Gambar 6 INP di lahan tanpa tegakan 4.2 Model Arsitektur Pohon
Berdasarkan hasil pengamatan di lahan pinus PHBM yang ditanami kopi dan pohon rasamala di hutan lindung, yang mengacu pada ketentuan Halle et al.
1978 dan menggunakan kunci identifikasi model arsitektur pohon yang telah dikembangkan oleh Setiadi 1998 Lampiran 6, bahwa pohon pinus Pinus
merkusii Junghuhn de Vriese dan pohon rasamala Altingia excelsa Noronha. di hutan lindung sebagai pembanding model arsitektur, memiliki arsitektur pohon
model Rauh. Walaupun memiliki model arsitektur pohon yang sama. namun keduanya memiliki bentuk daun dan batang yang berbeda. Pinus memiliki bentuk
daun yang menyerupai jarum DJ dan batangnya beralur dalam, sedangkan rasamala berdaun lebar DL dan berbatang licin. Tanaman kopi Coffea arabica
L. mempunyai arsitektur pohon model Roux.
4.3 Jenis Tanah
Berdasarkan profil tanah yang diambil Gambar 7 dan hasil uji fisika dan kimia tanah di laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor Lampiran 7, bahwa
tanah di lokasi penelitian PHBM termasuk jenis regosol liat berdebu, memiliki Kejenuhan Basa KB tinggi yaitu 68.00, kapasitas tukar kation KTK sedang
yaitu 17.22 cmolkg, sedangkan tanah di hutan lindung termasuk pada regosol liat, dengan Kejenuhan Basa KB yang tinggi yaitu 71.00 dan kapasitas tukar kation
KTK rendah yaitu 16.88 cmolkg. Dan tanah di lahan tanpa tegakan termasuk pada regosol liat berdebu, dengan Kejenuhan Basa KB yang tinggi yaitu 61.00
dan kapasitas tukar kation KTK rendah yaitu 12.43 cmolkg Tabel 1. Tabel 1 Hasil analisis tanah di lahan PHBM, hutan lindung dan tanpa tegakan
Lahan pH C-organik N-Total
Tekstur
H
2
PHBM 5.00 4.10 0.72
0.08 22.46 16.01 61.53
Hutan lindung 5.10 4.60 2.91 0.19 17.00
16.00 67.00 Tanpa tegakan 5.00 4.60 1.51
0.11 10.00 51.00 39.00 O KCl Pasir
Debu Liat
Gambar 7 Profil tanah di lahan PHBM pinus 4.4 Curah Hujan
Kejadian hujan selama penelitian tercatat sebanyak 34 kali Gambar 8 yang diukur dengan menggunakan ombrometer Gambar 9. Curah hujan bervariasi
mulai dari yang terendah 14.52 mm sampai yang tertinggi 73.70 mm dengan total curah hujan 1203.80 mm dan total lama hujan 69.20 jam atau 4152 menit.
Berdasarkan kategori hujan menunjukkan bahwa hujan sedang 11-25 mmhari terjadi sebanyak 15 kali dan hujan agak tinggi 26-50 mmhari terjadi sebanyak
12 kali, sedangkan hujan dengan kategori tinggi 51-75 mmhari terjadi sebanyak
7 kali Arsyad 2006.
Gambar 8 Data curah hujan di lahan PHBM, hutan lindung, dan lahan tanpa tegakan
Gambar 9 Ombrometer untuk mengukur curah hujan di lahan PHBM, hutan lindung, dan lahan tanpa tegakan
4.5 Curahan Tajuk
Curahan tajuk ditampung dengan menggunakan plastik yang diletakkan di bawah pohon Gambar 10. Korelasi curah hujan dengan curahan tajuk memiliki
hubungan yang nyata. Nilai korelasi pada Rauh DJ sebesar 90.50 dan Rauh DL 80.80. menunjukkan hubungan curah hujan dengan curahan tajuk bersifat
positif. Artinya apabila curah hujan meningkat. maka curahan tajuk akan bertambah Lampiran 8,9. Tabel 2 menunjukkan bahwa curahan tajuk tertinggi
terdapat pada arsitektur pohon model Rauh DL sebesar 28.73 mm dibandingkan dengan model Rauh DJ 27.16 mm.
Tabel 2 Curahan tajuk pada arsitektur model Rauh DJ dan DL Model arsitektur pohon Tegakan Curah hujan mm Curahan tajuk mm
Rauh DJ P. merkusii 35.41
27.16 Rauh DL
A. excelsa 35.41 28.73
Gambar 10 Pengukuran curahan tajuk pinus di lahan PHBM pinus yang ditanami kopi
4.6 Aliran Batang