8
5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh
organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk kualitas produk terbaik.
Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah
Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical
Quality Control SQC dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacatrusak berada pada
batas hasil Upper Control Limit UCL atau Lower Control Limit LCL. Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode
Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control DMAIC dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada
proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses produksi menjadi semakin lama.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor? 2.
Bagaimana kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor?
9
3. Apa penyebab kecacatankerusakan pada proses produksi UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor? 4.
Apa faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis pengendalian mutu proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor.
2. Menganalisis kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu
Daerah Bogor. 3.
Mengidentifikasi penyebab kecacatankerusakan pada proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor.
4. Mengidentifikasi faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM
Penghasil Sepatu Daerah Bogor .
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Bagi UKM, memberikan informasi yang baik untuk mengetahui kinerja
pengendalian mutu produksi dan kualitas produk akhir dalam rangka meningkatkan kualitas UKM. Serta membantu pula menyelesaikan
masalah kecacatankerusakan dan pemborosan yang sering terjadi dalam
10
proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba UKM.
b. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang lain yang akan
melakukan penelitian pada ruang lingkup yang sama dalam rangka mengkaji lebih jauh lagi tentang masalah ini.
c. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat menambah informasi
dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai pengembang ilmu pengetahuan khususnya tentang analisis pengendalian mutu produksi pada
UKM.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Produksi dan Operasi Production and Operation Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa Sofjan Assauri,
2008: 18.Produksi dan operasi adalah kegiatan mengolah masukan input menjadi produk barang atau jasa outputdengan menggunakan berbagai
sumber daya yang dimiliki. Masukan yang dimaksud dalam proses produksi dan operasi ini adalah bahan baku, listrik, bahan bakar, sumber daya
manusia dan dana atau modal. Fungsi utama dari proses produksi dan operasi ini adalah menghasilkan
barang atau jasa yang berkualitas dan memilik manfaat bagi konsumen, sehingga dapat memberikan hasil pendapatan bagi suatu usaha. Selain fungsi
tersebut, menurut Prof. Dr. Sofjan Assauri terdapat empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi, yaitu:
a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan
untuk pengolahan masukan inputs. b.
Jasa-jasa penunjang,
merupakan sarana
yang berupa
pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode
12
yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
c. Perencanaan,
merupakan penetapan
keterkaitan dan
pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode teretentu.
d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan
inputs pada kenyataannya dapat dilaksanakan. Gambar 2.1
Sistem Produksi dan Operasi
Informasi Umpan Balik
Sumber: Prof. Dr. Sofjan Assauri 2008
Sistem produksi dan operasi tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi dilakukan dengan kerjasama oleh sejumlah orang. Sehingga dalam proses
produksi dan
operasi diperlukan
suatu manajemen
untuk
Masukan:
-
Bahan
-
Tenaga kerja
-
Mesin
-
Energi
-
Modal
-
Informasi
Transformasi:
Proses Konversi
Keluaran:
Barang atau Jasa
13
mengoordinasikan dan mengatur faktor-faktor produksi agar proses produksi dan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen
produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-seumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-
barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi Sofjan Assauri, 2008: 19. Dalam manajemen
produksi dan operasi terdapat beberapa hal yang dilakukan, seperti: 1 Penyusunan rencana produksi dan operasi. 2 Perencanaan dan
pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. 3 Pemeliharaan atau perawatan maintenanace mesin dan peralatan. 4 Pengendalian
mutu. 5 Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja.
2.1.2 Mutu atau Kualitas Quality Mutu atau kualitas merupakan hal terpenting dalam membuat sebuah
produk barang atau jasa. Dengan adanya mutu atau kualitas yang baik dapat menciptakan keinginan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa
yang kita tawarkan. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha dan bidang teknologi, maka para pelaku usaha berusaha untuk menjaga reputasi
dan nama baik dengan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk barang atau jasanya agar mampu menghadapi para pesaing dan
bertahan dalam pangsa pasar.
