Gambaran Ukuran Timpanogram Pada Orang Dewasa Normal di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN UKURAN TIMPANOGRAM PADA ORANG DEWASA NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Tesis

Oleh: Dr. Meiza Ningsih

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA

LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

GAMBARAN UKURAN TIMPANOGRAM PADA ORANG DEWASA NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Tesis

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Bedah Kepala Leher

Oleh: Dr. Meiza Ningsih

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA

LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahim, saya sampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Spesialis dalam bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Saya menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun bahasannya. Walaupun demikian, mudah-mudahan tulisan ini dapat menambah perbendaharaan penelitian dengan judul : Gambaran Ukuran Timpanogram Pada Orang Dewasa Normal di RSUP H.Adam Malik Medan. Dengan telah selesainya tulisan ini, pada kesempatan ini dengan tulus hati saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

Dr Adlin Adnan, Sp.THT-KL atas kesediaannya sebagai ketua pembimbing penelitian ini, dr. Harry A.Asroel, M.Ked, Sp.THT-KL sebagai anggota pembimbing. Di tengah kesibukan beliau, dengan penuh perhatian dan kesabaran, telah banyak memberi bantuan, bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada saya dalam menyelesaikan tulisan ini.

Rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Fotarisman Zaluchu,SKM,MSi,MPH sebagai pembimbing ahli yang banyak memberi bantuan, bimbingan dan masukan dalam bidang metodelogi penelitian dan statistik.

Dengan telah berakhirnya masa pendidikan magister saya, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(4)

Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin Panusunan Lubis, Sp.A(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH), atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU.

Yang terhormat Bapak Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah mengizinkan peneliti untuk mengambil data di rumah sakit yang beliau pimpin dan telah memberikan kesempatan pada saya untuk menjalani masa pendidikan di rumah sakit yang beliau pimpin.

Yang terhormat Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran USU Prof. Dr. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K) dan Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran USU, dr T. Siti Hajar Haryuna Sp.THT-KL, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran USU sebelumnya Prof. dr. Askaroellah Aboet, Sp.THT-KL yang telah memberikan izin, kesempatan dan ilmu kepada saya dalam mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik sampai selesai.

Yang terhormat supervisor di jajaran Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan, dr. Asroel Aboet, Sp.THT-KL(K), Prof. dr. Ramsi Lutan, Sp.THT-Sp.THT-KL(K), dr. Yuritna Haryono, Sp.THT-KL (K), Prof. dr. Askaroellah Aboet, Sp.THT-KL(K), Prof. Dr. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K), dr. Muzakkir Zamzam, SpTHT-KL(K), dr. Mangain Hasibuan, SpTHT-KL, dr. T.Sofia Hanum, Sp.THT-KL(K), Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, SpTHT-Sp.THT-KL(K), dr. Linda I. Adenin, Sp.THT-KL, dr. Ida Sjailandrawati Hrp, SpTHT-KL, dr.Adlin Adnan, Sp.THT-KL, dr. Rizalina A. Asnir, Sp.THT-KL(K), (Almh) dr. Ainul


(5)

Mardhiah, Sp.THT-KL, dr. Siti Nursiah, Sp.THT-KL, dr. Andrina Y.M. Rambe, Sp.THT-KL, dr. Harry Agustaf Asroel,M.Ked, Sp.THT-KL, dr. Farhat,M.Ked(ORL-HNS) Sp.THT-KL(K), dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT-KL, dr. Aliandri, Sp.THT-KL, dr. Asri Yudhistira,M.Ked(ORL-HNS) Sp.THT-KL, dr. Devira Zahara,M.Ked(ORL-HNS), SpTHT-KL, dr. H.R. Yusa Herwanto,M.Ked(ORL-HNS), SpTHT-KL, dr. M. Pahala Hanafi Harahap, SpTHT-KL dan dr. Ferryan Sofyan, M.Kes, SpTHT-KL. Terima kasih atas segala ilmu, keterampilan dan bimbingannya selama ini.

Yang tercinta teman-teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran USU, atas bantuan, nasehat, saran maupun kerjasamanya selama masa pendidikan.

Yang mulia dan tercinta Ayahanda Prof.H.Marbakri,SH dan Ibunda Hj. Mardiana, ananda sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya atas kasih sayang yang telah diberikan dan dilimpahkan kepada ananda sejak dalam kandungan, dilahirkan, dibesarkan dan diberi pendidikan yang baik serta diberikan suri tauladan yang baik hingga menjadi landasan yang kokoh dalam menghadapi kehidupan ini, dengan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, Ya Allah ampuni dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, serta kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami sejak kecil. Yang tercinta Bapak Mertua Alm. Drs.H.Amiruddin Tanjung, dan Ibu Mertua Hj. Azliar Akbar yang selama ini telah memberikan dorongan dan restu untuk selalu menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Kepada suamiku tercinta Ir. Azmiral serta kedua buah hati kami yang amat kusayang Khalisa Fayza Azmiral dan Nadhira Musyaffa Azmiral, tiada kata yang lebih indah yang dapat ibunda ucapkan selain ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya atas pengorbanan tiada tara, cinta dan kasih sayang, kesabaran, ketabahan, pengertian dan dorongan


(6)

dengan ridho Allah SWT akhirnya kita sampai pada saat yang berbahagia ini.

Kepada kakak dan Adik Indra Afrita, SH.MH, Jhoni Dian Putra, Ssi, serta kakak dan adik ipar penulis mengucapkan terima kasih atas limpahan kasih sayang dan tak henti-hentinya memberikan dorongan serta doa kepada penulis.

Kepada seluruh kerabat dan handai taulan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Akhirnya izinkanlah saya mohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan dan kekurangan saya selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan, petunjuk yang diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin.

Medan, April 2013 Penulis


(7)

GAMBARAN UKURAN TIMPANOGRAM PADA

ORANG DEWASA NORMAL DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

Abstrak

Pendahuluan : Pada saat ini American Speech and Hearing Association (ASHA) menjadi rujukan bagi sentra audiologi untuk penilaian fungsi telinga tengah. Dengan acuan ini, pendekatan interpretasi timpanogram secara kuantitatif yang bersifat objektif mempunyai nilai yang mutlak dibanding pendekatan kuantitatif yang lebih bersifat subjektif.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran timpanogram orang dewasa normal di RSUP H.Adam Malik Medan.

Metode : Penelitian bersifat deskriptif yang menggunakan pengumpulan data primer disertai pengukuran non-intervensi. Didapatkan 142 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rutin telinga dengan otoskopi dan timpanometri.

Hasil Penelitian : Dari penelitian terhadap 142 sampel (284 telinga) diperoleh hasil yaitu nilai mean Vea 0,9672 cm3

Kesimpulan : Nilai timpanogram pada orang dewasa normal yang didapat pada penelitian ini terhadap jenis kelamin, umur dan suku dapat dijadikan sebagai nilai kuantitatif untuk pendekatan interpretasi timpanogram.

dengan standard deviasi 0,254, nilai mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) dengan nilai standard deviasi 0,244 dan nilai mean Tw : 56 (dapa) dengan standard deviasi 16,63 (tabel 4.4).


(8)

TIMPANOMETRIC VALUES IN NORMAL ADULTS AT H.ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL MEDAN

Abstract

Introduction : Guideline for middle ear screening by the American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) have suggested the use of quatitatif approach for timpanogram interpretation. Compare to the quantitative approach that has been used previously, because it is an objective approach.

Purpose : to know the timpanometric values in normal adults at the H.Adam Malik General Hospital Medan.

Methods : the study design was a descriptive research. This study obtained 142 people (284 ears) who meet the inclusion criteria. Data collection was done through physical examination of the ear with otoscope and hearing assessment with timpanometer.

Result : The results showed from 142 sampel (284 ears) were found mean Vea 0,9672 cm3

Conclusion : The current study suggest normal adults may reguire gender, age and ras values when implementating a quantitative approach in tympanogram interpretation.

with standard deviation 0,254, mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) with standard deviation 0,244 and mean Tw : 56 (daPa) with the standard deviation 16,63.

Keywords : Timpanometry, adults, tympanogram.


(9)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ……… i

Abstrak ……… v

Abstract ……… vi

Daftar Isi ……… vii

Daftar Tabel ……… ix

Daftar Gambar ……… x

BAB 1. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 4

1.3. Tujuan Penelitian ……… 4

1.3.1. Tujuan Umum ……… 4

1.3.2. Tujuan Khusus ……… 4

1.4. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

2.1. Anatomi Telinga Tengah ……… 6

2.1.1. Membran Timpani ……… 6

2.1.2. Kavum Timpani ……… 7

2.1.3. Tuba Eustachius ……… 8

2.1.4. Prosessus Mastoideus ……… 9

2.2. Timpanometri ……… 9

2.2.1. Volume Liang Telinga ……… 11

2.2.2. Complience ( mobilitas) Sistem Telinga Telinga …… 11

2.2.3. Tekanan Udara ……… 12

2.3. Terminologi ……… 13

2.4. Peralatan ……… 13

2.4.1. Cara Kerja Impedans Meter ……… 14

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ……… 18

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ……… 18


(10)

3.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………

18

3.3.1. Populasi ……… 18

3.3.2. Sampel ……… 18

3.3.3. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel … 19 3.4. Variabel Penelitian ……… 19

3.5. Definisi Operasional ……… 19

3.6. Bahan dan Alat Penelitian ……… 20

3.7. Cara Kerja ……… 21

3.8. Cara Analisa Data ……… 22

3.9. Kerangka Kerja Penelitian ……… 22

BAB 4. HASIL PENELITIAN ……… 23

BAB 5. PEMBAHASAN ……… 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 34

DAFTAR PUSTAKA ……… 36

PERSONALIA PENELITIAN……….. 39 LAMPIRAN 1 ……….. LAMPIRAN 2 ……….. LAMPIRAN 3 ……….. LAMPIRAN 4 ……….. LAMPIRAN 5 ………..

41 43 44 47 51


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur

Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan suku bangsa Tabel 4.4 Hasil timpanogram untuk subjek penelitian

Tabel 4.5 Distribusi jenis kelamin terhadap Vea,), Peak Ytm Dan TW

Tabel 4.6. Distribusi umur terhadap ukuran vea, peak Ytm, TW Tabel 4.7. Distribusi umur terhadap ukuran Vea, Peak Ytm,TW


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Skema Alat yang Digunakan untuk Pemeriksaan

Timpanometri...10 Gambar 2.2.2. Hasil Pemeriksaan Timpanogram ...11


(13)

GAMBARAN UKURAN TIMPANOGRAM PADA

ORANG DEWASA NORMAL DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

Abstrak

Pendahuluan : Pada saat ini American Speech and Hearing Association (ASHA) menjadi rujukan bagi sentra audiologi untuk penilaian fungsi telinga tengah. Dengan acuan ini, pendekatan interpretasi timpanogram secara kuantitatif yang bersifat objektif mempunyai nilai yang mutlak dibanding pendekatan kuantitatif yang lebih bersifat subjektif.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran timpanogram orang dewasa normal di RSUP H.Adam Malik Medan.

Metode : Penelitian bersifat deskriptif yang menggunakan pengumpulan data primer disertai pengukuran non-intervensi. Didapatkan 142 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rutin telinga dengan otoskopi dan timpanometri.

