Metode Analisis Data Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas

50 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti. Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan studi kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan di dalam dan di luar kampus maupun toko-toko buku.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Data-data yang telah diperoleh akan diolah dengan menggunakan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. a. Uji Kenormalan Data dengan software Smart PLS Partial Least Square PLS, merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan atas banyak asumsi. Metode PLS ini mempunyai keunggulan tersendiri, diantaranya: M. Ma’ruf Abdullah, 2015:362 a Data tidak harus berdistribusi normal multivariat b Ukuran sampel tidak harus besar c PLS tidak saja bisa digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. 51 d PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan indikator formatif, dan hal lain tidak mungkin digunakan dalam SEM karena akan terjadi unirentifiede model. b. Statistical Quality Control SQC dengan menggunakan metode Diagram Kendali P P-charts yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Rumus yang digunakan dalam pengolahan data untuk menghasilkan grafik kendali P adalah sebagai berikut: Proporsi p = 1 Central Limit CL ṕ = 2 Batas Kendali Atas Upper Control Limit UCL = ṕ + 3 √ ṕ ṕ 3 Batas Kendali Bawah Lower Control Limit LCL = ṕ - 3 √ ṕ ṕ 4 c. Lean Six Sigma dengan pendekatan Kaizen Blitz melalui metode Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control DMAIC dalam waktu enam hari kerja. Tahap Define Pada tahap ini dilakukan penentuan masalah pada produksi produk dengan menggunakan analaisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase dari tiap-tiap jenis 52 kecacatan yang terjadi. Sehingga melalui diagram pareto dapat dilihat jenis kecacatan yang paling berpengaruh dan dapat diputuskan untuk konsentrasi lebih khusus untuk kecacatan. Tahap Measure Aktivitas-aktivitas value added time dan non value added time. Non- Value-Added ataupun waste pemborosan merupakan aktivitas yang tidak menambahkan nilai dari perspektifpelanggan dan tidak diperlukan untuk hal keuangan, alasan bisnis yang legal, atau lainnya. Jenis kegiatan Non- Value-Added antara lain : 1 Penanganan melampaui yang minimal dibutuhkan seperti, transportasi, menyimpan bahan, menghitung, menyimpan, mengambil. 2 Pengerjaan ulang yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan. 3 Duplikasi kerja berupa pengawasan atau pemantauan pekerjaan. 4 Menunggu, waktu idle, penundaan. 5 Produksi berlebihan yaitu terlalu banyak atau terlalu cepat. 6 Pergerakan staf yang tidak diperlukan. 7 Over processing terlalu banyak langkah untuk menyelesaikan pekerjaan atau melebihi kebutuhan pelanggan. 4.35 26.09 56.52 100.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 5 10 15 20 A m ou n t Damage Gambar 3.1 Contoh Diagram Pareto 53 Tahap Analyze Setelah diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan ketidaksesuaian pada proses produksi, maka perlu dilihat kembali apa yang menjadi akar permasalahan agar dapat dilakukan perbaikan dengan tepat. Analisis Diagram Sebab Akibat adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab- penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi Nasution 2010. Tahap Improve Tahap improve yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan pada proses produksi yaitu dengan menentukan solusi yang tepat berdasarkan faktor-faktor utama penyebab kesalahan. Tahap Control Pada tahap control, dilakukan pengawasan terhadap pengaplikasian solusi yang diperoleh pada tahap improve. 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian