vriese 46.97
83.44 42.92
173.32 2
Rasamala Altingia excelsa Noronha.
48.58 13.91
42.92 105.41
3 Puspa
Schima wallichii Korth. 4.45
2.66 14.16
21.27 Total
100.00 100.00 100.00 300.00
b. Tiang
No. Nama Lokal Nama Spesies
DR KR
FR INP
1 Pinus
Pinus merkusii Junghuhn de Vriese 100.00 100.00 100.00 300.00 Total
100.00 100.00 100.00 300.00
c. Sapihan
No. Nama Lokal
Nama Spesies DR
KR FR
INP 1
Kopi arabika Coffea arabica L.
100.00 100.00
100.00 300.00
Total 100.00
100.00 100.00
300.00
d. Tumbuhan Bawah
No. Nama Lokal
Nama Spesies KR
FR INP
1 Teklan
Eupatorium riparium Regel 61.47
10.73 72.20
2 Jukut pait
Paspalum conjugatum P.J. Bergius 10.55
10.73 21.28
3 Kopi arabika
Coffea arabica L. 13.68
7.19 20.87
4 Harendong
Melastoma affine D. Don 3.74
10.73 14.47
5 Pacar air
Impatiens balsamina L. 3.61
10.73 14.34
6 Jenggut
Memorialis pentandra Wedd. 1.23
7.19 8.41
7 Tali said
Aneilema nudiflorum L. R. Br. 0.34
7.19 7.53
8 Paku geulis
Cyclosorus sp. 0.14
7.19 7.32
9 Babadotan
Ageratum conyzoides L. 2.45
3.54 5.99
10 Jampang piit
Eleusine indica L. Gaertn 0.95
3.54 4.49
11 Antanan
Viola arcuata Blume 0.88
3.54 4.43
12 Sawuheun
Setaria palmifolia Stapf. 0.61
3.54 4.15
13 Cabe kingki
Solanum capsicastrum Link ex Schauer 0.14
3.54 3.68
14 Ciplukan
Physalis angulata Linn. 0.07
3.54 3.61
15 Jukut ibun
Drymaria cordata Willd.ex Schult. 0.07
3.54 3.61
16 Gewor
Commelina diffusa Burm. 0.07
3.54 3.61
Total 100.00
100.00 200.00
Lampiran 2. INP Pohon, Tiang, Sapihan, Tumbuhan Bawah dan Model Arsitektur di Lahan PHBM Pinus
No. Nama Lokal
Nama Latin INP
Model Arsitektur
Pohon Tiang
Sapihan Tumbuhan
Bawah 1
Pinus Pinus merkusii Junghuhn de
Vriese 173.32
300.00 Rauh
2 Rasamala
Altingia excelsa Noronha. 105.41
Rauh 3
Puspa Schima wallichii Korth.
21.27 Rauh
4 Kopi Arabika
Coffea arabica L. 299.99
20.87 5
Pacar air Impatiens balsamina L.
14.34 6
Babadotan Ageratum conyzoides L.
5.99 7
Antanan Viola arcuata Blume
4.43 8
Ciplukan Physalis angulata Linn.
3.61 9
Tali said Aneilema nudiflorum L. R. Br.
7.53 10
Jampang piit Eleusine indica L. Gaertn
4.54 11
Jukut pait Paspalum conjugatum P.J.
Bergius 21.91
12 Jenggut
Memorialis pentandra Wedd. 8.41
13 Harendong
Melastoma affine D. Don 14.54
14 Teklan
Eupatorium riparium Regel 72.23
15 Jukut ibun
Drymaria cordata Willd.ex Schult.
3.61 16
Paku geulis Cyclosorus sp.
7.32 17
Cabe kingki Solanum capsicastrum Link ex
Schauer 3.77
18 sawuheun
Setaria palmifolia Stapf 4.23
19 Gewor
Commelina diffusa Burm. 3.61
Total 300.00
300.00 299.99
200.99
Lampiran 3. Hasil Analisis Vegetasi Pohon, Tiang, Sapihan dan Tumbuhan Bawah di Hutan Lindung
a. Pohon
No Nama Lokal
Nama Spesies DR KR
FR INP
1 Puspa
Schima wallichii Korth. 9.88
30.77 27.25
67.90 2
Kibancet Turpinia sphaerocarpa Hassk.
2.68 7.69
9.08 19.45
3 Kokopian
Plectronia glabra Benth. Hook.f. ex Kurz 3.27
7.69 9.08
20.04 4
Kihonje Pittosporum ferrugineum W.T.Aiton
9.28 7.69
9.08 26.05
5 Huru batu
Litsea noronhae Blume 8.95
15.38 18.17
42.50 6
Rasamala Altingia excelsa Noronha.
63.34 23.08
18.17 104.58
7 Saninten
Castanopsis argentea Korth. 2.61
7.69 9.08
19.38 Total
100.01 99.99
99.91 299.90
b. Tiang No
Nama Lokal Nama Spesies
DR KR FR
INP 1
Puspa Schima wallichii Korth.
20.62 33.33
20.00 73.96
2 Spesies E
Sanicula elata Buch-Ham. Ex D. Don 7.56
16.67 20.00
44.23 3
Nangsi Villebrunea rubescens Blume
11.29 16.67
20.00 47.96
4 Seuseureuhan
Piper aduncum L. 44.14
16.67 20.00
80.81 Total
83.61 83.34
80.00 246.96
c. Sapihan No
Nama Lokal Nama Spesies
DR KR FR
INP 1
Puspa Schima wallichii Korth.
6.13 5.56
8.33 20.01
2 Kokopian
Plectronia glabra Benth. Hook.f. ex Kurz 1.16
5.56 8.33
15.05 3
Dadap Erythrina lithosperma Miq
6.67 5.56
8.33 20.56
4 Seuseureuhan
Piper aduncum L. 11.86
5.56 8.33
25.75 5
Spesies A Phyllanthus urinaria L.
28.04 11.11
8.33 47.48
6 Huru koneng
Litsea angulata Bl 3.75
5.56 8.33
17.64 7
Ramogiling Trevesia sundaica L.
1.16 5.56
8.33 15.05
8 Kicareuh
Alangium chinense Lour. Harms Rehd. 1.16
5.56 8.33
15.05 9
Nangsi Villebrunea rubescens Blume
18.53 5.56
8.33 32.42
Total 78.46
55.59 74.97
209.01 d. Tumbuhan Bawah
No Nama Lokal
Nama Spesies KR
FR INP
1 Paku geulis
Nephrolepis hirsutula G.Forst. C. Preslt 10.08
8.82 18.91
2 Cariwuh
Schismatoglottis calyptrata Zoll. Moritzi. 4.20
2.94 7.14
3 Cerem
Macropanax dispermumKunze. 5.04
5.88 10.92
4 Canar
Smilax leucophylla Blume 2.52
5.88 8.4
5 Spesies D
Sp. D 0.84
2.94 3.78
6 Suangkung
Carriyota mitis 0.84
2.94 3.78
7 Harendong
Melastoma affine D. Don 14.29
8.82 23.11
Lanjutan No
Nama Lokal Nama Spesies
KR FR
INP 8
Paku A Paku A
0.84 2.94
3.78 9
Jampang piit Eleusine indica L. Gaertn
35.29 5.88
41.18 10
Jukut ilat Scleria purpurascens Steud.
3.36 5.88
9.24 11
Huru Litsea umbellata Merr.
0.84 2.94
3.78 12
Kareumbi Homolanthus populneus Kuntze
0.84 2.94
3.78 13
Kirinyuh jalu Clibadium surinamense L.
0.84 2.94
3.78 14
Gewor Commelina diffusa Burm.
0.84 2.94
3.78 15
Gadung Dioscorea alata L.
1.68 2.94
4.62 16
Amis panon Ficus montana Burm.f.
1.68 2.94
4.62 17
Paku anam Mycrolepias strigosa
4.20 2.94
7.14 18
Pacing Costus speciosus Sm.
1.68 2.94
4.62 19
Bubuay Plectocomia elongata Mart. Blume
0.84 2.94
3.78 20
Hareueus Rubus moluccanus L.
0.84 2.94
3.78 21
Kihampelas Ficus ampelas Burm.f.
0.84 2.94
3.78 22
Spesies B Sp. B
0.84 2.94
3.78 23
Kitoke Archidendron clypearia Jack I.C.Nielsen
0.84 2.94
3.78 24
Spesies C Ficus ribes Reinw ex Bl.
0.84 2.94
3.78 Total
94.94 94.08
189.00
Lampiran 4. INP Pohon, Tiang, Sapihan, Tumbuhan Bawah dan Model Arsitektur di Hutan Lindung
No Nama Lokal
Nama Latin INP
Model Arsitektu
Pohon Tiang
Sapihan Tumbuhan
Bawah 1
Puspa Schima wallichii Korth.
67.90 73.96
20.02 Rauh
2 Kibancet
Turpinia sphaerocarpa Hassk. 19.45
Massart 3
Kokopian Plectronia glabra Benth.