Hasil Penelitian : Dari penelitian terhadap 142 sampel (284 telinga) diperoleh hasil yaitu nilai mean Vea 0,9672 cm3

Kesimpulan : Nilai timpanogram pada orang dewasa normal yang didapat pada penelitian ini terhadap jenis kelamin, umur dan suku dapat dijadikan sebagai nilai kuantitatif untuk pendekatan interpretasi timpanogram.

dengan standard deviasi 0,254, nilai mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) dengan nilai standard deviasi 0,244 dan nilai mean Tw : 56 (dapa) dengan standard deviasi 16,63 (tabel 4.4).


(14)

TIMPANOMETRIC VALUES IN NORMAL ADULTS AT H.ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL MEDAN

Abstract

Introduction : Guideline for middle ear screening by the American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) have suggested the use of quatitatif approach for timpanogram interpretation. Compare to the quantitative approach that has been used previously, because it is an objective approach.

Purpose : to know the timpanometric values in normal adults at the H.Adam Malik General Hospital Medan.

Methods : the study design was a descriptive research. This study obtained 142 people (284 ears) who meet the inclusion criteria. Data collection was done through physical examination of the ear with otoscope and hearing assessment with timpanometer.

Result : The results showed from 142 sampel (284 ears) were found mean Vea 0,9672 cm3

Conclusion : The current study suggest normal adults may reguire gender, age and ras values when implementating a quantitative approach in tympanogram interpretation.

with standard deviation 0,254, mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) with standard deviation 0,244 and mean Tw : 56 (daPa) with the standard deviation 16,63.

Keywords : Timpanometry, adults, tympanogram.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timpanometri merupakan suatu metode pemeriksaan fungsi telinga tengah yang aman dan cepat pada anak-anak maupun orang dewasa, dimana tekanan udara didalam liang telinga luar diubah untuk mengukur nilai imitans akustik pada permukaan lateral membran timpani (Shahnaz & Bork, 2008).

Pada timpanometri terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah berdasarkan bentuk timpanogram di mana Jerger (1970) mengklasifikasikan timpanogram kepada jenis A, B dan C. Tidak adanya nilai mutlak menyulitkan perbandingan variasi timpanogram (Wahab & Chahed, 2010).

Pada saat ini American Speech and Hearing Association (ASHA) adalah rujukan bagi sentra audiologi untuk penilaian fungsi telinga tengah (Wahab & Rashid, 2009; Wahab & Chahed, 2010). Dengan acuan ini, pendekatan interpretasi timpanogram secara kuantitatif digunakan untuk menilai fungsi sistem telinga tengah. Pendekatan kuantitatif yang bersifat objektif mempunyai nilai yang mutlak dibanding pendekatan kualitatif yang lebih bersifat subjektif (Wahab & Chahed, 2010).

Pendekatan kualitatif sangat bergantung kepada penilaian subjektif seorang audiologis atau klinisi. Pendekatan ini tidak menggunakan pemeriksaan fisik secara mutlak sebaliknya hanya digunakan untuk mengkategorikan hasil timpanogram. Setelah 30 tahun pendekatan kualitatif masih merupakan pendekatan popular yang digunakan audiologis dalam menginterpretasikan timpanogram (Margolis & Hunter 1999: Shanks 1984: Margolis 1981). Bagaimanapun terdapat beberapa


(16)

kelemahan dalam pendekatan ini yang menyebabkan aplikasinya didalam klinik tidak lagi dapat digunakan (Wahab & Hasyim, 2010).

Penggunaan nilai volume liang telinga luar mempengaruhi hasil timpanogram (Shanks 1984; Shanks et al 1988), akibatnya hal ini sangat mempengaruhi penilaian subjektif seorang klinisi, hal ini diperberat pula dengan tidak adanya data normatif yang dapat menyokong penggunaan pendekatan kualitatif dalam menilai fungsi telinga tengah. Maka pendekatan kuantitatif yang bersifat objektif merupakan suatu keharusan untuk mengatasi kelemahan pendekatan kualitatif. Alat timpanometer modern sekarang membenarkan pendekatan kuantitatif diapliklasikan di dalam bidang klinik (Wiley & Fowler 1997). Mesin timpanometer modern mampu mengukur komponen akustik admitan didalam satuan akustik mmho serta mampu mengabaikan pengaruh volume liang telinga luar sewaktu menjalankan uji timpanometri. Maka hasil timpanogram yang dihasilkan lebih stabil dan dapat direkam. Oleh karena itu pengukuran ciri-ciri parameter timpanometri adalah lebih tepat ( Lilly & Shanks 1981) (Wahab & Hasyim, 2010).

Karena itu, pendekatan kuantitatif amat diperlukan agar perbandingan data timpanogram dapat dilakukan. Namun, pendekatan kuantitatif ini memerlukan adanya data normal. Data normal timpanometri diukur berdasarkan tiga parameter yaitu: puncak timpanogram dikompensasi (peak Ytm), Volume liang telinga luar (Vea) dan kelebaran timpanogram (TW). Data tersebut dijadikan acuan untuk menilai fungsi sistem telinga tengah (Wahab & Chahed, 2010).

Ketiga nilai parameter tersebut merupakan nilai mutlak yang bertujuan untuk mendapatkan pengukuran yang lebih tepat. Peak Ytm dalam satuan mmho,menunjukkan keadaan di telinga tengah. Efusi telinga tengah dapat menurunkan peak Ytm dan juga TW menjadi lebih lebar.

TW dinyatakan dalam decaPascal (daPa). Nilai Vea dapat menggambarkan bila terdapat perforasi di membran timpani yaitu Vea menjadi lebih besar dari normal (Wahab & Hasyim).


(17)

Vea dapat digunakan pada skrining dan mengetahui kondisi patologi ditelinga tengah. Hal ini ditandai dengan adanya volume udara antara probe dan membran timpani. Pengukuran volume liang telinga sangat tergantung pada ukuran probe dengan ukuran liang telinga, ada atau tidaknya serumen dan kondisi ditelinga tengah.(Bosaghzadeh,2011)

Laki-laki cenderung mempunyai nilai yang signifikan lebih tinggi rata-rata Vea dan peak Ytm dibanding perempuan (Wahab & Rashid, 2010). Sementara itu, hasil penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai nilai peak Ytm,

Shahnaz dan Davies melaporkan bahwa ras China mempunyai nilai peak Ytm

Vea, lebih tinggi dari perempuan dan nilai TW lebih rendah dibanding perempuan. Ditemukan indikasi untuk memasukan kriteria umur dan jenis kelamin dalam pemeriksaan timpanometri (Wiley, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahab & Rashid (2009) ditemukan bahwa nilai rata-rata TW pada remaja muda Malaysia relatif lebih tinggi dibandingkan pada ras Kaukasian dan perbedaan tersebut juga terlihat untuk kedua jenis kelamin.

,

Sampai saat ini belum ada data yang mengemukakan tentang gambaran ukuran timpanogram pada orang Indonesia dewasa normal, maka peneliti tertarik untuk meneliti ukuran timpanogram tersebut.

Vtm, lebih tinggi dibanding ras Kaukasian (Shahnaz & Davies, 2008). Selain ras, faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin dan suku bangsa mempengaruhi nilai normal timpanometri (Wahab & Chahed, 2010).

Di RSUP H Adam Malik Medan, terdapat mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT. Dilihat dari usia, kelompok mahasiswa ini tergolong dewasa dan umumnya berada dalam kondisi sehat. Kelompok ini diharapkan merepresentasikan kelompok orang dewasa normal sebagaimana dimaksud dalam penelitian ini.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimanakah gambaran ukuran timpanogram pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran ukuran timpanogram pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin, umur, suku.

2. Mengetahui nilai normal volume liang telinga luar (Vea) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan

3. Mengetahui nilai normal puncak statik admitan akustik ( peak Ytm) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan

4. Mengetahui nilai normal kelebaran timpanogram (TW) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior THT di RSUP H.Adam Malik Medan


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian dapat menjadi gambaran ukuran timpanogram orang Indonesia dewasa normal di RSUP H.Adam Malik Medan. b. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan untuk penelitian lebih lanjut,

dengan ukuran sampel yang lebih luas dan dengan cakupan tujuan yang lebih dalam.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan diskusi literatur THT di RSUP H Adam Malik Medan.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai patokan bagi seorang klinisi untuk dapat mengetahui kondisi patologis di telinga tengah.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga Tengah

Rongga yang terdapat antara membran timpani dengan tulang labirin yang terdapat ditulang petrosus berisi antara lain rantai osikuler, tuba eustachius dan sistem vascular. Rongga timpani dibagi menjadi: epitimpani, mesotimpani dan hipotimpani (Ballenger’s 2009)

2.1.1. Membran Timpani

Membran timpani merupakan dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani ini berbentuk oval dan mempunyai ukuran panjang vertical rata-rata 9-10 mm, dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, tebal kira-kira 0,1 mm. Membran ini tipis, licin dan berwarna putih mutiara (Dhingra, 2007). Membran timpani terdiri dari tiga lapisan, lapisan luar terdiri dari epitel skuamosa, bagian dalam merupakan lanjutan dari mukosa telinga tengah yang dilapisi epitel kuboidal. Lapisan tengah merupakan lapisan fibrosa yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan radial dan sirkuler (sirkumferensial) (Yates, 2008).

Secara anatomis membran timpani dibagi dalam dua bagian yaitu: 1.Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani merupakan suatu permukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di annulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang temporal.

2. Para flaksida atau membran Shrapnel’s, letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh dua lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan belakang) (Dhingra 2007).


(21)

2.1.2. Kavum timpani

Kavum timpani mempunyai bentuk ireguler antara dinding lateral dan dinding medial kavum timpani berisi udara. Kavum timpani terdiri dari tiga bagian yaitu bagian superior yang berhubungan dengan membran timpani disebut epitimpani atau atik, yang terletak dipinggir atas dari membran timpani. Setentang membran timpani adalah mesotimpani dan di bawah pinggir membran timpani disebut hipotimpani (Colman, 1993; Yates,2008; Ballenger’s, 2009).

Kavum timpani mempunyai enam dinding yaitu bagian atap, lantai dinding lateral, dinding medial, dinding anterior dan dinding posterior (Helmi, 2005: Dhingra,2007).

Atap kavum timpani dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fosa kranial media (Helmi, 2005: Dhingra, 2007).

Lantai kavum timpani dibentuk oleh tulang tipis yang memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus vena jugularis dan dinding superiornya dibatasi oleh lempeng tulang yang mempunyai ketebalan yang bervariasi, bahkan kadang-kadang hanya dibatasi oleh mukosa dengan kavum timpani (Helmi, 2005: Dhingra, 2007).

Dinding medial kavum timpani memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpani menonjol kearah kavum timpani yang disebut promontorium. Tonjolan ini karena didalamnya terdapat kokhlea (Helmi, 2005: Dhingra, 2007).

Dinding posterior kavum timpani kearah superior terdapat sebuah saluran disebut aditus yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpani. Pada bagian posterior ini dari medial ke lateral terdapat eminentia pyramidalis dengan tempat keluarnya khorda timpani. Terdapat juga fosa inkudis yang terletak persis diatas sinus lateral (Helmi, 2005: Dhingra, 2007).


