Usaha Usaha Usaha Usaha

2 Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah UMKM dan Usaha Besar Tahun 2012-2013 No Indikator Satuan Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan Tahun 2012-2013 Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa 1 Unit Usaha A+B A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM - Usaha Mikro UM - Usaha Kecil UK - Usaha Menen gah UM

B. Usaha

Besar UB unit 56.539.560 56.534.592 55.856.176 629.418 48.997 4.968 99,99 98,79 1,11 0,09 0,01 57.900.787 57.895.721 57.189.393 654.222 52.106 5.066 99,99 98,77 1,13 0,09 0,01 1.361.227 1.361.129 1.333.217 24.803 3.110 98 2,41 2,41 2,39 3,94 6,35 1,97 2 Tenaga Kerja A+B A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM - Usaha Mikro UM - Usaha Kecil UK - Usaha Menen gah UM

B. Usaha

Besar UB orang 110.808.154 107.657.509 99.859.517 4.535.970 3.262.023 3.150.645 97,16 90,12 4,09 2,94 2,84 117.681.244 114.144.082 104.624.466 5.570.231 3.949.385 3.537.162 96,99 88,90 4,73 3,36 3,01 6.873.090 6.486.573 4.764.949 1.034.262 687.363 386.517 6,20 6,03 4,77 22,80 21,07 12,27 3 3 PDB atas Dasar Harga Berlaku A+B A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM - Usaha Mikro UM - Usaha Kecil UK - Usaha Menen gah UM

B. Usaha

Besar UB Rp. Milyar 8.241.864,3 4.869.568,1 2.951.120,6 798.122,2 1.120.325,3 3.372.296,1 59,08 35,81 9,68 13,59 40,92 9.014.951,2 5.440.007,9 3.326.564,8 876.385,3 1.237.057,8 3.574.943,3 60,34 36,90 9,72 13,72 39,66 773.086,9 570.439,8 375.444,2 78.263,1 116.732,5 202.647,2 9,38 11,71 12,72 9,81 10,42 6,01 4 PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM - Usaha Mikro UM - Usaha Kecil UK - Usaha Menen gah UM

B. Usaha

Besar UB Rp. Milyar 2.525.120,4 1.451.460,2 790.825,6 294.260,7 366.373,9 1.073.660,1 57,48 31,32 11,65 14,51 42,52 2.670.314,8 1.536.918,8 807.804,50 342.579,19 386.535,07 1.133.396,05 57,56 30,25 12,83 14,48 42,44 145.194,4 85.458,5 16.978,9 48.318,5 20.161,1 59.735,9 5,75 5,89 2,15 16,42 5,50 5,56 Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia harus diikuti pula dengan peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitifnya agar 4 mampu bertahan menghadapi berbagai peluang serta ancaman, baik ancaman eksternal maupun ancaman internal. Peluang sekaligus ancaman yang akan dihadapi oleh UKM salah satunya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yg disingkat dengan MEA, yang diberlakukan pada akhir tahun 2015. MEA merupakan sebuah gagasan dari para pemimpin ASEAN dan seluruh negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan negara-negara ASEAN dengan melakukan integrasi ekonomi yaitu aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terdidik antar negara ASEAN. Dengan adanya MEA maka akan terjadi perdagangan bebas free trade, penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas. Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang menggerakan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan membangun ekonomi yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Usaha kecil dan menengah UKM termasuk usaha mikro merupakan bagian tulang punggung perekonomian Negara-negara anggota ASEAN. UKM merupakan sumber terbesar dari pendapatan lokal disamping semua sektor ekonomi, baik pada area pedesaan dan perkotaan. Sektor UKM yang kuat, dinamis dan efisien menentukan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, dorongan dan promosi UKM yang kompetitif dan inofatif dibutuhkan dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi wiliayah ASEAN yang lebih baik ASEAN Policy Blueprint for SME 5 Development, 2009: 1 . Untuk menghadapi MEA para pelaku UKM harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan para pelaku UKM dari Negara ASEAN lainnya. Yang menjadi pertanyaan besar bagi para pelaku UKM di Indonesia tentunya adalah tentang kesiapan mereka dalam mempersiapkan strategi-strategi bersaing dan kesiapan dalam menghadapi berbagai jenis produk asing yang sampai saat ini sudah dapat ditemukan dibanyak tempat di Indonesia. Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing untuk mengungguli para pesaing dalam bisnis yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Biaya rendah adalah kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada pesaingnya. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan untuk menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas, keistimewaanciri-ciri khusus atau layanan purna-jual J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, 2003: 245.Dari kedua strategi tersebut, strategi diferensiasi lebih unggul dalam menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada strategi biaya rendah karena dengan adanya diferensiasi mengakibatkan produk sulit untuk tersaingi. Karena keunggulan strategi diferensiasi tersebut, maka para pelaku usaha perlu untuk meningkatkan kualitas produknya. Russel dalam Ariani 2002:9 mengidentifikasi tujuh peran kualitas, yaitu: 1. Meningkatkan reputasi perusahaan 2. Menurunkan biaya 6 3. Meningkatkan pangsa pasar 4. Dampak internasional 5. Adanya pertanggungjawaban produk 6. Penampilan produk 7. Mewujudkan kualitas yang dirasa penting. Untuk menciptakan produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu pengendalian mutu proses produksi yang berkelanjutan. Sehingga nantinya UKM mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berdampak pada kesetiaan konsumen terhadap produk UKM. Dalam proses pengendalian mutu produksi tidak hanya dapat diketahui produk memenuhi standar atau tidak, tetapi dapat membantu para pelaku usaha untuk memusatkan perhatiannya pada perbaikan mutu. Produk yang dihasilkan oleh UKM harus selalu diperiksa agar selalu terjaga kualitasnya dan agar dapat mengetahui produk-produk yang tidak memenuhi standar agar tidak sampai ketangan konsumen. Gambaran mengenai kualitas produk UKM dapat diketahui melalui metode Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management. Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi 7 kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan dan cacat Thomas Sumarsan, 2010: 185. Christine Dwi dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi menyimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu terbaik yang diterapkan untuk Usaha Kecil Menengah adalah: 1. Kegiatan untuk menjamin mutu produk pada UKM ada tiga hal: perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu, agar mutu produk selalu terjamin kualitasnya. 2. Untuk menjamin kualitas produk secara sah ada ketentuan standarisasi di Indonesia yang berlaku adalah SNI Standar Nasional Indonesia, ada proses dan biaya sertifikasinya, SNI ini diterapkan secara wajib bagi produk-produk tertentu yang berlisensi beredar resmi di pasaran dengan skala nasional dan internasional. Karena SNI sudah mengadopsi ISO. 3. Untuk Produk yang diekspor secara internasional sebaiknya menerapkan ISO dalam Sistem Manajemen Mutu Produk yang dihasilkan ISO 9001:2000 . 4. Penerapan model sistem Manajemen Mutu pada UKM dalam bentuk EFQM yang diterapkan di Eropa dapat diterapkan di UKM yang ekspor ke Eropa yang mengukur kinerja sistem dan hasil yang dicapai secara ideal. 8 5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk kualitas produk terbaik. Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical Quality Control SQC dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacatrusak berada pada batas hasil Upper Control Limit UCL atau Lower Control Limit LCL. Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control DMAIC dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses produksi menjadi semakin lama.

1.2 Rumusan Masalah