Hook.f. ex Kurz 20.04
15.05 Roux
4 Kihonje
Pittosporum ferrugineum W.T.Aiton
26.05 Attims
5 Huru batu
Litsea noronhae Blume 42.50
Rauh 6
Rasamala Altingia excelsa Noronha.
104.58 Rauh
7 Saninten
Castanopsis argentea Korth. 19.38
Stone 8
Ganitri beureum
Elaeocarpus angustifolius Blume
53.05 9
Calincing jawa
Sanicula elata Buch-Ham. Ex D. Don
44.24 10
Nangsi Villebrunea rubescens Blume
47.60 32.42
11 Seuseureuha
n Piper aduncum L.
80.81 25.75
12 Damar
Agathis dammaraL.C. Richard 91.00
13 Dadap
Erythrina lithosperma Miq 20.56
14 Spesies A
Phyllanthus urinaria L. 47.48
15 Huru koneng
Litsea angulata Bl 17.64
16 Tusuk sate
kalingkem Trevesia sundaica L.
15.05 17
Kicareuh Alangium chinense Lour.
Harms Rehd. 15.05
18 Congkok
Curculigo orcioides Gaeratn. 10.92
19 Paku geulis
Nephrolepis hirsutula G.Forst. C. Preslt
18.91 20
Cariwuh Schismatoglottis calyptrata Zoll.
Moritzi. 7.14
21 Cerem
Macropanax dispermumKunze. 10.92
22 Canar
Smilax leucophylla Blume 8.40
23 Spesies D
Sp. D 3.78
24 Suangkung
Carriyota mitis 3.78
25 Harendong
Melastoma affine D. Don 23.11
26 Paku A
Paku A 3.78
27 Jampang piit
Eleusine indica L. Gaertn 41.18
28 Jukut ilat
Scleria purpurascens Steud. 9.24
29 Huru
Litsea umbellata Merr. 3.78
30 Kareumbi
Homolanthus populneus Kuntze 3.78
31 Kirinyuh
jalu Clibadium surinamense L.
3.78 32
Gewor Commelina diffusa Burm.
3.78 33
Gadung Dioscorea alata L.
4.62 34
Amis panon Ficus montana Burm.f.
4.62 35
Paku anam Mycrolepias strigosa
7.14 36
Pacing Costus speciosus Sm.
4.62
Lanjutan
No Nama Lokal
Nama Spesies INP
Model Arsitektu
Pohon Tiang
Sapihan Tumbuhan
Bawah 37
Bubuay Plectocomia elongata Mart.
Blume 3.78
38 Hareueus
Rubus moluccanus L. 3.78
39 Kihampelas
Ficus ampelas Burm.f. 3.78
40 Spesies B
Sp. B 3.78
41 Kitoke
Archidendron clypearia Jack I.C.Nielsen
3.78 42
Spesies C Ficus ribes Reinw ex Bl.
3.78 Total
299.90 299.66
300.00 200.00
Lampiran 5. Hasil Analisis Vegetasi dan Nilai INP di Lahan Tanpa Tegakan
No Nama Lokal
Nama Latin 1M
KR DR
FR INP
1 Saliara
Lantana camara 0.08
0.06 0.03
0.19 0.28
2 Jukut Pait
Paspalum conjugatum P.J. Bergius
8.01 5.97 16.38
4.28 26.63
3 Paniir Jangkrik
Digitaria timorensis Kunth Balansa
5.89 4.39
7.90 6.53
18.81 4
Jukut Babi Richidia brasiliensis
18.80 14.00 11.29 15.63
40.93 5
Sintrong Leuweung Crassocephalum
crepidiodes Benth. 9.56
7.12 5.45
14.31 26.89
6 Sp1
Hyptis pectinata Poit. 5.06
3.77 8.67
6.73 19.16
7 Sp2
Labiateae 0.13
0.09 0.34
0.31 0.75
8 Sp3
Borreria levis Griseb. 0.25
0.19 0.44
0.62 1.25
9 Antanan
Viola arcuata Blume 0.50
0.37 0.37
1.25 1.99
10 Babadotan
Ageratum conyzoides L. 18.36 13.67 13.35
16.35 43.37
11 Jalantir
Erigeron sumatrensis Retz.
2.94 2.19
8.05 2.94
13.18 12
Jukut Ibun Drymaria cordata
Willd.ex Schult. 0.33
0.25 0.51
0.83 1.59
13 Sadagori
Sida rhombifolia 10.24
7.62 13.98 13.75
35.35 14
Susuukan Richardia brasiliensis
Gomez 1.25
0.93 0.56
1.56 3.05
15 Sawuheun
Setaria palmifolia Stapf 1.90
1.41 2.25
2.84 6.51
16 Hareuga
Bidens pilosa L. 1.33
0.99 1.26
3.33 5.57
17 Jonge
Emilia sonchifolia L. DC.
3.40 2.53
4.94 4.24
11.71 18
Sp4 Poaceae
0.23 0.17
0.49 0.28
0.94 19
Calincing Oxalis barrelieri L.
1.00 0.74
1.84 4.99
7.58 20
Babalingbingan Oxalis corniculata L.
0.50 0.37
0.64 1.25
2.26 Total
66.84 98.75 102.21 267.80
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Curahan Tajuk, Aliran Batang, Aliran Permukaan, dan Laju Erosi Tanah di Lahan PHBM
No Tanggal
Curah Hujan Curahan
Tajuk Aliran Batang
Aliran Permukaan
Erosi Tanah
1 14 Oktober 2010
46.90 88.00
97.41 88.77
197.72 2
15 Oktober 2010 46.90
94.00 120.82
192.72 884.14
3 18 Oktober 2010
41.32 80.80
48.00 182.61
703.29 4
19 Oktober 2010 53.60
96.60 279.58
988.42 972.86
5 20 Oktober 2010
20.10 70.70
158.18 198.14
795.98 6
26 Oktober 2010 14.52
15.60 7.19
54.34 117.73
7 27 Oktober 2010
24.57 47.90
68.77 104.57
238.78 8
30 Oktober 2010 23.45
48.70 151.44
66.20 123.81
9 02 Nopember 2010
20.10 92.40
108.52 189.03
291.08 10
03 Nopember 2010 29.03
90.20 127.01
204.32 423.53
11 04 Nopember 2010
23.45 84.80
111.25 221.84
509.38 12
07 Nopember 2010 36.85
80.00 149.67
205.77 813.59
13 08 Nopember 2010
20.10 33.05
86.10 67.75
151.75 14
11 Nopember 2010 26.80
45.40 57.36
94.57 77.13
15 13 Nopember 2010
23.45 41.50
51.05 80.03
51.29 16
15 Nopember 2010 36.85
90.50 91.68
98.05 54.04
17 17 Nopember 2010
20.10 46.90
78.38 100.66
163.90 18
19 Nopember 2010 23.45
57.35 65.85
99.07 127.71
19 22 Nopember 2010
30.15 71.70
66.60 92.63
147.73 20
25 Nopember 2010 26.80
52.70 47.12
86.09 72.73
21 28 Nopember 2010
30.15 88.60
150.09 197.04
86.87 22
30 Nopember 2010 46.90
107.70 210.71
329.35 476.26
23 01 Desember 2010
67.00 119.90
411.83 528.24
507.10 24
03 Desember 2010 70.35
186.40 436.15
393.24 1892.78
25 04 Desember 2010
73.70 195.20
445.39 823.87
506.64 26
05 Desember 2010 70.35
183.90 458.34
386.59 205.83
27 07 Desember 2010
67.00 161.80
429.49 390.29
364.11 28
12 Desember 2010 55.83
94.00 225.57
226.91 266.23
29 20 Desember 2010
23.45 55.04
74.89 77.71
10.39 30
24 Desember 2010 23.45
61.50 110.16
122.25 132.78
31 26 Desember 2010
29.03 69.20
107.77 128.79
45.91 32
05 Januari 2011 16.75
42.90 34.82
50.99 30.74
33 08 Januari 2011
17.87 38.40
46.60 54.19
9.07 34
09 Januari 2011 23.45
36.90 43.87
42.04 15.33
Total 1203.80
2770.24 5157.70
7167.10 337.29
Rata-rata 35.41
27.16 50.57
70.27 6.94
Keterangan : CH = Curah Hujan, CT = Curahan Tajuk, AB = Aliran Batang, AP = Aliran Permukaan, ET = Erosi Tanah
Lampiran 9. Hasil Pengukuran Curahan Tajuk, Aliran Batang, Aliran Permukaan, dan Laju Erosi Tanah di Hutan Lindung
No Tanggal
Curah Hujan
Curahan Tajuk
Aliran Batang
Aliran Permukaan
Erosi Tanah
1 14 Oktober 2010
46.90 30.00
0.01 12.56
181.36 2
15 Oktober 2010 46.90
33.00 0.02
49.62 120.05
3 18 Oktober 2010
41.32 30.50
0.01 25.72
13.61 4
19 Oktober 2010 53.60
33.20 0.04
93.83 227.47
5 20 Oktober 2010
20.10 33.60
0.02 34.87
37.49 6
26 Oktober 2010 14.52
0.10 0.00
0.40 2.60
7 27 Oktober 2010
24.57 33.40
0.02 30.30
83.33 8
30 Oktober 2010 23.45
18.30 0.04
27.61 72.54
9 02 Nopember 2010
20.10 33.10
0.02 47.06
118.70 10
03 Nopember 2010 29.03
33.10 0.04
48.20 96.40
11 04 Nopember 2010
23.45 29.20
0.04 68.50
137.00 12
07 Nopember 2010 36.85
22.70 0.02
32.40 112.66
13 08 Nopember 2010
20.10 15.00
0.00 18.33
31.13 14
11 Nopember 2010 26.80
29.70 0.02
40.22 100.93
15 13 Nopember 2010
23.45 23.10
0.01 21.50
30.34 16
15 Nopember 2010 36.85
31.20 0.03
48.18 41.53
17 17 Nopember 2010
20.10 17.90
0.01 28.37
64.70 18
19 Nopember 2010 23.45
21.10 0.01
32.27 79.26
19 22 Nopember 2010
30.15 33.20
0.02 44.12
50.05 20
25 Nopember 2010 26.80
27.10 0.01
32.27 33.81
21 28 Nopember 2010
30.15 34.10
0.02 68.37
337.03 22
30 Nopember 2010 46.90
34.10 0.06
88.46 317.62
23 01 Desember 2010
67.00 45.20
0.12 124.96
1573.19 24
03 Desember 2010 70.35
46.70 0.15
133.14 809.66
25 04 Desember 2010
73.70 43.60
0.14 130.54
388.75 26
05 Desember 2010 70.35
42.90 0.15
113.43 1015.42
27 07 Desember 2010
67.00 52.20
0.14 116.26
165.50 28
12 Desember 2010 55.83
40.30 0.10
87.05 190.96
29 20 Desember 2010
23.45 26.00
0.01 26.51
10.48 30
24 Desember 2010 23.45
17.10 0.01
37.25 6.77
31 26 Desember 2010
29.03 18.90
0.01 40.17
7.05 32
05 Januari 2011 16.75
13.20 0.01
15.17 54.34
33 08 Januari 2011
17.87 16.10
0.01 16.67
8.85 34
09 Januari 2011 23.45
17.90 0.01
14.24 7.98
Total 1203.80
976.80 1.35
1748.50 192.02
Rata-rata 35.41
28.73 0.04
51.43 4.08
Keterangan : CH = Curah Hujan, CT = Curahan Tajuk, AB = Aliran Batang, AP = Aliran Permukaan, ET = Erosi Tanah
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Curahan Tajuk, Aliran Batang, Aliran Permukaan, dan Laju Erosi Tanah di Lahan Tanpa Tegakan
Keterangan : CH = Curah Hujan, AP = Aliran Permukaan, ET = Erosi Tanah No
Tanggal Curah
Hujan Aliran
Permukaan Erosi
Tanah
1
14 Oktober 2010
46.90 14.72
54.14 2
15 Oktober 2010
46.90 21.17
226.06 3
18 Oktober 2010
41.32 153.98
7832.26 4
19 Oktober 2010
53.60 197.36
5466.80 5
20 Oktober 2010
20.10 198.10
9451.89 6
26 Oktober 2010
14.52 66.86
258.37 7
27 Oktober 2010
24.57 62.20
549.01 8
30 Oktober 2010
23.45 55.18
2014.55 9
02 Nopember 2010
20.10 75.55
648.90 10
03 Nopember 2010
29.03 124.91
458.46 11
04 Nopember 2010
23.45 132.71
2502.97 12
07 Nopember 2010
36.85 49.60
420.71 13
08 Nopember 2010
20.10 5.48
28.01 14
11 Nopember 2010
26.80 74.56
740.91 15
13 Nopember 2010
23.45 54.61
696.81 16
15 Nopember 2010
36.85 96.67
804.96 17
17 Nopember 2010
20.10 68.47
3315.69 18
19 Nopember 2010
23.45 44.77
303.76 19
22 Nopember 2010
30.15 69.15
1012.92 20
25 Nopember 2010
26.80 83.91
477.68 21
28 Nopember 2010
30.15 136.72
3198.70 22
30 Nopember 2010
46.90 201.43
936.00 23
01 Desember 2010
67.00 250.94
28909.59 24
03 Desember 2010
70.35 264.80
26503.05 25
04 Desember 2010
73.70 271.77
37650.26 26
05 Desember 2010
70.35 258.56
41805.88 27
07 Desember 2010
67.00 243.94