14
Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya Sofjan Assauri, 293: 2008:
a. Fungsi Suatu Barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatika fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga
barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut.
b. Wujud Luar
Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk
menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang tersebut.
c. Biaya Barang Tersebut
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang
mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya,
bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah.
Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal.
Para pelaku bisnis cenderung mempertahankan dan meningkatkan kualitas atau mutu sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Namun, untuk
15
menghasilkan kualitas atau mutu tersebut dibutuhkan biaya yang disebut dengan biaya mutu Quality Cost. Biaya mutu dikelompokkan menjadi
Sofjan Assauri, 295: 2008: a.
Biaya Pencegahan Prevention, biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu tertentu, agar
jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat. b.
Biaya Penaksiran Appraisal, biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan
untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari
barang-barang yang dihasilkan. c.
Biaya Kegagalan Failure, biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor- faktor internal yang di dalam hal ini disebut dengan kegagalan
internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan processing. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan
eksternal external failure meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak
sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu
produk dalam pasaran. 2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas Quality Control
Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas manajemen perusahaan untuk menjaga dan mengarahkan kualitas produk jasa perusahaan dapat
16
dipertahankan sebagaimana yang direncanakan Agus Ahyari, 2002: 239.Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu
Terpadu yaitu M.N. Nasution, 2005: 15: 1
Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk find for use untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi, psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan
suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen
yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas quality assurance dan sesuai etika bila digunakan.
2 Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu
sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.
3 Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar. 4
Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya full customer satisfaction. Suatu produk dikatakan
berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas
suatu produk.
17
5 Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian
pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan; pengawasan atas kemajuan tugas dengan membandingkan hasil dan
sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha kegiatan dengan hasil pengawasan.
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar
berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya
dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen, sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan. Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep
pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu: 1
Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan
mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum
18
ada persaingan Monopoli dalam era modern saat ini, praktik seperti ini masih bisa dijumpai.
2 Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an,
dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk
diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi quality control. 3
Statistical Quality Control Era Pengendalian Mutu Secara Statistik. Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone
Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada
produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap
sistem dan proses. 4
Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan
berkoordinasi dengan departemen jasa Mainenance, Gudang, dan lain-lain. Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier.
Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang
sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan
ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.
19
5 Strategic Quality Management Total Quality Management. Dalam
era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan
siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua
manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara
berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen
mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008. Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat karakteristik-
karakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu. Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang
diuraikan sebagai berikut Agus Ahyari, 2002: 246: a.
Standar bahan baku, meliputi : 1
Standar mutu bahan baku Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap
terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu
produk yang dihasilkan.
20
2 Standar penggunaan bahan baku
Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan
tidak terjadi penyimpangan. 3
Standar harga bahan baku Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan
dana untuk bahan baku yang dibutuhkan. b.
Standar tenaga kerja, meliputi : 1
Standar upah Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah
dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas. 2
Standar jam kerja Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan
suatu unit pekerjaan. c.
Standar peralatan produksi, meliputi : Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat
hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Mesin- mesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan
dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan.
d. Standar mutu produk, meliputi :
Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai ketahanan produk tersebut dalam penggunaannya.Sedangkan daya guna
21
adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh
pembeliannya. Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses
produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan
karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.
Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut Zulian Yamit, 2005: 349 a.
Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan b.
Peralatan dan perlengkapan c.
Bahan baku atau material d.
Pekerjaan ataupun staf organisasi Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan
sebagai berikut Zulian Yamit, 2005: 350: a.
Pasar atau tingkat persaingan Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat
kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas. Dalam era bebas yang akan datang konsumen dapat
22
berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
b. Tujuan Organisasi Organization obyectives
Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi, barang yang berharga rendah low price product atau menghasilkan
barang yang berharga mahal, exklusif exclusive expensive product. c.
Testing Produk product testing Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan
dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada produk.
d. Desain Produk product design
Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas produk itu sendiri.
e. Proses Produksi production process
Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
f. Kualitas Input quality of inputs
Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan
berakibat pada produk yang dihasilkan. g.
Perawatan perlengkapan equipment maintenance Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang
tidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.