(22)

Dinding anterior kavum timpani sebagian besar berhadapan dengan arteri karotis, dibatasi lempengan tulang tipis. Dibagian atas dinding anterior terdapat semikanal otot tensor timpani yang terletak persis diatas muara tuba eustachius (Helmi, 2005: Dhingra, 2007). Membran timpani merupakan dinding lateral kavum timpani sedangkan dibagian epitimpani dinding lateralnya adalah skutum yaitu lempeng tulang yang merupakan bagian pars skuamosa tulang temporal (Helmi, 2005: Dhingra, 2007).

Ada 5 faktor yang mengatur tekanan pada kavum timpani, yaitu : (Ahmed, 2004)

1. Fungsi ventilasi tuba Eustachius.

2. Proses keluar masuknya gas dari sirkulasi melalui difusi. 3. Ketebalan mukosa telinga tengah.

4. Elastisitas membran timpani. 5. Ukuran pneumatisasi mastoid.

2.1.3. Tuba Eustachius

Fungsi tuba Eustachius adalah sebagai ventilasi telinga tengah yang mempertahankan keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase secret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya secret dari nasofaring menuju ke kavum timpani (Healy, 2003; Helmi,2005; Ballenger’s, 2009).

Lumen tuba Eustachius menghubungkan antara nasofaring (proksimal) dengan telinga tengah (distal). Pada pertengahan terdapat penyempitan yang disebut isthmus. Pertemuan antara bagian tulang rawan dengan bagian tulang rawan bagian tulang tuba Eustachius ini dinamakan junctional portion. Pada dinding lateral nasofaring terdapat penonjolan disebut torus tubarius, yang menonjol ke nasofaring. Penonjolan ini dibentuk oleh kumpulan jaringan lunak yang melapisi tulang rawan tuba Eustachius (Bluestone, 2006).


(23)

2.1.4 Prosesus Mastoideus

Air cell system tulang mastoid merupakan perpanjangan dari rongga pada telinga tengah yang berasal dari kantung pharyngeal

pertama. Proses ini terjadi pada perkembangan tulang temporal yang menghasilkan berbagai tingkat variasi pneumatisasi di bagian mastoid. Terjadinya infeksi pada telinga tengah dan mastoid dapat mempengaruhi pneumatisasi air cell system. Air cell system pada mastoid meluas mulai dari aditus ad antrum di epitimpani ke sentral mastoid (antrum) dapat meluas ke berbagai arah. (Ballenger’s; 2009) Luasnya pneumatisasi tulang temporal bervariasi untuk masing-masing individu. Hal ini ditentukan oleh dua factor, yaitu factor heriditer dan factor lingkungan. Sel udara mastoid mempunyai peranan penting terhadap fungsi fisiologis telinga tengah. Turmarkin dan Holmquist menyatakan bahwa sel udara mastoid berperan sebagai rongga udara pada telinga tengah dan bertanggung jawab terhadap pengaturan tekanan telinga tengah. Menurut Wittmaack’s (teori endodermal) mukosa telinga tengah yang normal merupakan syarat mutlak untuk terjadinya pneumatisasi normal sel udara mastoid, tetapi proses tersebut dapat dihambat oleh inflamasi atau kelainan fungsi tuba Eustachius (Virapongse, 1985: Ahmet, 2004).

2.2 Timpanometri

Timpanometri merupakan suatu metode pemeriksaan fungsi telinga tengah yang aman dan cepat pada anak-anak maupun orang dewasa, dimana tekanan udara didalam liang telinga luar diubah untuk mengukur nilai imitans akustik pada permukaan lateral membran timpani(Shahnaz & Bork,2008).

Timpanometri adalah suatu teknik pemeriksaan yang objektif dari membran timpani, perubahan tekanan udara pada liang telinga tengah, timpanometri menilai mobilitas membran timpani, yang


(24)

dipengaruhi tekanan udara di belakang membran timpani. Pemeriksaan timpanometri dilaksanakan selama lebih kurang tiga detik sampai pemeriksaan selesai, posisi probe ditempatkan sedemikian rupa pada liang telinga luar (Minessota Dept of Health community, 2009).

Dua komponen timpanometri yang menjadi parameter dalam interpretasi hasil pemeriksaan yaitu Compliance (mobilitas) membran timpani dan tekanan ( dalam satuan decaPascals (daPa)). Parameter lain pada pemeriksaan timpanometer seperti volume liang telinga (Ear Canal Volume) Acoustic Reflexes (AR) dan Gradients (GR) (Minessota Dept of Health community , 2009).

Gambar 2.2.1 Skema Alat yang Digunakan untuk Pemeriksaan Timpanometri (Jerger 1976)


(25)

Gambar 2.2.2. Hasil Pemeriksaan Timpanometri (Timpanogram)

2.2.1. Volume liang telinga

Volume liang telinga merupakan pengukuran jumlah berisi volume udara dalam rongga antara ujung probe timpanometer dan membran timpani. Jika ukuran volume liang telinga < 0.3, ini mengindikasikan bahwa probe harus diletakkan secara benar di liang telinga. Ada kalanya pengukuran liang telinga lebih sempurna dengan menggunakan wax, hasil yang dicapai lebih rendah pada pengukurannya. Ukuran volume lebih dari 2.0 ml merupakan indikasi bahwa ukuran rongga lebih besar dibanding volume liang telinga. Hal ini terjadi pada perforasi membran timpani. Nilai untuk dewasa normal normal: 0.6 – 1.5 ml. (Minessota Dept of health community, 2009)

2.2.2 Compliance (mobilitas) sistem telinga tengah

Sistem telinga tengah yang normal dengan membran timpani dan rantai ossicular lebih mudah bergetar, transmisi energy suara ke telinga dalam diubah menjadi gelombang suara oleh gerakan mekanik (Minessota Dept of health community, 2009)


(26)

• Pada timpanometri, gerakan dengan bebas (mobilitas atau

compliance) dari membran timpani dan rantai osikular dibedakan oleh jumlah ukuran energy yang penting untuk menggerakkannya. Timpanogram merupakan representasi dari tinggi gelombang dalam satuan millimeter (ml).

• Beberapa kondisi dari telinga tengah menyebabkan mobilitas sebagian atau keseluruhan dari sistem telinga tengah menjadi berkurang. Kondisi lain dapat diikuti terjadinya gerakan yang berlebihan. Mobilitas yang sangat rendah ataupun sangat tinggi diindikasikan bahwa memerlukan perhatian yang lebih.

• Ukuran compliance ( Peak Ytm ) 0.3 – 1.4 untuk dewasa, bila kecil dari 0.3 menunjukkan bahwa telinga tengah lebih kaku dibanding normal. Ukuran compliance lebih besar dari 1.5 menunjukkan bahwa membran timpani lebih lentur. Nilai yang lebih besar dari 3.0 ml menunjukkan disartikulasi rantai osikular.

2.2.3 Tekanan Udara

Pada telinga tengah yang normal, tuba eustachius akan terbuka diikuti udara yang bergerak masuk dan keluar dirongga telinga tengah. Hal ini untuk menjaga tekanan udara di belakang membran timpani sama dengan tekanan atmosfer atau tekanan udara di liang telinga. Jika tuba Eustachius tidak berfungsi secara normal, normal atau tekanan positif akan terjadi didalam telinga tengah. Hasil pengukuran didalam satuan daPa (decaPascal) atau mmH2O (millimeter air raksa). Pada umumnya hasil pengukuran timpanometri mulai dari +200 daPa sampai -400 daPa. Ukuran untuk dewasa normal +50 sampai -250 daPa. (Minessota Dept of health community, 2009)


(27)

2.3 Terminologi

Beberapa terminologi atau istilah yang harus diketahui :

1. Imitans : istilah umum yang menunjukan pengabungan akustik impedans dan admitans

2. Impedans : suatu ukuran dimana sebuah sistem dapat menahan aliran energy yang melaluinya (tahanan)

3. Admitans : total aliran energi yang melalui sebuah sistem (masukan)

4. Static Acoustic Admitattance / SAA (Compliance Peak): titik pada sumbu Y dalam timpanogram, di mana kurva mencapai maksimum, pada dasarnya merupakan titik dari kurva, nilai normal anak-anak adalah 0.2-0.9 mmho; mean: 0.5 (ASHA) dan dewasa adalah adalah 0.3-1,4 mmho; mean: 0.8.

5. Timpanometric Peak Pressure (TPP): Titik pada sumbu x pada timpanogram, dimana compliance peak berada, nilai normalnya adalah: -150 s.d +100 decaPascal (daPa).

6. Ear Canal Volume (ECV): nilai normalnya : 0.3 – 1.0 cm3 (anak-anak) dan 0,65 – 1.75 cm3

7. DecaPascal (daPa) : Satuan unit pengukuran tekanan udara, dimana 1 daPa = 10 pascal.

(dewasa). Volume pada wanita lebih kecil dibanding laki-laki.

8. Milim0 (mmh0) : Satuan unit pengukuran imitans, dimana 1 mh0 = 1000 mmh0.

(Katz, 1994 ; Stach, 1998 )

2.4 Peralatan

Pada dasarnya alat pengukur impedans terdiri dari 4 bagian yang semuanya dihubungkan ke liang telinga tengah oleh sebuah alat kedap suara sebagai berikut:


(28)

1. Sebuah alat yang memproduksi nada bolak-balik (oscillator) dengan frekwensi yang tetap (biasanya 220 Hz).

2. Sebuah mikrofon dan meter pencatat sound pressure level dalam liang telinga.

3. Sebuah pompa udara dan manometer yang dikalibrasi dalam millimeter air raksa (-600 mmH2O s.d + 1200 mmH2O). Suatu mekanisme untuk mengubah dan mengukur tekanan udara dalam liang telinga.

(Jerger, 1976 ; Katz, 1994 )

2.4.1. Cara kerja Impedans Meter

Timpanometri merupakan salah satu dari tiga pengukuran imitans yang banyak digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, disamping imitans static dan ambang reflex akustik (Stach, 1998)

Cara kerja timpanometri adalah alat pemeriksaan (probe) yang dimasukkan ke dalam liang telinga memancarkan sebuah nada dengan frekwensi 220 Hz. Alat lainnya mendeteksi respon dari membran timpani terhadap nada tersebut.

Secara bersamaan, probe yang menutupi liang telinga menghadirkan berbagai jenis tekanan udara. Pertama positif, kemudian negatif kedalam liang telinga. Jumlah energi yang dipancarkan berhubungan langsung dengan Compliance. Compliance menunjukkan jumlah mobilitas di telinga tengah. Sebagai contoh lebih banyak energi yang kembali kealat pemeriksaan, lebih sedikit energy yang diterima oleh membran timpani. Hal ini menggambarkan suatu compliance yang rendah. Compliance yang rendah menunjukkan kekakuan atau obstruksi pada telinga tengah. Data-data yang didapat membentuk sebuah gambar 2 dimensi pengukuran mobilitas membran timpani. Pada telinga normal, kurva yang timbul menyerupai gambaran lonceng.