236.12 28
12 Desember 2010
55.83 88.26
1417.65 29
20 Desember 2010
23.45 61.03
305.16 30
24 Desember 2010
23.45 97.51
373.77 31
26 Desember 2010
29.03 101.98
63.04 32
05 Januari 2011
16.75 32.90
107.52 33
08 Januari 2011
17.87 37.47
158.69 34
09 Januari 2011
23.45 41.01
264.82 Total
1203.80 3738.26
5119.86 Rata-rata
35.41 109.95
55.99
Lampiran 11. Keadaan Lahan PHBM Pinus, Hutan Lindung, dan Lahan Tanpa Tegakan
a. Lahan PHBM pinus yang ditanami kopi
b. Hutan lindung sebagai kontrol
c. Lahan tanpa tegakan sebagai kontrol
ABSTRACT
RITA SUGIHARTI AINILLAH. Correlation of Rauh Model Tree Architecture on Pinus merkusii Junghuhn de Vriese to Soil and Water Conservation in CBFM
Area Planted Coffea arabica L. RPH Gambung KPH Bandung Selatan. Under direction of DEDE SETIADI and LIES BAHUNTA.
Trees in CBFM Community-Based Forest Management ecosystems are suspected to modify rainfall interception, infiltration and as a consequence,
erosion. Their effect urges to be assessed and modelled in various conditions of soil and density of vegetation. The most important parameters that affect the soil
water balance and erosion were identified as being the total input of water throughfall and stemflow to the ground and the runoff ratio. This research was
studied correlation of erosion on rainfall, throughfall, stemflow, and runoff. The aims of the research were to : 1 identify architecture model of pine tree, 2
observe throughfall, stemflow, runoff, and soil loss values, 3 study impact of architecture model of pine tree to water and soil conservation. Runoff and soil loss
data were collected for thirty-four days of rainfall from three runoff plots situated on a 36 uniform slope areas. Three fields are studied on this research ; pine
forest planted with Coffea arabica L., natural vegetation dominated by Altingia excelsa Noronha., and cultivated land. Erosion measurement was conducted at
plots 12 long and 4 m wide. The result of the research indicates that P.merkusii and A.excelsa have same tree architecture, Rauh model. Result of loading plot
analysis indicate that correlation between throughfall, stemflow and runoff with rainfall and erosion are positive. Forest planted P. merkusii and natural vegetation
dominated by A. excelsa prevent or decrease the risk of soil erosion. The greatest amount of sedimentation was observed in cultivated land 55.99 tonhayr. In
conclusion, important to consider the type and model of tree architecture which will be planted so as to conserve soil and water
and to keep the ground cover to decrease soil erosion.
Keywords : tree architecture model, erosion, soil and water conservation
RINGKASAN
RITA SUGIHARTI AINILLAH. Korelasi Arsitektur Pohon Model Rauh dari Jenis Pinus merkusii Junghuhn de Vriese dengan Konservasi Tanah dan Air di
Area PHBM yang Ditanami Coffea arabica L. RPH Gambung KPH Bandung Selatan. Dibimbing oleh DEDE SETIADI dan LIES BAHUNTA.
Pohon-pohon yang ada dalam ekosistem PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat diduga berperanan penting dalam konservasi tanah dan air.
