Hipertensi primer TINJAUAN PUSTAKA

menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. • Penyakit renovaskular 1, terdiri dari penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal, yaitu arterosklerosis dan fibrodisplasia. Penurunan pasokan darah ginjal akan memacu produksi renin ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah. • Endokrin 1, pertimbangkan aldosteronisme primer sindrom Conn jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan natrium dan air. Biasanya disebabkan adenoma jinak soliter atau hiperplasia adrenal bilateral. • Sindrom Cushing, disebabkan oleh hiperplasia adrenal bilateral yang disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan ACTH adrenocorticotrophic hormone pada dua per tiga kasus dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus. • Hiperplasia adrenal kongenital, merupakan penyebab hipertensi pada anak jarang. • Feokromositosoma, disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural yang mensekresikan katekolamin, 90 berasal dari kelenjar adrenal, dan 10 lainnya terjadi ditempat lain. • Hipertensi pada kehamilan, terjadi sekitar 10 pada kehamilan pertama dan lebih sering terjadi pada ibu muda. Diperkirakan karena aliran uretroplasental yang kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum. • Hipertensi akibat obat, yang paling banyak menyebabkan hipertensi adalah penggunaan pil kontrasepsi oral OCP, dengan 5 perempuan mengalami hipertensi dalam 5 tahun sejak mulai penggunaan. 2.3.3. Gejala Penyakit hipertensi ini seringnya datangnya secara diam-diam dan tidak menunjukkan adanya gejala-gejala tertentu yang terlihat dari luar sehingga disebut sebagai the silent disease. Pada sebagian besar kasus hipertensi, penderita tidak mengetahui dan menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi hingga dikeahui bahwa terjadi komplikasi. Ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan diastolnya ≥140 mmHg, biasanya baru muncul gejala-gejala seperti sakit kepala atau pusing, muka merah, vertigo rasa berputar, tinnitus suara mendenging dalam telinga, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan pengelihatan menjadi kabur Sudarmoko, 2010. Tetapi, gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khusus yang hanya dimiliki pada penderita hipertensi, karena juga dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi yang dialami sudah berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur karena terjadi kerusakan otak, mata, jantung dan ginjal Susilo dan Wulandari, 2011. Kadang-kadang penderita hipertensi berat dapat mengalalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakak otak, disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera, karena dapat memicu kematian Susilo dan Wulandari, 2011. 2.3.4. Penyebab Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat berupa penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskular, penyakit endokrin, hipertensi akibat obat, hipertensi akibat kehamilan dan lain-lain Gray dkk, 2005. Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure JNC 7, memperkirakan penyebab-penyebab hipertensi yang terindentifikasi sebagai berikut: a. Sleep apnea b. Pengaruh obat c. Penyakit ginjal kronis d. Aldosteronisme primer e. Penyakit renovaskular f. Cushing’s syndrome atau terapi dengan steroid g. Pheochromocytoma h. Penyakit tiroid paratiroid i. Coarctation of aorta 2.3.5. Faktor Resiko Sampai saat ini penyebab hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakanvaskuler dan lain-lain Anggraini dkk, 2009. Namun, menurut dilihat dari faktor pemicunya, dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. a. Faktor Genetik Dari berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang mempunyai riwayat atau silsilah dengan keluarga yang memiliki riwayat hipertensi ada kecendrungan untuk dapat juga terjadi hipertensi Sudarmoko, 2010. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individudengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80 kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga Anggraini dkk, 2009 b. Usia Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Individual yang berumur diatas 60 tahun, sekitar 50-60 mempunyai tekana darah lebih besar atau sama dengan 14090 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya Susilo dan Wulandari, 2011. c. Jenis Kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, hanya saja wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang dapat meningkatkan jumlah High Density Lipoprotein HDL. Kadar HDL yang tinggi mampu mencegah terjadinya arterosklerosis Anggraini dkk, 2009. Namun dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pria lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita, mungkin dikarenakan gaya hidup pria yang kebanyakan lebih tidak terkontrol dibandingkan wanita, misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stres kerja, hingga pola makan yang tidak teratur Sudarmoko, 2010. d. Etnis Hipertensi banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih basar Susilo Wulandari, 2011. e. Obesitas Menurut National Institutes for Health USA NIH,1998, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh IMT 30 obesitas adalah 38 untuk pria dan 32 untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18 untuk pria dan 17 untuk wanita bagi yang memiliki IMT 25 status gizi normal menurut standar internasional Anggraini dkk, 2009. f. Asupan garam Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriuretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah SusiloWulandari, 2011. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi Anggraini dkk, 2009. World Health Organization WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam perhari Anggraini dkk, 2009. g. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor penyebab dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk terjadinya hipertensi. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts 2007 terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51 subyek tidak merokok, 36 merupakan perokok pemula, 5 subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8 subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari Anggraini dkk, 2009. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaa merokok dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. h. Stres Stres dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Peningkatan simpatis akan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah Susilo dan Wulandari, 2011. i. Kafein Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan juga dapat menjadi faktor resiko terjadi hipertensi. Kafein dapat menimbulkan perangsangan saraf simpatis, yang pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan gejala jantung berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain Susilo dan Wulandari, 2011. j. Kolesterol tinggi Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat Susilo dan Wulandari, 2011. 2.3.6. Patofisiologi Menurut Udjianti 2010, empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular. Sistem baroreseptor seperti yang dijelaskan sebelumnya, merupakan monitor derajat tekanan arteri dan meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal stimulasi parasimpatis dan vasodilatasi. Namun, pada hipertensi kontrol ini gagal menurunkan tekanan darah dan belum jelas penyebabnya. Bila tubuh menglami kelebihan garam dan air, tekanan darah akan meningkat melalui mekanisme fisiologi yang kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal masih berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri dapat meningkatkan diuresis dan penurunan tekana darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengeksresikan garam dan air akan meningkatakan tekanan arteri sistemik. Renin dan aniotensin memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah. mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. Angiotensin II inilah yang berperan penting dalam meningkatkan tekanan darah karena bersifat vasokonstriktor kuat pada pembuluh darah dan juga berperan dalam pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah Anggraini dkk, 2009. Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berpera dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer Gambar 2.1 Yogiantoro, 2006. Gambar 2.1. Diagram Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah Hipertensi = Penigkatan CJ dan atau Peningkatan TP Hipertensi Esensial. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V 2.3.7. Pencegahan Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hipertensi adalah menghindari faktor - faktor penyebab dan faktor resiko timbulnya penyakit hipertensi. Dalam hal ini adalah faktor yang dapat dihindari, misalnya merokok, asupan garam yang berlebihan, stres, obesitas dan lain-lain. Selain dengan cek tekanan darah secara teratur, perawatan pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang dirancang secara khusus sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kondisi penderita. Menurut Susilo dan Wulandari 2011, berikut yang dapat dilakukan untuk pencegahan hipertensi: Obesitas Perubahan Genetis Stres Asupan garam berlebihan Bahan- bahan yang berasal dari endotel Jumlah nefron berkurang Hiper- insuline mia Perubahan membran sel Renin angiotensin berlebihan Aktifitas berlebihan saraf i i Penurunan permukaan filtrasi Retensi natrium ginjal Konstriksi vena Volume cairan kontraktilitas Hipertrofi struktural Konstriksi fungsionil preload TEKANAN DARAH = CURAH JANTUNG X TAHANAN PERIFER Otoregulasi 1. Pola makan sehat Inti pola makan sehat adalah makan makanan yang mengandung kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan. a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium karena dapat mengurangi hipertensi seperti pisang dan alpukat c. Kurangi minuman beralkohol dan bersoda d. Makan sayur dan buah-buahan berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon dan jeruk e. Kendalikan kolesterol, kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh f. Kendalikan diabetes bila ada g. Hindari konsumsi obat yang dapat meningkatkan tekanan darah h. Tidur yang cukup setia hari, antara 6-8 jam setiap hari i. Konsumsi minyak ikan, karena mengandung omega-3 yang dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan j. Puasa yang rutin juga sangat baik untuk mengendalikan tekanan darah 2. Pola hidup sehat a. Melakukan olahraga teratur. Pada penderita hipertensi dapat melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak tiga kali seminggu. b. Mengendalaikan emosi dan mengurangi kecemasan c. Berhenti merokok. Selain dapat meningkatkan faktor resiko terkena hipertensi, merokok juga dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit paru dan kardiovaskular lain 2.3.8. Penatalaksanaan Menurut Anggraini dkk 2009, tujuan pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut: • Target tekanan darah yatiu 14090 mmHg dan untuk individu berisiko tinggiseperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah 13080 mmHg. • Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. • Menghambat laju penyakit ginjal. Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide Thiaz atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ACEI, Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist blocker ARB. Tabel 2.1. Terapi Hipertensi Klasifiksi TD Tekanan Sistolik mmHg Tekanan Diastolik mmHg Modifikasi Gaya Hidup Terapi Obat Tanpa Indikasi yang Memaksa Dengan Indikasi yang Memaksa Normal 120 dan 80 Dianjurkan Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Ya Tidak ada indikasi pemberian antihipertensi Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa Hipertensi tahap I 140-159 atau 90-99 Ya Thiazide tipe diuretik, ACEi, ARB, BB, CCB atau kombinasi Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa Obat antihipertensi lain diuretik, ACEi, ARB, BB,CCB as needed Hipertensi tahap II ≥160 atau ≥100 ya Dua kombinasi obat biasanya Thiazide-tipe diuterik dan ACEi atau ARB atau BB atau CCB JNC7 Report on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure Indikasi yang memaksa Compelling indications untuk terapi spesifik mencakup kondisi resiko tinggi yang dapat menyebabkan secara langsung gejala sisa dari hipertensi gagal jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit ginjal kronik dan stroke yang berulang atau penyakit yang berhubungan dengan hipertensi diabetes, resiko tinggi penyakit jantung, sehingga diperlukan obat antihipertensi tertentu Yusuf, 2008. 2.3.9. Komplikasi Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya antibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitifitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- β TGF-β Yogiantoro,2006. Gambar 2.2. Diagram Komplikasi Hipertensi Hipertens Kerusakan arteri Afterload Disfungsi sitolik LVR Myocardial oxygen demand Akseleasi Arterosklerosis Kelemahan pembuluh darah Disfungsi diastolik Gagal jantung p.darah serebral p.darah koroner Suplai oksigen miocardial aorta p.darah serebral Stroke Iskemik Aneurisma Stroke Hemorrhagic p.darah ginjal p.darah okular Nephrosklerosis dan gagal ginjal Retinopati Iskemik Miokardial

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dan hubungannya dengan kejadian hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing- masing variabel penelitian, maka perlu dijabarkan definisi operasional dari penelitian. Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui mengenai hipertensi yaitu definisi, gejala, penyebab, faktor resiko, pencegahan, pengobatan dan komplikasi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik. 2. Pasien hipertensi adalah pasien dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan sistolik ≥90mmHg sesuai kriteria hipertensi menurut JNC VII dan melakukan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik. 3. Pasien dengan riwayat hipertensi adalah pasien dengan riwayat tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan sistolik ≥90mmHg sesuai Pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Pasien dengan riwayat hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Tingkat pengetahuan pasien kriteria hipertensi menurut JNC VII dan masih melakukan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik. Aspek Pengukuran 1. Pengukuran gambaran pengetahuan mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik dilakuakan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh pasien. • Cara ukur : angket • Alat ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 13 pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban. o Jawaban tidak tahu diberi skor 0 o Jawaban yang kurang diberi skor 1 o Jawaban yang sedang baik diberi skor 2 o Jawaban yang baik diberi skor 3 • Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan pada pasien rawat jalan di departemen kardiologi di RSUP H. Adam Malik yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran Arikunto, 2007 dibagi menjadi tiga kategori yaitu: o Baik, apabila nilai yang diperoleh 75 dari nilai tertinggi o Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75 dari nilai tertinggi o Kurang, apabila nilai yang diperoleh 40 dari nilai tertinggi Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah : o Pengetahuan baik : Skor total 32 o Pengetahuan sedang : Skor total 17-32 o Pengetahuan kurang : Skor total 17 • Skala pengukuran : Ordinal