Penghantaran bunyi melalui telinga tengah akan maksimal bila tekanan udara sama pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga yang


(29)

normal, penghantaran maksimum terjadi pada atau mendekati tekanan atmosfer. Itulah sebabnya ketika tekanan udara didalam liang telinga sama dengan tekanan udara di dalam kavum timpani, imitans dari system getaran telinga tengah yang normal akan berada pada puncak optimal dan aliran energy yang melalui system ini akan maksimal. Tekanan telinga tengah dinilai dengan bermacam-macam tekanan pada liang telinga yang ditutup probe sampai sound pressure level (SPL) berada pada titik minimum. Hal ini menggambarkan penghantaran bunyi yang maksimum melalui telinga tengah. Tetapi bila tekanan udara dalam salah satu liang telinga lebih dari (tekanan positif) atau kurang dari (tekanan negatif) tekanan dalam kavum timpani, imitans system akan berubah dan aliran energy berkurang. Dalam sistem yang normal, begitu tekanan udara berubah sedikit di bawah atau di atas dari tekanan udara yang memproduksi imitans maksimum, aliran energy akan menurun dengan cepat sampai nilai minimum.

Pada tekanan yang bervariasi di atas atau di bawah titik maksimum, SPL nada pemeriksaan di dalam liang telinga bertambah, ini menggambarkan sebuah penurunan dalam penghantaran bunyi yang melalui telinga tengah (Stach, 1998).

Data timpanometri yang berasal dari etnik dewasa muda China berumur antara 19 sampai 34 tahun dilaporkan oleh Wan dan Wong (2002) pada 100 orang penduduk di China. Wan dan Wang (2002) membandingkan data tersebut dengan data timpanometri oleh Roup et al.(1998) pada 100 orang dewasa muda kaukasian berumur antara 20 hingga 30 tahun. Perbedaan parameter timpanogram antara dua etnik tersebut adalah signifikan secara statistik. Pada dewasa muda China Selatan menunjukkan mean peak Ytm dan mean Vea lebih rendah dan

mean TW yang lebih tinggi dibandingkan etnik kaukasian. Perbedaan yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh struktur anatomi dan ukuran suatu etnik yang mempengaruhi ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga


(30)

luar. Ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga luar masing-masing akan mempengaruhi nilai peak Ytm dan Vea (Wahab & Chahed, 2010).

Roup et al memeriksa peak Ytm, TW dan Vea

Pada penelitian yang lain tentang data normal timpanometri pada dewasa muda di china selatan menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap etnis dibanding hasil penelitian yang dilakukan Roup et al, tetapi tidak memperlihatkan hasil yang signifikan pada jenis kelamin(wahab & Rasyid : 2009).

menilai sebanyak 102 remaja suku non Hispanic kaukasian laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin sebagai salah satu parameter (wahab & Rasyid : 2009)

Wan dan Wong (2002) menyatakan bahwa faktor perbedaan ukuran tubuh antara populasi dewasa Kaukasian dengan China Selatan mungkin secara tidak langsung mempengaruhi ukuran rongga telinga tengah. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan data normal timpanogram yang diperoleh dari penelitian mereka dibanding dengan populasi Kaukasian (Wahab&Chahed: 2010).

Menurut Kei et al (2005), nilai peak Ytm dan Vtm meningkat dengan peningkatan umur (Wahab&Chahed: 2010).

Analisa statistik menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi nilai setiap parameter timpanogram yang diukur. Hasil ini konsisten dengan penelitian oleh Li et al (2006) yang mendapatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada nilai parameter timpanogram berdasarkan faktor jenis kelamin. Morgalis dan Heller (1987) mendapatkan anak-anak lelaki suku Kaukasian menunjukkan nilai Vea 0.1 cm3 lebih tinggi dibanding anak-anak perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan usia antara anak lelaki dan perempuan yaitu usia 3.8 hingga 5.6 tahun pada anak lelaki dan 2.8 hingga 5.8 tahun pada anak perempuan. Hal ini memberikan kesan pada perbedaan ukuran liang telinga antara kedua jenis kelamin (Wahab&Chahed: 2010).


(31)

Huang et al (2000) mendapatkan bahwa semakin kecil ukuran rongga telinga tengah menyebabkan semakin rendah nilai compliance

dalam telinga tengah. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rerata peak Ytm, Vea dan TW antara anak lelaki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan ukuran rongga telinga tengah dan fisik antara anak lelaki dan perempuan hampir sama. Menurut Martini (2004), persamaan pola perkembangan fisik tubuh biasanya dapat dilihat pada usia muda dibanding usia dewasa. Sementara nilai TW tidak berbeda antara anak lelaki dan perempuan karena nilai TW mempunyai nilai korelasi yang rendah dengan nilai peak Ytm (Koebsell & Margolis 1986) (Wahab&Chahed: 2010).

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Umur

Jenis Kelamin

Suku

Ukuran Timpanogram

Vea Peak YTM


(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pengumpulan data primer disertai pengukuran non-intervensi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2012 sampai Oktober 2012.

3.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi

Untuk memudahkan penelitian, maka populasi penelitian adalah orang dewasa normal yaitu mahasiswa fakultas kedokteran yang berkepaniteraan klinik di poli THT-KL dan PPDS RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Agustus – Oktober tahun 2012 .

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh mahasiswa fakultas kedokteran yang berkepaniteraan klinik dan PPDS di poli THT-KL RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2012 yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian pada saat pengambilan data penelitian dikerjakan.

Kriteria Inklusi Sampel:

1. Menjadi mahasiswa yang terdaftar sebagai peserta kepaniteraan klinik di Poli THT-KL dan PPDS RSUP H. Adam Malik Medan pada periode pengambilan data.


(33)

2. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani informed consent.

3. Tidak sedang mengalami gangguan pendengaran dan tidak terdapat kelainan maupun infeksi pada telinga berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

4. Liang telinga dalam keadaan normal dan tidak terdapat serumen.

5. Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membran timpani intak. Kriteria Eksklusi: mahasiswa yang mengalami gangguan pendengaran.

3.3.3. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan pada periode waktu Bulan Agustus 2012 sampai Oktober 2012. Karena itu sampel ditentukan secara purposive, yaitu semua mahasiswa peserta kepaniteraan klinik dan PPDS di Poli THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan pada periode pengambilan data.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variable puncak timpanogram dikompensasi (puncak Ytm), Volume liang telinga luar (Vea

3.5 Defenisi Operasional

) dan kelebaran timpanogram (TW). Beberapa variabel pendukung lainnya adalah: umur, Jenis Kelamin, suku.

a. Volume liang telinga : adalah merupakan hasil pengukuran jumlah volume udara yang berada di rongga antara ujung probe

timpanometer dan membran timpani. Hasil pengukuran ini pada dewasa normal berkisar antara 0,6 sampai 1.5 ml. Jika hasil <0.3 ini menunjukkan penempatan probe harus ditinjau agar tepat sesuai


(34)

lebih besar dari volume liang telinga. Hal ini terjadi jika terdapat pemakaian tube pada membran timpani atau terjadi perforasi membran timpani. (Minessota Dept of Health community, 2009).

b. Peak Ytm : adalah nilai akustik admittance pada permukaan lateral membrane timpani yang berdasarkan pada peak pressure timpanogram. Abnormalitas puncak Ytm

c. Kelebaran timpanogram (TW) : adalah kelebaran timpanogram yang diukur dalam decapascals (daPa) pada setengah dari ketinggian puncak timpanogram sampai dasar (Wahab & Rasyid, 2009).

terjadi pada otitis media efusi (Wahab& Rasyid, 2009)

d. Pemeriksaan otoskopi : adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk memastikan membrane timpani dalam kondisi normal dan liang telinga luar tidak ada sumbatan serumen (Wahab & Hasyim, 2009).

e. Timpanometri : adalah suatu teknik pemeriksaan yang objektif dari membran timpani, perubahan tekanan udara pada liang telinga tengah, timpanometri menilai mobilitas membran timpani, yang dipengaruhi tekanan udara di belakang membran timpani. Pemeriksaan timpanometri dilaksanakan selama lebih kurang tiga detik sampai pemeriksaan selesai, posisi probe ditempatkan sedemikian rupa pada liang telinga luar.

f. Timpanogram: Hasil pengukuran timpanometri

g. Umur adalah usia yang dihitung dalam tahun dan dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.

h. Jenis kelamin sesuai dengan keberadaan jenis kelamin, yaitu 1) Laki-laki; dan 2) Perempuan

3.6 Bahan dan Alat Penelitian

1. Lampu kepala

2. Spekulum telinga merk Hartmann. 3. Otoskop merk Reister


(35)

5. Alat penghisap (suction) merk Thomas Medipump tipe 1132 GL. 6. Kanul penghisap nomor 6 dan 8 tipe Fergusson.

7. Spekulum hidung merk Renz. 8. Spatel lidah tipe burning.

9. Kaca laringoskopi dan kaca rinoskopi. 10. Bunsen

11. Pengait serumen.

12. Timpanometer merk Inter Acoustics, tipe Audio Traveller AA222.

3.7. Cara Kerja

Semua peserta penelitian yang memenuhi kriteria menjalani penelitian dengan urutan tata cara sebagai berikut :

1. Semua peserta penelitian diminta persetujuan tertulis bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dengan menandatangani formulir

inform consent.

2. Semua sampel yang memenuhi criteria inklusi dan ekslusi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan otoskopi dengan menggunakan lampu kepala dan otoskop.

3. Pemeriksaan timpanometri dilakukan dengan menggunakan alat timpanometer merk Inter Acoustics, tipe Audio Traveller AA222.

Cara penggunaannya dengan memasukkan probe yang sesuai dengan besar liang telinga subjek sehingga telinga tertutup rapat kemudian alat akan secara otomatis memberikan tekanan udara dan suara ke telinga subjek yang kemudian akan dipantulkan kembali oleh membran timpani. Pantulan gelombang suara inilah yang akan ditangkap oleh mikrofon yang ada pada probe dan kemudian diterjemahkan sebagai gambar pada grafik timpanogram. Pada grafik ini terdapat gambaran kurva timpanogram, nilai tekanan telinga tengah dan volume kanalis auditorius eksternus Selanjutnya pada alat timpanometer ditekan


(36)

menandakan tidak ada kebocoran; gambaran timpanogram akan terlihat di layar (Mikolai TK 2006).

3.8 Cara Analisa Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik untuk menilai rerata volume liang telinga normal. Pengolahan data kuantitatif menggunakan analisis data deskriptif untuk mendapatkan ukuran pemusatan serta variasi data.

3.9 Kerangka Kerja Penelitian

Analisa timpanometri

Mean, Median, Modus, Standart Deviasi,

Interval. Puncak statistic admitan

akustik ( Peak Ytm)

Volume liang telinga luar (Vea)

Kelebaran timpanogram (TW)

- Umur

- Jenis kelamin - Suku


(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan pada bulan Agustus 2012 sampai Oktober 2012. Sampel yang dikumpulkan sebanyak 142 orang yang memenuhi kriteria penelitian.

4.1. Hasil Analisa Univariat

Berdasarkan pemeriksaan rutin THT dan Timpanometri didapat gambaran umum subjek penelitian sebagai berikut:

4.1.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1

Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)

Perempuan 68 47,9

Laki-laki 74 52,1

Total 142 100

Berdasarkan tabel 4.1. di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, dari sebanyak 142 orang subjek penelitian, sebanyak 68 orang (47,9%) adalah berjenis kelamin perempuan. Sedangkan subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 74 orang (52,1%).