gletser Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah detached dan kemudian tanah
tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau gravitasi
Arsyad 2006. Tanaman dan tanah yang subur juga dapat membantu mengendalikan erosi Christensen 2002. Menurut Lee 1998, ekosistem hutan
dan perkebunan mempunyai peranan penting dalam mengendalikan air di permukaan tanah dan sebagai sistem pengatur siklus air, sehingga dapat mencegah
erosi. Pengaruh hutan dan perkebunan tersebut sangat penting diketahui dan diterapkan dalam berbagai kondisi tanah dan kepadatan vegetasi. Parameter paling
penting yang mempengaruhi keseimbangan air tanah dan erosi diidentifikasi sebagai total air yang masuk curahan tajuk dan aliran batang ke tanah dan rasio
aliran permukaan. Penelitian ini mempelajari korelasi erosi dengan curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, dan aliran permukaan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk : 1 mengidentifikasi model arsitektur pohon pinus, kopi dan rasamala, 2 mengukur curahan tajuk, aliran batang, aliran permukaan, dan laju erosi tanah, 3
mengetahui korelasi model arsitektur dari pohon pinus dan rasamala terhadap konservasi air dan tanah. Data aliran permukaan dan laju erosi tanah dikumpulkan
selama tiga puluh empat hari kejadian hujan dari tiga plot aliran permukaan terletak pada kemiringan lereng yang sama, yaitu 36. Penelitian dilaksanakan di
hutan Pinus merkusii Junghuhn de Vriese yang ditanami Coffea arabica L., di hutan lindung yang didominasi oleh Altingia excelsa Noronha., dan lahan tanpa
tegakan. Pengukuran erosi dilakukan pada plot berukuran panjang 12 m dan lebar 4 m dengan 3 tiga kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P.merkusii dan A.excelsa memiliki model arsitektur pohon yang sama, yaitu Rauh
Berdasarkan struktur dan komposisi vegetasi, terdapat 19 jenis tumbuhan di areal PHBM, dan jenis yang dominan dengan INP tertinggi untuk tingkat pohon
adalah Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar 173.32, pada tingkat tiang yaitu Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar
300.00, dan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Teklan Eupatorium . Walaupun memiliki model
arsitektur pohon yang sama, namun keduanya memiliki bentuk daun yang berbeda. Pinus memiliki daun berbentuk jarum DJ dan batang beralur,
sedangkan rasamala berdaun lebar DL dan berbatang licin. Kopi Coffea arabica L. mempunyai arsitektur pohon model Roux.
riparium Regel sebesar 72.23. Di hutan lindung terdapat 42 jenis dengan INP tertinggi pada tingkat pohon adalah Rasamala Altingia excelsa Noronha. sebesar
104.58, pada tingkat tiang adalah Puspa Schima wallichii Korth. sebesar 73.96, dan untuk jenis tumbuhan bawah yaitu Jampang piit Eleusina indica L.
Gaertn. sebesar 41.18. Di areal PHBM ditemukan jenis tumbuhan herba, bibit pohon kopi, dan semak belukar. Di lahan terbuka atau tanpa tegakan, karena
sering diolah untuk penanaman sayuran maka hanya terdapat jenis rumput dan jenis-jenis tumbuhan bawah lain dengan INP tertinggi yaitu Babadotan Ageratum
conyzoides L. sebesar 43.37.
Curahan tajuk tertinggi terdapat pada Rasamala yang mempunyai arsitektur pohon model Rauh DL sebesar 28.73 mm dan pada Pinus sp. dengan
model Rauh DJ 27.16 mm. Dengan nilai korelasi pada model Rauh DJ sebesar 90.50 dan Rauh model DL 80.80, hal ini menunjukkan hubungan curah hujan
dengan curahan tajuk bersifat positif. Aliran batang tertinggi terdapat pada arsitektur pohon model Rauh DJ sebesar 50.57 mm dibandingkan dengan model
Rauh DL 0.04 mm. Nilai korelasi antara curah hujan dengan aliran batang pada Rauh DJ yaitu sebesar 90.00 dan pada Rauh DL sebesar 88.90. Aliran
permukaan terbesar terdapat pada lahan tanpa tegakan yaitu sebesar 106.22 L dibandingkan dengan lahan PHBM 70.27 L dan yang paling kecil adalah hutan
lindung sebesar 51.43 L. Nilai korelasi antara curah hujan dengan aliran permukaan pada lahan PHBM sebesar 73.90 dan hutan lindung sebesar 87.80.
Pada lahan tanpa tegakan yaitu sebesar 63.00.
Hasil analisis loading plot menunjukkan bahwa hubungan yang positif antara curah hujan, curahan tajuk, aliran batang dan aliran permukaan dengan
erosi. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya sudut lancip oleh garis yang dibentuk dari plot ketiga variabel itu. Lahan P. merkusii yang ditanami kopi dan
hutan alami yang didominasi oleh A. excelsa dapat mencegah atau mengurangi resiko erosi tanah. Berdasarkan pengamatan dan perhitungan, lahan yang diolah
untuk pertanian memiliki laju erosi yang sangat tinggi 55.99 tonhathn dibandingkan lahan PHBM 6.94 tonhathn dan hutan lindung 4.08 tonhathn.
Kesimpulannya, sangat penting untuk mempertimbangkan jenis dan model arsitektur pohon yang akan ditanam sehingga baik untuk konservasi tanah dan air
dan menjaga tanaman penutup tanah dan teras bangku untuk mengurangi erosi tanah.