23
h. Standar Kualitas quality standart
Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak, tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi
sulit dicapai. i.
Umpan balik konsumen customer feedback Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan
konsumen, kualitas tidak akan meningkat. Produk,
bukan hanya
ditentukan dari output produk
yang dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi peralatan-
peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan
berkualitasnya suatu produk. 2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management
Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk
menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh
karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan,
pembuangan dan
cacat Thomas
Sumarsan, 2010:
185.Dengan menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu ini biasanya UKM mampu
mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba, karena UKM mampu
24
menjalankan proses produksinya dengan benar sesuai dengan standar yang berlaku.
Bagi UKM yang menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu biasanya mengutamakan kepuasan pelanggan, karena pada metode ini mutu
ditentukan oleh pelanggan. Para pelaku UKM beranggapan bahwa pelanggan merupakan faktor penyebab keberlangsungan hidup, karena
pelanggan yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan. Di kutip dari buku Sistem Pengendalian Manajemen karya Thomas
Sumarsan, terdapat beberapa pendapat tentang manajemen mutu terpadu diantaranya:
a. William Edward Deming mengungkapkan empat belas pokok butiran
yang merupakan ikhtisar dari pandangan beliau mengenai apa yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk sebuah perbaikan secara
berkesinambungan Continous Improvement: 1
Menciptakan keinginan yang teguh untuk mencapai peningkatan mutu produk dan jasa sehingga dapat menjadi
kompetitif, tetap bertahan di dalam dunia usaha dan penyediaan lapangan kerja.
2 Menganut filsafat yang baru. Manajem harus belajar bahwa
sekarang berada dalam era perekonomian baru dan bersiaplah menghadapi tantangan, pahami tanggung jawabnya, dan
lakukan prinsip-prinsip kepemimpinan menghadapi perubahan.
25
3 Berhentilah menggantungkan diri pada inspeksi untuk
mencapai mutu. Bangun mutu sejak dari awal. 4
Berhentilah memberikan kontrak berdasarkan basis penawaran palng murah. Tetapi meminimisasikan biaya total dengan
bermitra dengan pemasok dengan membina hubungan jangka panjang.
5 Meningkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-
menerus dan selamanya, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, dan karenanya secara terus-menerus akan
menurunkan biaya. 6
Melaksanakan latihan kerja. 7
Melaksanakan prinsip-prinsip
kepemimpinan. Tujuan
kepemimpinan hendaklah untuk menolong orang dan teknologi bekerja dengan lebih baik.
8 Membuang jauh-jauh rasa ketakutan pada pekerja sehingga
semua orang dapat bekerja secara efektif. 9
Membuang jauh-jauh semua hambatan antar departemen sehingga orang-orang dapat bekerja sebagai sebuah tim.
10 Membuang semua slogan-slogan, peringatan-peringatan, dan
target-terget bagi tenaga kerja. Semua itu akan menciptakan hubungan yang bermusuhan.
11 Menghilangkan kuota dan manajemen berdasarkan tujuan.
26
12 Menyingkirkan hambatan yang dapat mmerampok kebanggan
akan keterampilan para pekerja. 13
Melaksanakan program pendidikan dan peningkatan pribadi secara giat.
14 Mengusahakan agar transformasi menjadi pekerjaan semua
orang dan melibatkan semua orang untuk melakukannya. Di Indonesia, penerapan prinsip Deming membutuhkan pendidikan
dan pelatihan kepada pekerja untuk menghilangkan pengawasan yang ketat ataupun menghilangkan seluruh pengawasan.
b. Joseph M. Juran berkontribusi dalam langkah dasar untuk maju, langkah
peningkatan mutu dan trilogi Juran. Juran – Langkah Dasar untuk Maju
1 Capailah peningkatan terstruktur dengan basis yang terus-
menerus disertai dengan dedikasi dan keyakinan bahwa hal itu sangat penting.
2 Laksanakan program pelatihan yang ekstensif.
3 Tegakkan komitemen dan kepemimpinan pada manejemen
yang lebih tinggi. Juran – Kagiatan untuk Perbaikan Mutu
1 Bangun kesadaran tentang kebutuhan akan peningkatan mutu
dan pelang bagi peningkatan mutu. 2
Tentukan sasaran bagi peningkatan.
27
3 Pengorganisasian untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan itu. 4
Laksanakan pelatihan. 5
Implementasikan proyek-proyek yang bertujuan untuk memecahkan masalah.
6 Buat laporan perkembangankemajuan.
7 Beri penghargaan.
8 Komunikasikan hasil-hasil yang dicapai.
9 Pertahankan tingkat keberhasilan.
10 Jaga momentum dengan cara membuat peningkatan pada
sistem regular perusahaan. Trilogi Juran
Perencanaan Mutu
1
Kenali siapa sebenarnya pelanggan.
2
Pelajari kebutuhan pelanggan.
3 Buatlah produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan itu.
4 Ciptakan sistem dan proses yang dapat memberi kemampuan
kepada organisasi untuk memproduksi produk.
5 Sebar luaskan perencanaan tersebut hingga k tingkat
operasional. Pengendalian Mutu
1
Penilaian kinerja mutu aktual.
28
2
Bandingkan kinerja dengan sasaran.
3 Lakukan tindakan atas terjadinya perbedaan antara kinerja
dengan sasaran.
4
Peningkatan mutu.
5 Peningkatan
mutu harus
dilaksanakan dan
berkesinambungan.
6 Ciptakan infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan
peningkatan mutu secara tahunan.
7 Identifikasi bidangdaerah yang memerlukan peningkatan dan
laksanakan proyek-proyek peningkatan.
8 Bentuk tim proyek dengan tanggung jawab untuk
meyelesaikan masing-masing proyek peningkatan.
9 Lengkapi tim-tim tersebutdengan apa yang dibutuhkan
mereka agar mampu mendiagnosis masalah untuk mencari akar penyebab masalah, cari solusi, dan ciptakan kendali
yang akan dapat mepertahankan hasil yang diperoleh.
c. Philip B. Crosby mengungkapkan konsep manajemen “zero defects”
dan pencegahan prevention yang dituangkannya dalam Quality Vaccine dan kegiatan untuk peningkatan mutu.
Vaksin Mutu Quality Vaccine 1
Kebulatan tekad 2
Pendidikan 3
Implementasi
29
Crosby – Kegiatan untuk Peningkatan Mutu 1
Menunjukan secara jelas bahwa manajemen benar-benar serius dengan masalah mutu dan akan menjalankannya
untuk jangka yang panjang. 2
Membentuk tim-tim mutu yang bersifat antar departemen. 3
Mengidentifikasi dimana masalah yang sekarang ataupun yang potensial akan timbul.
4 Meninjau biaya yang diperlukan untuk mutu dan jelaskan
bagaimana hal itu digunakan sebagai alat manajemen. 5
Meningkatkan kesadaran dan komitmen pribadi semua pekerja tentang mutu.
6 Mengambil tindakan secara cepat untuk memperbaiki
masalah yang telah teridentifikasi. 7
Melaksanakan program tanpa cacat. 8
Melatih pengawas untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam program mutu.
9 Melangsungkan sebuah Hari Tanpa Cacat untuk menjamin
semua pekerja sadar bahwa ada arah baru di perusahaan. 10
Mendorong semua pribadi dan tim untuk meneteapkan tujuan peningkatan mutu.
11 Mendorong semua pekerja agar mau menyampaikan pada
manajemen hambatan yang dihadapi mereka dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan mutu.
30
12 Menghargai pekerja yang mau berpartisipasi.
13 Membentuk badan mutu untuk mempromosikan
komunikasi yang berkesinambungan. 14
Mengulangi semua hal untuk menunjukkan bahwa penigkatan mutu adalah sebuah proses yang tidak pernah
berakhir. Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake
Imae 1971 yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh
prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1.
Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan Pengendalian dan perbaikan mutumerupakan kegiatan yang
berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen PDCA PLAN,DO,CHECK
andACTIONurutan prioritas
dari setiap
karakteristik.Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadapkarakteristik mutu produk, kita
dapatmelanjutkan pertanyaantentang
bagaimana kepentingan
relativeurutanprioritasdari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa
ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu Quality Function Deployment = QFD. Dalam kenyataan, karakteristik mutu yang diinginkan oleh
pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggandan kepentinganrelatif dari setiap kriteria dapat saling bertentangan.
31
2. Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin
pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi pemborosan yang tidak perlu yang sebenarnya perlu dicegah.
3. Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Biladitemukan masalah,
jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi fikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas.
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum
bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas
hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan
masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20
penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80. 5.
Proses berikutnya adalah Pelanggan. Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau
menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya.Konsephubungan pelanggan-pemasokbiasdiaplikasikan secara internal maupun secara
eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima
32
hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai
langsung suatu produk atau jasa adalah termasukdalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.Setiap proses berikutnya memiliki empat
hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyaratan,
harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan
dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus
pelanggan. 6.
Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan. Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan
fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan.Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah.Misalnya terjadi penyimpangan berat
produk.Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling
dalam.Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah
terulangnya masalah yang sama. Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
idealnya dilakukan
bersamaan terhadap
suatu maslah.Perusahaan
harus mengambil
langkah-langkah untuk
mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang
33
sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.Perusahaan harus memastikan langkah-
langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak
potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan
mulai dari input,proses sampai output akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.
7. Berbicara Berdasarkan Data
Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan.Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan
yang diambil tepat dan benar.Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem
manajemen mutu. 8.
Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal
agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif.Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan
tujuan.Dikatakan sasaran-sasaran mutu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit
fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.
34
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip
“SMART”. S= Spesific: sasaran harus jelas dan spesifik.
M=Measurable: sasaran harus dapat diukur. A=Attainable:sasaran harus realistis dan mungkin dicapai.
R=Reasonable: harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran. T=Time: sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.
9. Market in Concept
Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan
pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan
pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara masal sebaiknya perusahaan meneliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar
berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pada segmen yang menjadi target.
10. Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.
Menyediakan prosedur tertulis dan penetapan standar mutuhasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga
tindakan pengendalian dan penngkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.
35
2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal Statistical Quality Control Statistical Quality Control merupakan metode statistik untuk
mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel dalam kegiatan pengawasan kualitas produksi. Tujuan Statistical Quality
Control adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan bagaimana cara mengawasi risiko. Statistical Quality Control juga
membantu pengawasan pemrosesan melalui pemberian peringatan kepada para manejer bila mesin-mesin memerlukan beberapa penyesuaian agar
mereka dapat menghentikannya sebelum banyak produk rusak dibuat T. Hani Handoko: 2000:434.
2.1.6 Lean Six Sigma Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sitematik dan
unsistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah Non-value-adding activities
melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk Material, work-in-process, output dan informasi menggunakan
sistem tarik Pull system dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan Vincent Gaspersz, 2007:91.
Sigma merupakan simbol standar deviasi pada statistik yang merupakan suatu ukuran untuk menyatakan variance atau selisih atau ketidaktepatan
sekelompok data, item produksi atau proses produksi. Six Sigma bertujuan untuk meningkatkan profitabiltas perusahaan walaupun peningkatan mutu
36
dan efisiensi pada proses produksi merupakan hal yang utama. Six Sigma merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada pelanggan customer focus
oriented yang memuat asumsi bahwa kesalahan produksi produk atau jasa perusahaan merupakan biaya yang mahal Thomas Sumarsan, 2010:243.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Lean Six Sigma merupakan gabungan antara Lean dan Six Sigma yang berarti suatu
aktivitas pengendalian proses produksi dengan menghilangkan aktivitas- aktivitas pemborosan yang tidak bernilai tambah dengan menggunakan suatu
ukuran untuk
menyatakan variance
atau ketidaktepatan
proses produksiuntuk mencapai tingkat kinerja enam sigma atau hanya
memproduksi sedikit cacat untuk setiap satu juta operasi. Pendekatan Lean Six Sigma berlandaskan pada prinsip 5P Profits,
Processes, Project-by-project and People yang berkaitan satu sama lain Vincent Gaspersz, 2007:96.