(38)

4.1.2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur

Tabel 4.2

Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur

Umur Jumlah (n) Persen (%)

≤20 - 24 82 59,2

25 – 27 42 29,6

30 – ≥34 16 11,3

Total 142 100

Berdasarkan umur didapat usia kelompok umur 20-24 tahun menduduki jumlah terbanyak yakni sebanyak 82 orang (59,2%) disusul oleh kelompok usia 25-27 tahun sebanyak 42 orang (29,6%) dan terakhir kelompok umur 30-34 tahun yakni sebanyak 16 orang (11,3%).

4.1.3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan suku bangsa

Tabel 4.3

Distribusi subjek penelitian berdasarkan suku bangsa

Suku Bangsa Jumlah (n) Persen (%)

Batak 55 38,7

Melayu 17 12,0

Minang 21 14,8

Aceh 17 12,0

Tionghoa 14 9,9

Jawa 18 12,7

Total 142 100

Tabel 4..3. menunjukkan distribusi berdasarkan suku bangsa didapatkan suku bangsa terbanyak adalah suku Batak sebanyak 55 orang (38,7%), suku Minang sebanyak 21 orang (14,8%), suku Jawa sebanyak 18 orang (12,7%), suku Melayu dan Aceh terdapat dalam jumlah yang sama yakni masing-masing sebanyak 17 orang (12,0%) dan terakhir jumlah sampel


(39)

yang terkecil pada suku Tionghoa yakni 14 orang (9,9%)

4.1.4.Tabel hasil Timpanogram

Tabel 4.4

Hasil timpanogram untuk subjek penelitian

Jumlah telinga 284

Mean +/- SD

Vea 0,9672 ± 0,254

Peak Ytm 0,5337 ± 0,244

TW 56 ± 16,63

Dari penelitian terhadap 142 sampel (284 telinga) diperoleh hasil yaitu nilai mean Vea 0,9672 cm3 dengan standard deviasi 0,254, nilai mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) dengan nilai standard deviasi 0,244 dan nilai mean Tw : 56 (dapa) dengan standard deviasi 16,63

4.2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat ukuran Vea, Peak Ytm,

4.2.1. Distribusi Jenis kelamin terhadap ukuran Vea, Peak Ytm, TW

serta ukuran TW berdasarkan jenis kelamin, umur dan suku bangsa.

Tabel 4.5. Distribusi Nilai Puncak (mean) Vea, Peak Ytm dan TW

Jenis Kelamin Vea (cm3 Peak Ytm

(mmhos)

) TW (daPa)

Perempuan (136

telinga) 0,9

0,52 68

Laki-laki (148

telinga) 1.03

0,54 75

Tabel diatas memperlihatkan bahwa untuk jenis kelamin perempuan, secara berurutan nilai-nilai Puncak (mean) Vea, Peak Ytm dan TW adalah


(40)

kelamin laki-laki, nilai Vea adalah 1,03, YTM 0,54 mmhos dan TW adalah 75 daPa.

4.2.2. Distribusi umur terhadap ukuran Vea,Peak Ytm, TW

Tabel 4.6. Distribusi umur terhadap ukuran vea, peak Ytm, TW

umur Vea (cm3) Ytm (mmhos) TW (daPa)

≤ 20 – 24 0,95 0,54 72

25 – 29 0,92 0,53 72

30 - ≥ 34 1,16 0,49 103

Terdapat variasi yang cukup besar terhadap nilai-nilai Vea,,Peak Ytm dan TW jika dilihat menurut umur. Pada kelomopok umur ≤ 20 – 24, nilai Vea adalah 0,95 cm3, YTM 0,54 mmhos dan TW 72 daPa. Pada kelompok umur 25-29, nilai Vea, YTM dan TW masing-masing adalah 0,92 cm3, 0,53 dan 72 daPa. Sedangkan pada kelompok umur 30 - ≥ 34, nilai Vea adalah 1,16 cm3

4.2.3. Distribusi suku bangsa terhadap ukuran Vea,Peak Ytm, TW

, YTM 0,49 dan TW 103 daPa.

Tabel 4.7. Distribusi suku bangsa terhadap ukuran Vea,Peak Ytm, TW

Suku Bangsa Vea (cm3 Peak Ytm

(mmhos)

) TW (daPa)

Batak 0,99 0,55 76

Melayu 0,94 0,50 66

Minang 0,89 0,51 65

Aceh 0,91 0,49 62

Tionghoa 1,02 0,57 78


(41)

Jika dilihat menurut suku bangsa, ukuran Vea, Peak YTM, TW adalah sebagai berikut: Batak (0,99 cm3, 0,55 mmhos dan 76 daPa); Melayu (0,94 cm3, 0,50 mmhos dan 66 daPa); Minang (0,89 cm3, 0,51 mmhos dan 65 daPa); Aceh (0,91 cm3, 0,49 mmhos dan 62 daPa); Tionghoa (1,02 cm3, 0,57 mmhos dan 78 daPa) serta Jawa (0,9 cm3, 0,51 mmhos dan 66 daPa).


(42)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel penelitian yaitu mahasiswa fakultas kedokteran yang berkepaniteraan klinik dan PPDS di poli THT-KL RSUP H.Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian pada saat pengambilan data penelitian dikerjakan. Kemudian dilakukan pemeriksaan timpanometri.

Setelah dilakukan pengambilan data, telah terkumpul sebanyak 142 orang subjek penelitian yaitu yang terdiri dari 284 telinga. Gambaran distribusi jenis kelamin, umur dan suku bangsa subjek penelitian terlihat pada tabel 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3. Tabel-tabel tersebut menunjukkan bahwa distribusi frekwensi tertinggi dijumpai pada jenis kelamin perempuan terdapat sebanyak 68 orang responden (47,9%), sementara jenis kelamin laki-laki sebanyak 74 orang (52,1%). Jika dilihat kategori jenis kelamin, terlihat bahwa pada jenis kelamin Laki-laki lebih dominan, sementara jenis kelamin perempuan lebih sedikit.

Dari hasil analisa terhadap umur (tabel 4.2) terlihat bahwa kelompok umur <= 20 – 24 tahun terdapat sebanyak 84 orang responden (59,2%), sementara 25 -29 tahun sebanyak 42 orang (29,6%) dan kelompok umur 30 - >=34 tahun sebanyak 16 orang (11,3%). Jika dilihat dari kategori kelompok umur, terlihat bahwa pada kelompok umur <= 20 – 24 tahun merupakan kelompok umur mayoritas, sementara kelompok umur 25 -29 tahun dan kelompok umur 30 - >=34 tahun lebih sedikit. Kelompok usia <= 20 – 24 tahun memang merupakan usia yang terbanyak pada mahasiswa, tetapi pada penelitian ini juga dimasukkan ppds yang umumnya rentang usianya 25 – 29 tahun dan usia 30 - >= 34 tahun sehingga sampel pada penelitian ini lebih memiliki usia yang lebih bervariasi.

Hasil analisis terhadap suku bangsa (tabel 4.3) menunjukkan bahwa suku bangsa batak terdapat sebanyak 55 orang responden


(43)

(38,7%), sementara suku melayu 17 sebanyak orang (12,0%), suku minang 21 sebanyak orang (14,8%), suku Aceh sebanyak 17 orang (12,0%), suku tionghoa 14 sebanyak orang (9,9%), suku Jawa sebanyak 18 orang (12,7%). Hal ini dapat kita pahami bahwa suku batak merupakan suku mayoritas di sumatera utara, disusul oleh suku-suku lainnya.

Dari penelitian terhadap 142 sampel (284 telinga) secara umum diperoleh hasil yaitu nilai mean Vea 0,9672 cm3

Penelitian yang dilakukan oleh Al-Hussaini, Owens dan Tomkinson (2011) memperlihatkan ukuran Vea pada 1.290 jumlah sampel didapat rata-rata yakni 1.4 cm

dengan standard deviasi 0,254, nilai mean Peak Ytm : 0,533 (mmhos) dengan nilai standard deviasi 0,244 dan nilai mean Tw : 56 (dapa) dengan standard deviasi 16,63 (tabel 4.4).

3

Penelitian ini kemudian mencoba melihat nilai-nilai tersebut berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Dilihat dari hasil pemeriksaan VEA, terdapat kecenderungan nilai yang lebih tinggi pada yang berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan (tabel 4.5) dimana nilai Vea laki-laki 1,03 cm

. Variasi nilai tentunya akan dipengaruhi oleh besar sampel yang digunakan.

3

dan rata-rata Vea perempuan 0,9 cm3

Temuan penelitan ini, tidak jauh berbeda dari hasil yang didapat oleh Wahab dan Rasyid (2009) bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai ukuran Vea rata-rata 1,48 cm

.

3 dan 1,12 cm3

Meski masih terdapat perbedaan mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya, Bosaghzadeh (2011) mendokumentasikan adanya perbedaan angka timpanometri berdasarkan jenis kelamin, dimana nilai Vea lebih kecil pada perempuan Kaukasian dibandingkan laki-laki pada untuk ukuran rata-rata perempuan.


(44)

rasa yang sama. Sementara itu kondisi sebaliknya ditemukan pada ras China.

Dibandingkan dengan penelitian Morgalis dan Heller (1987) yang mendapatkan anak-anak lelaki suku kaukasian menunjukkan nilai Vea 0.1 cm3

Untuk hasil rata-rata peak Ytm ( tabel 4.5) ternyata nilai rata-rata pada laki-laki lebih besar (0,54 mmhos) dibanding perempuan (0,52 mmhos) Hal ini tidak jauh berbeda dari hasil yang didapat oleh Wahab dan Rasyid (2009), yakni ukuran Peak Ytm lebih tinggi untuk jenis kelamin laki-laki dibandingan dengan yang perempuan, dimana masing-masing rata-rata adalah 0,81 mmhos dan 0,63 mmhos.

lebih tinggi dibanding anak perempuan, maka hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Keadaan yang berbeda pada penelitian tersebut, kemungkinan besar diakibatkan oleh perbedaan usia antara anak lelaki dan perempuan yaitu usia 3-6 tahun pada anak lelaki dan 2-5 tahun pada anak perempuan. Hal ini memberikan kesan pada perbedaan ukuran liang telinga antara kedua jenis kelamin (Wahab & Chahed : 2010). Memang ada kecenderungan bahwa laki-laki cenderung mempunyai nilai yang signifikan lebih tinggi rata-rata Vea dibanding perempuan sebagaimana disampaikan oleh Wahab (2010) dan Rasyid (2010).

Huang et al (2000) berpendapat bahwa semakin kecil ukuran rongga telinga menyebabkan semakin rendah nilai compliance dalam telinga tengah. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rerata hasil timpanogram, termasuk peak Ytm antara anak lelaki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan ukuran rongga telinga tengah dan fisik antara anak lelaki dan perempuan hampir sama.

Untuk hasil rata-rata TW seperti yang terdapat pada tabel 4.5, dimana nilai rata-rata TW pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan yakni 75 daPa sementara untuk nilai rata-rata perempuan 68 daPa.


(45)

Menurut Martini (2004), persamaan pola perkembangan fisik tubuh biasanya dapat dilihat pada usia dewasa. Sementara nilai TW tidak berbeda antara anak lelaki dan perempuan karena nilai TW mempunyai nilai korelasi yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai peak Ytm (Koebsell & Margolis 1986) (Wahab & Chahed: 2010).

Hasil yang di peroleh dari penelitian yang dilakukan oleh Wahab dan Rasyid (2009) mendapatkan bahwa ukuran TW rata-rata jenis kelamin laki-laki adalah 113.67 daPa dan 98.04 daPa untuk perempuan. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hanks dan Mortensen (1997) mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil ukuran timpanogram pada data normatif terhadap jenis kelamin yang diukur dengan timpanometri multifrekwensi.

Penelitian ini menemukan terdapat variasi yang cukup besar terhadap nilai-nilai Vea,,Peak Ytm dan TW jika dilihat menurut umur. Seperti pada tabel 4.6 dimana pada kelompok umur ≤ 20 – 24, nilai VEA adalah 0,95 cm3, YTM 0,54 mmhos dan TW 72 daPa. Pada kelompok umur 25-29, nilai VEA, YTM dan TW masing-masing adalah 0,92 cm3, 0,53 dan 72 daPa. Sedangkan pada kelompok umur 30 - ≥ 34, nilai VEA adalah 1,16 cm3

Data timpanometri yang berasal dari etnik dewasa muda China berumur antara 19 sampai 34 tahun dilaporkan oleh Wan dan Wong (2002) pada 100 orang penduduk di China. Wan dan Wang (2002) membandingkan data tersebut dengan data timpanometri oleh Roup et al.(1998) pada 100 orang dewasa muda kaukasian berumur antara 20 hingga 30 tahun. Perbedaan parameter timpanogram antara dua etnik tersebut ternyata berbeda secara signifikan secara statistik. Pada dewasa muda China Selatan menunjukkan mean peak Ytm dan mean Vea

, YTM 0,49 dan TW 103 daPa.

lebih rendah dan mean TW yang lebih tinggi dibandingkan etnik kaukasian. Perbedaan yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh struktur anatomi dan


(46)

ukuran suatu etnik yang mempengaruhi ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga luar. Ukuran rongga telinga tengah dan liang telinga luar masing-masing akan mempengaruhi nilai peak Ytm dan Vea (Wahab & Chahed, 2010).

Salah satu penyebab melebarnya nilai peak Ytm adalah terjadinya gangguan patologis di telinga tengah. Dari penelitian yang dilakukan oleh Smith et al (2006) pemeriksaan timpanometri dilakukan terhadap 3686 anak didapat nilai Peak Ytm lebih besar pada anak-anak yang mengalami efusi telinga tengah. Wahab dan Rashid (2009) juga menduga bahwa tingginya mean TW pada ras Melayu dibandingkan dengan ras Kaukasian berhubungan dengan risiko terjadinya disfungsi telinga tengah.

Penelitian ini juga menemukan perbedaan nilai-nilai timpanogram pada suku bangsa subjek penelitian. Ukuran VEA, Peak YTM, TW (tabel 4.7) secara berurutan menurut sukunya adalah sebagai berikut: Batak (0,99 cm3, 0,55 mmhos dan 76 daPa); Melayu (0,94 cm3, 0,50 mmhos dan 66 daPa); Minang (0,89 cm3, 0,51 mmhos dan 65 daPa); Aceh (0,91 cm3, 0,49 mmhos dan 62 daPa); Tionghoa (1,02 cm3, 0,57 mmhos dan 78 daPa) serta Jawa (0,9 cm3

Beberapa penelitian memang menghubungkan gambaran hasil timpanogram dengan sukunya. Penelitian yang dilakukan oleh Shahnaz dan Davies (2006) terhadap dua kelompok suku kaukasian dan china usia dewasa pada 6 parameter timpanometri frekwensi rendah dan multifrekwensi dengan total subjek 159 orang dengan umur berkisar antara 18 sampai 34 tahun dimana terdapat sejumlah 76 subjek suku kaukasian dan 83 subjek suku china didapatkan hasil Vea yang lebih besar pada suku china di banding suku kaukasian.

, 0,51 mmhos dan 66 daPa).

Penelitian yang dilakukan oleh Shahnaz dan Davies (2006) terhadap dua kelompok suku kaukasian dan china usia dewasa pada 6 parameter timpanometri frekwensi rendah dan multifrekwensi dengan total subjek


(47)

159 orang dengan umur berkisar antara 18 sampai 34 tahun dimana terdapat sejumlah 76 subjek suku kaukasian dan 83 subjek suku china didapatkan hasil ukuran Peak Ytm yang lebih besar pada suku china di banding suku kaukasian.

Hal yang sama juga didapat pada penelitian ini dimana pada suku tionghoa memiliki nilai Vea dan peak Ytm paling besar dibanding suku lainnya. Akan tetapi perbedaan secara statistik dengan suku lain masih memerlukan konfirmasi penelitian lainnya.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN

1. Nilai timpanogram pada orang dewasa normal yang didapat pada penelitian ini terhadap jenis kelamin, umur dan suku dapat dijadikan sebagai nilai kuantitatif untuk pendekatan interpretasi timpanogram. 2. Terdapat jumlah sampel penelitian sebanyak 142 orang ( 284 telinga )

yang terdiri dari 68 perempuan (47,9%) dan laki-laki 74 orang (52,1%). Dari kelompok umur <= 20 – 24 th sebanyak 84 orang (59,2%), kelompok umur 25 – 29 th sebanyak 42 orang (29,6%) dan kelompok umur 30 - >=34 th sebanyak 16 orang (11,3%). Dari suku bangsa di dapat didapatkan suku bangsa terbanyak adalah suku Batak sebanyak 55 orang (38,7%), suku Minang sebanyak 21 orang (14,8%), suku Jawa sebanyak 18 orang (12,7%), suku Melayu dan Aceh terdapat dalam jumlah yang sama yakni masing-masing sebanyak 17 orang (12,0%) dan terakhir jumlah sampel yang terkecil pada suku Tionghoa yakni 14 orang (9,9%)

3. Dari penelitian terhadap 142 subjek penelitian ( 284 telinga ) diperoleh hasil yaitu hasil analisis didapat nilai rata-rata Vea 0,9672 cm3

4. Hasil analisis terhadap Peak Ytm : 0,533 (mmhos) dengan nilai standard deviasi 0,244

dengan standard deviasi 0,254

5. Hasil analisis terhadap Tw yakni : 56 (dapa) dengan standard deviasi 16,63


(49)

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih bersifat multisenter guna untuk mendapatkan data yang lebih lengkap tentang gambaran berbagai suku maupun jumlah sampel yang lebih besar.

2. Perlu dilakukan penambahan variabel yang lebih banyak lagi seperti berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap parameter timpanometri.

3. Perlu dilakukan pengukuran terhadap alat ukur yang lebih bervariasi seperti timpanometri multifrekwensi yang memungkinkan didapat hasil yang lebih baik.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmet, Karaaslan O, Turgay. 2004. ‘Mastoid Air Cell System’. Otoscope, 4, hal 144-54.

Ballenger, JJ. 1997. ‘Audiologi’, Dalam Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 13, Jilid II, Alih Bahasa Staf Ahli Bagian THT FK-UI/ RSCM. Jakarta: Binarupa Aksara, hal 273-300.

Bluestone C.D. 2006. ’Anatomy and Physiology of The Eustachian Tube System’, In: Bailey BJ Johnson JT, Head and Neck Surgery Otolaringology Fourth edition, Vol I. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins hal 1253-64.

Colman BH, 1993. ’Acute Otitis Media’, In: Hall & Collman’s, Disease of The Nose Throath and Ear, Head & Neck, 14th Edition. London: Churchill Livingstone Ltd hal 223-8.

Dechiccis AR, Nozza RJ. 1996. ’Comparison of Acoustic Immitance Measures Obtained With Different Commercial Instruments’, Departement of Communication Sciences and Dissorder, University of Georgia, Atheus 30602. J Am Acad Audiology USA, Apr 1996, 7 (2): 120-4.

Dhingra PL. 2004 Anatomy of Ear. In Disease of Nose and Throat, 3rd ed. New Dehli: Elsevier, hal 3-15.

Gacek, RR MD. 2009. In: Anatomy of The Auditory and Vestibular System, Otology and Neurotology, Ballenger’s Otorhinolaryngology Head & Neck Surgery 17, Connecticut: BC Decker Inc, People’s Medical Publishing House Shelton, hal 1-4.

Hanks WD, Mortensen BA, ’Multifrequency Tympanometry: Effect of Ear Canal Volume Compensation on Middle Ear Resonance’,Hearing And Speach Science Laboratories, USA: Brigham Young University, Provo. Utah 84602.

Healy GB, Rosbe KW, 2003, ’Otitis Media and Middle Ear Effusion’, In: Snow JB (Ed) Ballenger’s Manual of Otolaryngology Head & Neck Surgery, London : BC Decker Inc, hal: 34-35.

Helmi, 2005,’Otitis Media Supuratif Kronis’, Dalam: Otitis Media Supuratif Kronis, Pengetahuan Dasar Terapi Medik Mastoidektomi Timpanoplasti, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal: 55-72.


(51)

Hidayat B, 2009, ’Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Kanker Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H Adam Malik Medan’, Medan: Tesis, FK USU, hal: 70-75.

Jerger JF, 1976. ’Clinical Experience With Impedance Audiometry’, In: Northern JL (Ed) Selected Readings In Impedance Audiometry, New york : American Electromedics,hal: 44-6.

Katz J, 1994, ’Handbook of Clinical Audiology’, 4th Ed, Baltimore, William & Wilkins, hal: 283-4.

Li x, Bu x, Driscoll C, 2006, ’Tympanometric Norms for Chinese Schoolchildrens’, Ear and Hearing Centre, Departement of Otolaryngology Jiangsu Province Hospital, Nanjing Medical University, People’s Repoblic of China, Jan,2006: 45(1),hal: 55-9. Minessota Departement of Health Community & Family Health Division,

Tympanometry Screening, Juli 2009, hal: 6-9.

Palmu A, Rahko T, 2003, ’Normative values for Tympanometry in 4-5 year Old Children, Int J of Audiology, 2003

Pugh KC, Burke HWK, Brown HM, 2004.’Tympanometry Measures In Native and Non-Native Hawaiian Children’, Int J of Audiology, June 2004, hal:753-8.

Shahnaz N, Bork K, 2008, ’Comparison of Standart and Multi Frequency Tympanometric Measures Obtained With the Virtual 310 System and The Grason Stadler Tympstar’, Canadian Journal of Speeach Pathology and Audiology, Vol 32 no 4,hal: 146-157.

Stach BA, 1998, ’Clinical Audiology, An Introduction’, San Diego: Singular Publishing Group Inc, hal: 258-70.

Virapongse C, Sarwar M, Bhimani S, et al, 1985, ’Computed Tomography of Temporal Bone Pneumatization : Normal Pattern and Morphology’, American Journal Audiology; 145, hal: 473-8.

Wahab Noor AA, Chahed N, 2010, Data Normatif Tympanometri dikalangan Kanak-Kanak Melayu Prasekolah, Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 8 (1) 2010, hal : 13-18.