Kata kunci: model arsitektur pohon, erosi,
konservasi tanah dan air
KORELASI ARSITEKTUR POHON MODEL RAUH DARI JENIS
Pinus merkusii Junghuhn de Vriese DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DI AREA PHBM YANG DITANAMI Coffea arabica L.
RPH GAMBUNG KPH BANDUNG SELATAN
RITA SUGIHARTI AINILLAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah dan air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan sangat besar dalam segala aspek kehidupan yang mudah mengalami
kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh 1 kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, 2 terakumulasinya garam di
daerah perakaran salinisasi, terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tumbuhan, 3 penjenuhan tanah oleh air,
dan 4 erosi Arsyad 2006. Penggunaan lahan yang berupa hutan, sudah sejak lama diyakini sebagai
pengatur tata air stream flow regulator Muntasib 1999 artinya hutan menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau.
Vegetasi hutan selain berperan dalam mencegah erosi dan menyimpan air, juga menggunakannya dalam proses transpirasi. Air hujan yang jatuh di areal hutan,
sebagian tertahan oleh lapisan tajuk dan dikembalikan ke atmosfer melalui penguapan transpirasi.
Indonesia sebagai daerah tropis, erosi oleh air merupakan bentuk degradasi tanah yang sangat dominan. Penebangan hutan dan praktek usaha tani yang tidak
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi akan menyebabkan terjadinya kemerosotan sumberdaya lahan yang akan berakibat semakin luasnya lahan kritis.
Keadaan ini akan membawa dampak lahan semakin kritis dan kekeringan panjang terjadi dimusim kemarau. D
Lahan kritis adalah lahan yang karena tidak sesuai penggunaan tanah dan kemampuannya, telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik-kimia-
biologi, yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruhnya.
i musim hujan, sering terjadi erosi dan tanah longsor yang merupakan ancaman bagi daerah berlereng, yang pada akhir-akhir ini banyak
menelan korban jiwa. Kejadian erosi dan tanah longsor selain disebabkan oleh kerusakan lingkungan juga disebabkan oleh faktor alam yaitu curah hujan, jenis
tanah kedalaman lapisan kedap air dan kekuatan tanah dan topografilereng kemiringan dan stabilitas.
Lahan kritis dan marjinal di Indonesia mencapai 43 juta ha, diantaranya 20 juta ha kritis hidrorologisnya dan setiap tahunnya masih terus bertambah Soewandito et
al. 2002. Untuk memperbaiki kondisi lahan yang telah rusak, maka dapat dilakukan
upaya konservasi tanah, dengan rekayasa-rakayasa teknis. Namun upaya konservasi tanah dan air dalam memperbaiki serta meningkatkan produktivitas
lahan, haruslah benar-benar tepat sesuai dengan kondisi lahan pemilihan vegetasi serta iklim.
Bentuk konservasi tanah dan air dapat mengurangi erosi yang disebabkan oleh aliran air. Tanah yang tererosi diangkut aliran permukaan yang akan
diendapkan di tempat-tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air seperti sungai atau saluran air. Tanaman dan tanah yang subur
juga dapat membantu mengendalikan erosi Christensen 2002. Sistem pengelolaan lahan dengan pendekatan konservasi merupakan suatu
upaya konservasi tanah dan air untuk menanggulangi erosi permukaan dan menjaga hilangnya kesuburan tanah. Tanpa adanya teknik-teknik penanaman yang
menitikberatkan pada konservasi, maka akan semakin banyak lahan yang kritis, dan hanya dapat dikelola dalam jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang,
produktivitasnya akan menurun. Didalam sistem pengelolaan sumberdaya hutan, pemilihan jenis-jenis pohon
yang ditanam pada saat ini lebih banyak berdasarkan pada fungsi dan manfaat ekonominya sedangkan fungsi konservasi tanah dan air masih belum diperhatikan.
Sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM dipandang sebagai salah satu upaya konservasi tanah dan air secara vegetatif dan mekanik yang
dinilai mampu mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan, dan peningkatan ekonomi. Dengan penerapan sistem PHBM diharapkan dapat
mengembalikan fungsi konservasi tanah dan air sebagai sistem penyangga kehidupan. Menurut Dariah et al. 2008 penanaman kopi dengan sistem
multistrata sistem campur dapat memperbaiki kualitas tanah dibandingkan dengan sistem monokultur.
Di Indonesia, penelitian tentang model arsitektur pohon dan kaitannya dengan konservasi tanah dan air masih sangat jarang. Hal ini menyebabkan