2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Pengertian dan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
37
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1 Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00
lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,0 tiga ratus juta rupiah.
2 Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima
puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp
38
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3 Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil
penjualan tahunan
lebih dari
Rp 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
b. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik
terburuknya dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap hampir semua sektor ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai
skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume kegiatan secara drastis. Pada saat itu, Menegkop dan UKM
memperkirakan hampir 3 juta UMKM berhenti berusaha, dan jumlah
39
usaha menengah dan usaha besar yang tutup usaha, masing-masing sekitar 14,2 dan 12,7 persen dari jumlah unit masing-masing
kelompok. Pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih, tercatat ada sekitar 39,7 juta UMKM, atau 99,85 persen dari jumlah
perusahaan berbagai skala usaha di Indonesia. Pada tahun yang sama, ada sekitar 78,8 juta usaha menengah, dengan rata-rata nilai penjualan
per tahun berkisar lebih dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar, atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada.
Dibalik perkembangan UMKM yang sangat meningkat pasca krisis ekonomi, perkembangan UMKM dihalangi oleh banyak hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, atau antara pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau
antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM. Persoalan
umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan
baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi
kualitas SDM rendah dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energi yang tingg; keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat
prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan
kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya.
40
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar UMKM adalah keterbatasan modal. Menurut Tulus Tambunan 2012, walaupun
banyak bank yang menawarkan kredit khusus bagi pengusaha kecil, sebagian besar pemilik usaha tidak pernah mendapatkan kredit bank
atau lembaga keuangan lainnya. Mereka tergantung sepenuhnya pada uangtabungan mereka sendiri, uangbantuan dari saudarakenalan
untuk mendanai usaha mereka. Alasannya beragam; ada yang tidak pernah dengar atau menyadari adanya adanya skim-skim khusus
tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya dianggap tidak layak untuk didanai atau mengundurkan diri karena
rumitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang
dari awal memang tidak berkeinginan meminjam dari lembaga- lembaga keuangan formal.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha dalam pemerolehan pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya
adalah penolakan karena UMKM dianggap tidak layak untuk didanai. Hal ini terjadi karena sektor perbankan telah memiliki standar dan
kesiapan dalam mengelola kredit dalam jumlah massal bagi pengusaha kecil dan menengah, salah satunya penilaian perbankan terhadap
UMKM adalah dari segi kualitas UMKM.Sebuah UMKM dianggap bermutu apabila UMKM menghasilkan tiga jenis keuntungan, yakni
keuntungan bisnisprofit, keuntungan negara, dan keuntungan
41
sosialmasyarakat. Keuntungan bisnisprofit ditentukan oleh kombinasi yang kompleks dari variabel-variabel berikut: a produktivitas; b
efisiensi yang selanjutnya menentukan harga yang bersaing; c Kualitas, mutu, kegunaan, ketahanan lama produk, dan kemasan; d
promosi dan reklame; dan e pelayanan konsumen yang memuaskan atau meningkatkan loyalitas konsumen. Variabel-variabel tersebut
menentukan besarnya keuntungan UMKM.Variabel-variabel tersebut juga dapat digunakan sebagai indikator-indikator alternatif atau alat
ukur yang sifatnya tidak langsung untuk mengukur besarnya keuntungan UMKM.
Gambar 2.2 Indikator-
indikator untuk Mengukur UKM yang ‘Bermutu’
Sumber: Tulus Tambunan 2012
UKM yang bermutu Keuntungan
Bisnisprofit Keuntungan
Negara Keuntungan
SosialMasyara kat
Kesejahteraan Masyarakat
Tidak Merusak Lingkungan Alam
Kesejahteraan Pekerja
Kesejahteraan Masyarakat
Corporate Social Responsibility
Keterkaitan Bisnis dengan
Ekonomi Lokal
42
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1