Wahab Noor AA, Hasyim WFW, Nilai Parameter Timpanometri Kanak-Kanak Prasekolah Normal dan Sindrome Down, Jurnal Sains


(52)

Yates D, Anary S, 2008, ’Otitis Media’ In: Lalwani Ak (Ed) Current Diagnosis And Treatment In Otolaryngology Head & Neck Surgery, Philadelphia: MC Grawhill Companies Inc,hal: 655-8.


(53)

PERSONALIA PENELITIAN

1. Peneliti utama

a. Nama lengkap : dr. Meiza Ningsih b. Pangkat/Gol : -

c. NIP : -

d. Jabatan : PPDS THT-KL FK USU e. Jabatan Struktural : -

f. Fakultas : Kedokteran

g. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara h. Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT-KL i. Waktu yang disediakan : 12 jam / Minggu

2. Anggota Peneliti / Pembimbing

Nama Lengkap : dr.Adlin Adnan, SpTHT-KL

NIP : 140202219

Gol/Pangkat : IV/b, Pembina Tingkat I Jabatan : Ketua Divisi Neurootologi

Departemen THT-KL FK USU/RSUP HAM Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan Leher

Waktu Disediakan : 5 jam/minggu

3. Anggota Peneliti / Pembimbing

Nama Lengkap : dr.Harry.A.Asroel,M.Ked,SpTHT-KL NIP : 197003051975031001

Gol/Pangkat : III/d, Penata Tk. 1 Jabatan : Staf Divisi Otologi


(54)

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan Leher


(55)

Lampiran 1.

STATUS PENELITIAN

No. Penelitian : ... Tanggal : ...

I. Identitas Subjek

Nama : ... Umur : ... tahun

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Pekerjaan : ...

Alamat : ... Telp/HP : ...

11. Anamnesa

Pendengaran terganggu 1.Ya 2.Tidak

Telinga sakit 1.Ya 2.Tidak

Telinga berair 1.Ya 2.Tidak

Telinga gatal 1.Ya 2.Tidak

Telinga terasa penuh

1.Ya 2.Tidak

Batuk pilek 1.Ya 2.Tidak

Pemeriksaan THT

Liang telinga lapang

Sekret diliang telinga


(56)

1. Ya 2. Ti

2. Hidung ka ki

a. Kavum nasi 1. Lapang 2. Sempit b. Meatus inferior 1. Tidak ada sekret 2. Sekret purulen 3. Sekret serous

c. Konka inferior 1. Atrofi/ hipotropi 2. Hipertrofi 3. Eutrofi

d. Konka media 1. Atrofi/ hipotropi 2. Hipertrofi 3. Eutrofi

e. Mukosa 1. Normal 2. Hiperemis

3. Livid/ pucat f. Polip nasi 1. Ada 2. Tidak ada

g. Septum deviasi 1. Ada 2. Tidak ada

3. Tenggorok

a.Faring granuler 1. Ya 2. Tidak b. Hiperemis 1. Ya 2. Tidak c. Tonsil 1.T1 2. T2 3.T3

III. Hasil Pengukuran

1. Puncak Ytm : (mmhos)

2. Vea : ( cm3

3. TW : ( daPa )


(57)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dan memahami dengan penuh kesadaran mengenai penelitian ini, maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk ikut serta..

Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila diperlukan.

Medan,...2012 Peserta penelitian


(58)

Lampiran 3

nama jenkel usia umur suku vea.kn vea.kiri ytm.kn

Ytm

kr TW.kn TW.kr

todung 2 23 1 1 1,33 1,31 0,48 0,61 0,27 0,44

melisa 1 23 1 5 1,37 1,27 0,82 0,87 0,60 0,67

gerald 2 23 1 1 1,18 1,04 0,26 0,26 0,14 0,15

mirzal 2 23 1 4 1,49 1,58 0,35 0,27 0,17 0,16

andika 2 22 1 3 0,89 1,10 0,24 0,30 0,14 0,17

erwinsht 2 23 1 1 1,40 1,21 1,01 1,40 0,78 1,25

annette 1 22 1 1 1,08 0,86 0,44 0,38 0,27 0,24

roveny 1 23 1 5 0,91 0,86 0,43 0,32 0,30 0,17

prima 1 22 1 6 0,79 0,74 0,25 0,29 0,12 0,13

kurnia 2 23 1 2 1,32 1,20 0,57 0,35 0,36 0,25

ramayant 1 23 1 3 1,03 0,93 0,24 0,36 0,15 0,20

ithapaulin 1 23 1 1 0,73 0,74 0,23 0,25 0,16 0,12

vanantony 2 23 1 5 1,04 0,97 0,52 0,43 0,38 0,26

agnesia 1 25 2 5 1,09 0,93 0,70 0,46 0,45 0,28

felix 2 23 1 1 0,82 0,95 0,65 0,61 0,43 0,61

hauman 2 25 2 1 0,87 1,01 0,74 0,59 0,52 0,38

naema 1 24 1 4 0,96 0,83 0,77 0,56 0,58 0,39

evi 1 25 2 3 0,91 0,81 0,57 0,72 0,31 0,52

grace 1 27 2 1 0,51 0,56 0,28 0,23 0,16 0,12

laura 1 26 2 1 1,16 1,14 0,45 0,55 0,28 0,35

andie 2 18 1 3 0,75 0,96 0,48 0,38 0,30 0,22

fany 1 18 1 1 0,83 0,80 0,63 0,66 0,41 0,43

jhon 2 26 2 1 0,61 0,80 0,46 0,76 0,33 0,52

angga 2 19 1 2 0,86 1,05 0,48 0,61 0,34 0,44

silzany 1 19 1 3 0,74 0,69 0,29 0,37 0,16 0,22

annisha 1 21 1 2 0,83 0,81 0,46 0,46 0,29 0,24

kristina 1 23 1 1 0,74 0,67 0,90 0,92 0,67 0,69

elsa 1 18 1 4 1,04 0,96 0,57 0,41 0,34 0,21

andry 2 18 1 4 0,97 1,13 1,14 1,17 0,83 0,86

hary 2 25 2 5 1,21 1,50 0,99 0,92 0,72 0,66

yessi 1 20 1 3 0,69 0,67 0,79 1,04 0,56 0,55

debora 1 24 1 1 0,70 0,76 0,44 0,73 0,28 0,38

melda 1 26 2 1 1,04 0,77 0,49 0,41 0,34 0,25

niko 2 20 1 6 0,85 1,02 0,34 0,34 0,14 0,17

rio 2 20 1 6 0,89 1,01 1,00 0,56 0,75 0,35

darmansyah 2 21 1 3 1,15 1,09 0,65 0,31 0,46 0,24

imanuel 2 26 2 1 1,17 1,37 0,90 1,21 0,69 0,94

fredy 2 21 1 1 1,00 0,94 0,64 0,94 0,47 0,71

gabriel 2 19 1 1 0,82 0,76 0,60 0,84 0,39 0,56

hamonangan 2 28 2 1 1,11 1,25 0,34 0,53 0,22 0,36

evin 2 20 1 5 0,93 0,77 0,79 0,73 0,48 0,51

isak 2 19 1 1 1,27 0,92 0,67 0,33 0,43 0,18

fitria 1 26 2 3 0,68 0,77 0,75 0,77 0,50 0,52

dwiputra 2 20 1 2 0,89 1,21 0,46 0,70 0,31 0,43

kristiyant 1 25 2 1 0,81 0,90 0,35 0,39 0,23 0,26


(59)

nelson 2 18 1 1 1,18 1,24 0,84 0,35 0,57 0,85

yoranda 1 21 1 5 0,88 0,74 0,51 0,41 0,33 0,23

elsa 1 18 1 4 1,04 0,96 0,57 0,41 0,34 0,21

diana 1 18 1 4 0,65 0,85 0,28 0,31 0,16 0,19

howard 2 24 1 5 0,93 0,98 1,06 1,22 0,70 0,88

glosius 2 19 1 5 0,79 0,74 0,34 0,30 0,22 0,17

agripa 1 20 1 1 1,07 1,10 0,64 0,22 0,44 0,50

roy 2 26 2 6 0,82 0,74 0,53 0,41 0,33 0,22

irawansyah 2 20 1 2 0,84 0,79 0,48 0,62 0,29 0,42

abrar 2 29 2 3 1,12 0,85 0,50 0,61 0,32 0,36

haryani 1 24 1 2 0,93 1,04 0,78 0,79 0,54 0,52

evalin 1 23 1 1 0,67 0,85 0,43 0,29 0,25 0,17

wendouglas 2 24 1 5 0,91 1,03 0,26 0,32 0,14 0,20

andy 2 24 1 4 0,67 0,73 0,30 0,43 0,21 0,28

robi 2 19 1 6 1,15 1,21 0,54 0,57 0,30 0,37

sugito 2 19 1 6 0,86 0,97 0,43 0,53 0,28 0,34

tomy 2 24 1 6 0,98 1,13 0,35 0,25 0,14 0,13

leny 1 22 1 3 0,88 0,80 0,47 0,31 0,33 0,19

yova 1 22 1 4 1,00 1,05 0,67 0,80 0,40 0,53

maya 1 26 2 2 0,62 0,62 0,51 0,38 0,35 0,25

yudi 2 26 2 6 0,88 0,82 0,14 0,22 0,25 0,22

frans 2 22 1 1 1,29 1,15 0,79 0,96 0,47 0,66

yudi 2 26 2 2 0,88 0,82 0,14 0,22 0,21 0,21

amin 2 26 2 3 0,80 1,60 0,40 0,67 0,25 0,42

ruthevayan 1 18 1 1 0,69 0,81 0,55 0,50 0,34 0,27

elisa 1 18 1 1 0,65 0,77 0,93 0,87 0,72 0,66

fransi 2 23 1 1 1,29 1,15 0,79 0,96 0,47 0,96

joshua 2 22 1 1 1,16 1,09 0,43 0,66 0,25 0,46

maya 1 26 2 3 0,62 0,62 0,51 0,38 0,35 0,25

jefri 2 23 1 4 1,10 1,00 0,47 0,31 0,34 0,15

maiko 2 27 2 5 1,01 0,77 0,31 0,17 0,22 0,17

rumondang 1 20 1 1 0,76 0,83 0,27 0,31 0,15 0,17

yoseph 2 25 2 1 0,85 0,65 0,33 0,22 0,17 0,19

erlangga 2 29 2 6 1,60 1,40 1,11 0,80 0,92 0,61

baron 2 23 1 1 1,10 0,70 0,32 0,40 0,22 0,23

ruth 1 28 2 1 1,20 1,18 0,76 0,25 0,62 0,16

budianto 2 24 1 6 1,15 1,07 0,66 1,27 0,43 0,96

cornelius 2 28 2 1 0,96 0,88 1,09 0,67 1,03 0,41

eben 2 27 2 1 0,67 0,58 0,36 0,46 0,20 0,28

bram 2 22 1 6 1,04 0,96 0,29 0,28 0,15 0,19

renoldadve 2 24 1 5 1,12 0,88 1,15 0,28 0,95 0,16

tantri 1 23 1 6 1,01 1,05 0,51 0,35 0,34 0,17

putra 2 18 1 3 0,81 0,95 0,47 0,42 0,24 0,23

krisna 2 25 2 6 0,62 0,58 0,36 0,46 0,20 0,28

rukun 2 25 2 6 1,11 1,03 0,62 0,67 0,43 0,45

monang 2 29 2 1 0,99 0,94 0,37 0,48 0,27 0,38

ema ria 1 21 1 3 0,68 0,71 0,55 0,99 0,34 0,73


(60)

rizal 2 27 2 2 0,92 1,03 0,54 0,41 0,31 0,23

fibrizio 2 24 1 2 0,76 0,67 0,62 0,48 0,41 0,32

yefra 1 23 1 3 0,98 1,61 0,49 0,95 0,31 0,63

victor 2 25 2 1 1,11 1,03 0,63 0,49 0,48 0,32

minda 1 25 2 1 0,80 0,80 0,99 0,98 0,74 0,68

asri 2 24 1 6 0,92 0,96 0,41 0,38 0,24 0,20

rumiris 1 25 2 1 0,77 0,67 0,92 0,85 0,74 0,61

medaaprina 1 24 1 4 0,96 0,99 0,58 0,56 0,37 0,37

ismail 2 24 1 4 0,81 0,85 0,54 0,39 0,37 0,23

irma 1 23 1 2 0,58 0,60 0,37 0,42 0,21 0,22

andy 2 30 3 3 1,00 1,16 0,79 0,43 0,56 56,00

lazarus 2 30 3 1 1,98 0,82 0,61 0,26 0,36 0,14

anandagint 2 18 1 1 1,07 0,99 0,70 0,81 0,51 0,63

chinmee 1 24 1 5 1,07 1,03 0,50 0,62 0,30 0,45

nuradibah 1 26 2 4 0,81 0,79 0,33 0,38 0,20 0,23

sweeivo 1 25 2 5 1,32 1,47 0,39 0,33 0,24 0,22

fitriani 1 20 1 3 0,75 0,78 0,34 0,34 0,19 0,17

naomi 1 18 1 1 0,98 0,80 0,39 0,30 0,18 0,12

erniazhari 1 20 1 3 1,11 0,82 0,33 0,36 0,17 0,20

danihadi 2 23 1 6 0,93 1,10 0,40 0,43 0,21 0,23

ester 1 23 1 1 1,10 1,04 0,41 0,37 0,23 0,22

ira nola 1 22 1 1 0,82 0,72 0,46 0,39 0,29 0,21

shebatarig 1 23 1 1 1,19 0,63 0,74 0,38 0,52 0,19

ami 1 22 1 4 0,65 0,79 0,49 0,53 0,32 0,30

flora 1 29 2 1 0,75 0,91 0,39 0,30 0,27 0,19

Indra 2 22 1 6 1,24 1,06 0,64 0,38 0,58 0,22

deliana 1 32 3 1 1,29 1,38 0,69 0,69 0,51 0,50

amibirafti 1 27 2 4 0,65 0,79 0,49 0,53 0,32 0,30

andreginti 2 26 2 1 0,78 0,66 0,24 0,24 0,13 0,15

eva rodila 1 25 2 4 1,19 0,63 0,74 0,38 0,52 0,19

debby 1 31 3 1 1,00 1,18 0,27 0,28 0,18 0,21

nuraini 1 33 3 2 0,55 0,62 0,22 0,17 0,09 0,05

resta 1 31 3 1 1,37 1,48 0,58 0,51 0,42 0,38

dewi indri 1 34 3 2 1,12 1,27 0,70 0,94 0,46 0,66

suriyanti 1 33 3 4 0,85 0,75 0,22 0,23 0,09 0,11

siska 1 31 3 1 1,15 1,44 0,37 0,38 0,24 0,26

agussalim 2 39 3 2 0,96 1,34 0,62 1,13 0,46 0,76

anto 2 33 3 1 1,67 1,89 0,50 0,59 0,27 0,29

fatma 1 30 3 3 0,30 0,41 0,73 0,95 0,56 0,71

kiki 1 29 2 2 1,33 1,29 0,60 0,85 0,36 0,51

richa 1 26 2 2 0,86 0,77 0,25 0,27 0,15 0,17

naomi 1 29 2 1 1,34 1,00 0,94 0,74 0,61 0,51

berto 2 30 3 1 1,21 1,29 0,26 0,36 0,14 0,17

syamsul 2 35 3 2 1,67 1,19 0,37 0,36 0,23 0,19

hendra 2 39 3 3 1,77 0,98 0,31 0,22 0,15 0,09


(61)

Lampiran 4

Total hasil Timpanogram

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VEA 284 1.68 .30 1.98 .9672 .25473

YTM 284 1.26 .14 1.40 .5337 .24489

TW 284 55.95 .05 56.00 .5549 3.30799

Valid N (listwise) 284

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_pr 136 .30 1.61 .9000 .23679

ytm_pr 136 .17 1.04 .5214 .22044

tw_pr 136 .05 .74 .3412 .17477

Valid N (listwise) 136

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_lk 148 .58 1.98 1.0289 .25576

ytm_lk 148 .14 1.40 .5449 .26564

tw_lk 148 .09 56.00 .7513 4.57794


(62)

Kelompok umur ≤ 20 - 24

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur1 168 .58 1.61 .9498 .19721

ytm_umur1 168 .22 1.40 .5412 .24445

tw_umur1 168 .12 1.25 .3618 .20958

Valid N (listwise) 168

25 – 29 tahun

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur2 84 .51 1.60 .9296 .25584

ytm_umur2 84 .14 1.21 .5330 .24612

tw_umur2 84 .12 1.03 .3674 .19646

Valid N (listwise) 84

Umur3 (30 - ≥34)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur3 32 .30 1.98 1.1572 .40604

ytm_umur3 32 .17 1.13 .4956 .24819

tw_umur3 32 .05 56.00 2.0606 9.84477


(63)

Batak

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku1 110 .51 1.98 .9932 .27189

ytm_suku1 110 .22 1.40 .5554 .25076

tw_suku1 110 .12 1.25 .3893 .22322

Valid N (listwise) 110

Melayu

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku2 34 .55 1.67 .9482 .27072

ytm_suku2 34 .14 1.13 .5097 .22332

tw_suku2 34 .05 .76 .3306 .15502

Valid N (listwise) 34

Minang

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku3 42 .30 1.77 .8995 .28340

ytm_suku3 42 .22 1.04 .5150 .22215

tw_suku3 42 .09 56.00 1.6548 8.59181


(64)

Aceh

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku4 34 .63 1.58 .9162 .21548

ytm_suku4 34 .22 1.17 .4997 .22242

tw_suku4 34 .09 .86 .3168 .17721

Valid N (listwise) 34

Tionghoa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku5 28 .74 1.50 1.0186 .21206

ytm_suku5 28 .17 1.22 .5768 .29684

tw_suku5 28 .14 .95 .3950 .23282

Valid N (listwise) 28

Jawa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku6 36 .58 1.60 .9928 .19878

ytm_suku6 36 .14 1.27 .5103 .25302

tw_suku6 36 .12 .96 .3389 .21600


(65)

(66)

CURICULUM VITAE

I. IDENTITAS

1. Nama : dr. Meiza Ningsih 2. Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru, 8 Mei 1975

3. Alamat : Royal Galaxy Residence Blok. D No. 9 Medan Tuntungan

4. No. Telp / HP : 081263600275

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1981 – 1987 : SDN 001 Cinta Raja Sail Pekanbaru 2. 1987 – 1990 : SMPN 4 Pekanbaru

3. 1990 – 1993 : SMAN 6 Pekanbaru

4. 1994 – 2002 : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta

5. 2009 – Serakang : PPDS I Kes. THT-KL FK USU Medan

III. KEANGGOTAAN PROFESI

1. 2002 – 2006 : Anggota IDI Cabang Pekanbaru 2. 2009 – Sekarang : Anggota Muda PERHATI-KL Cabang

Sumut


(1)

Lampiran 4

Total hasil Timpanogram

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VEA 284 1.68 .30 1.98 .9672 .25473

YTM 284 1.26 .14 1.40 .5337 .24489

TW 284 55.95 .05 56.00 .5549 3.30799

Valid N (listwise) 284

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_pr 136 .30 1.61 .9000 .23679

ytm_pr 136 .17 1.04 .5214 .22044

tw_pr 136 .05 .74 .3412 .17477

Valid N (listwise) 136

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_lk 148 .58 1.98 1.0289 .25576

ytm_lk 148 .14 1.40 .5449 .26564

tw_lk 148 .09 56.00 .7513 4.57794


(2)

Kelompok umur

≤ 20

- 24

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur1 168 .58 1.61 .9498 .19721

ytm_umur1 168 .22 1.40 .5412 .24445

tw_umur1 168 .12 1.25 .3618 .20958

Valid N (listwise) 168

25 – 29 tahun

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur2 84 .51 1.60 .9296 .25584

ytm_umur2 84 .14 1.21 .5330 .24612

tw_umur2 84 .12 1.03 .3674 .19646

Valid N (listwise) 84

Umur3 (30 -

≥34

)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_umur3 32 .30 1.98 1.1572 .40604

ytm_umur3 32 .17 1.13 .4956 .24819

tw_umur3 32 .05 56.00 2.0606 9.84477


(3)

Batak

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku1 110 .51 1.98 .9932 .27189

ytm_suku1 110 .22 1.40 .5554 .25076

tw_suku1 110 .12 1.25 .3893 .22322

Valid N (listwise) 110

Melayu

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku2 34 .55 1.67 .9482 .27072

ytm_suku2 34 .14 1.13 .5097 .22332

tw_suku2 34 .05 .76 .3306 .15502

Valid N (listwise) 34

Minang

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku3 42 .30 1.77 .8995 .28340

ytm_suku3 42 .22 1.04 .5150 .22215

tw_suku3 42 .09 56.00 1.6548 8.59181


(4)

Aceh

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku4 34 .63 1.58 .9162 .21548

ytm_suku4 34 .22 1.17 .4997 .22242

tw_suku4 34 .09 .86 .3168 .17721

Valid N (listwise) 34

Tionghoa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku5 28 .74 1.50 1.0186 .21206

ytm_suku5 28 .17 1.22 .5768 .29684

tw_suku5 28 .14 .95 .3950 .23282

Valid N (listwise) 28

Jawa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

vea_suku6 36 .58 1.60 .9928 .19878

ytm_suku6 36 .14 1.27 .5103 .25302

tw_suku6 36 .12 .96 .3389 .21600


(5)

(6)

CURICULUM VITAE

I.

IDENTITAS

1. Nama

: dr. Meiza Ningsih

2. Tempat/Tanggal lahir

: Pekanbaru, 8 Mei 1975

3. Alamat

: Royal Galaxy Residence Blok. D No. 9

Medan Tuntungan

4. No. Telp / HP

: 081263600275

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1981 – 1987

: SDN 001 Cinta Raja Sail Pekanbaru

2. 1987 – 1990

: SMPN 4 Pekanbaru

3. 1990 – 1993

: SMAN 6 Pekanbaru

4. 1994 – 2002

: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta

5. 2009 – Serakang

: PPDS I Kes. THT-KL FK USU Medan

III. KEANGGOTAAN PROFESI

1. 2002 – 2006

: Anggota IDI Cabang Pekanbaru

2. 2009 – Sekarang

: Anggota Muda PERHATI-KL Cabang