Cara kerja Impedans Meter

1. Sebuah alat yang memproduksi nada bolak-balik oscillator dengan frekwensi yang tetap biasanya 220 Hz. 2. Sebuah mikrofon dan meter pencatat sound pressure level dalam liang telinga. 3. Sebuah pompa udara dan manometer yang dikalibrasi dalam millimeter air raksa -600 mmH2O s.d + 1200 mmH2O. Suatu mekanisme untuk mengubah dan mengukur tekanan udara dalam liang telinga. Jerger, 1976 ; Katz, 1994

2.4.1. Cara kerja Impedans Meter

Timpanometri merupakan salah satu dari tiga pengukuran imitans yang banyak digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, disamping imitans static dan ambang reflex akustik Stach, 1998 Cara kerja timpanometri adalah alat pemeriksaan probe yang dimasukkan ke dalam liang telinga memancarkan sebuah nada dengan frekwensi 220 Hz. Alat lainnya mendeteksi respon dari membran timpani terhadap nada tersebut. Secara bersamaan, probe yang menutupi liang telinga menghadirkan berbagai jenis tekanan udara. Pertama positif, kemudian negatif kedalam liang telinga. Jumlah energi yang dipancarkan berhubungan langsung dengan Compliance. Compliance menunjukkan jumlah mobilitas di telinga tengah. Sebagai contoh lebih banyak energi yang kembali kealat pemeriksaan, lebih sedikit energy yang diterima oleh membran timpani. Hal ini menggambarkan suatu compliance yang rendah. Compliance yang rendah menunjukkan kekakuan atau obstruksi pada telinga tengah. Data-data yang didapat membentuk sebuah gambar 2 dimensi pengukuran mobilitas membran timpani. Pada telinga normal, kurva yang timbul menyerupai gambaran lonceng. Penghantaran bunyi melalui telinga tengah akan maksimal bila tekanan udara sama pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga yang Universitas Sumatera Utara normal, penghantaran maksimum terjadi pada atau mendekati tekanan atmosfer. Itulah sebabnya ketika tekanan udara didalam liang telinga sama dengan tekanan udara di dalam kavum timpani, imitans dari system getaran telinga tengah yang normal akan berada pada puncak optimal dan aliran energy yang melalui system ini akan maksimal. Tekanan telinga tengah dinilai dengan bermacam-macam tekanan pada liang telinga yang ditutup probe sampai sound pressure level SPL berada pada titik minimum. Hal ini menggambarkan penghantaran bunyi yang maksimum melalui telinga tengah. Tetapi bila tekanan udara dalam salah satu liang telinga lebih dari tekanan positif atau kurang dari tekanan negatif tekanan dalam kavum timpani, imitans system akan berubah dan aliran energy berkurang. Dalam sistem yang normal, begitu tekanan udara berubah sedikit di bawah atau di atas dari tekanan udara yang memproduksi imitans maksimum, aliran energy akan menurun dengan cepat sampai nilai minimum. Pada tekanan yang bervariasi di atas atau di bawah titik maksimum, SPL nada pemeriksaan di dalam liang telinga bertambah, ini menggambarkan sebuah penurunan dalam penghantaran bunyi yang melalui telinga tengah Stach, 1998. Data timpanometri yang berasal dari etnik dewasa muda China berumur antara 19 sampai 34 tahun dilaporkan oleh Wan dan Wong 2002 pada 100 orang penduduk di China. Wan dan Wang 2002 membandingkan data tersebut dengan data timpanometri oleh Roup et al.1998 pada 100 orang dewasa muda kaukasian berumur antara 20 hingga 30 tahun. Perbedaan parameter timpanogram antara dua etnik tersebut adalah signifikan secara statistik. Pada dewasa muda China Selatan menunjukkan mean peak Ytm dan mean Vea lebih rendah dan mean TW yang lebih tinggi dibandingkan etnik kaukasian. Perbedaan yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh struktur anatomi dan ukuran suatu etnik yang mempengaruhi ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga Universitas Sumatera Utara luar. Ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga luar masing-masing akan mempengaruhi nilai peak Ytm dan Vea Wahab Chahed, 2010. Roup et al memeriksa peak Ytm , TW dan Vea Pada penelitian yang lain tentang data normal timpanometri pada dewasa muda di china selatan menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap etnis dibanding hasil penelitian yang dilakukan Roup et al, tetapi tidak memperlihatkan hasil yang signifikan pada jenis kelaminwahab Rasyid : 2009. menilai sebanyak 102 remaja suku non Hispanic kaukasian laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin sebagai salah satu parameter wahab Rasyid : 2009 Wan dan Wong 2002 menyatakan bahwa faktor perbedaan ukuran tubuh antara populasi dewasa Kaukasian dengan China Selatan mungkin secara tidak langsung mempengaruhi ukuran rongga telinga tengah. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan data normal timpanogram yang diperoleh dari penelitian mereka dibanding dengan populasi Kaukasian WahabChahed: 2010. Menurut Kei et al 2005, nilai peak Ytm dan Vtm meningkat dengan peningkatan umur WahabChahed: 2010. Analisa statistik menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi nilai setiap parameter timpanogram yang diukur. Hasil ini konsisten dengan penelitian oleh Li et al 2006 yang mendapatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada nilai parameter timpanogram berdasarkan faktor jenis kelamin. Morgalis dan Heller 1987 mendapatkan anak-anak lelaki suku Kaukasian menunjukkan nilai Vea 0.1 cm 3 lebih tinggi dibanding anak-anak perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan usia antara anak lelaki dan perempuan yaitu usia 3.8 hingga 5.6 tahun pada anak lelaki dan 2.8 hingga 5.8 tahun pada anak perempuan. Hal ini memberikan kesan pada perbedaan ukuran liang telinga antara kedua jenis kelamin WahabChahed: 2010. Universitas Sumatera Utara Huang et al 2000 mendapatkan bahwa semakin kecil ukuran rongga telinga tengah menyebabkan semakin rendah nilai compliance dalam telinga tengah. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rerata peak Ytm, Vea dan TW antara anak lelaki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan ukuran rongga telinga tengah dan fisik antara anak lelaki dan perempuan hampir sama. Menurut Martini 2004, persamaan pola perkembangan fisik tubuh biasanya dapat dilihat pada usia muda dibanding usia dewasa. Sementara nilai TW tidak berbeda antara anak lelaki dan perempuan karena nilai TW mempunyai nilai korelasi yang rendah dengan nilai peak Ytm Koebsell Margolis 1986 WahabChahed: 2010.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian