Tekanan Darah TINJAUAN PUSTAKA

bersangkutan. Tekanan maksimum yang ditimbulkan diarteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol tekana sistolik rata-rata adalah 120mmHg. Tekanan minimum didalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh dihilir selama diastol tekanan diastolik rata-rata adalah 80mmHg. Sedangakan tekanan pada nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik Sherwood, 2006. Pengaturan tekanan arteri jangka pendek dilakukan oleh sistem saraf simpatis, terutama melalui efek sistem saraf pada kapasitansi dan tahanan vaskular perifer total dan kemampuan memompa jantung. Sedangkan pengaturan untuk jangka panjang bekaitan dengan homeostasis volume cairan tubuh, yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan. Bila tubuh mengandung banyak cairan ekstrasel, volume darah dan tekanan arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian mempengaruhi ginjal untuk mengeksresikan kelebihan cairan ekstrasel, sehingg pengembalian tekanan kembali normal Guyton dan Hall, 2006. 2.2.1. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Pendek Pengaturan jangka pendek dikendalikan oleh sistem saraf. Mekanisme utama dalam proses pengontrolan tekanan darah ini berjalan sesuai dengan mekanisme umpan balik negatif. Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme perangsangan yang akan mengurangi impuls respon tubuh. Mekanisme pengaturan ini membutuhkan sensor reseptor, neuron aferen, sistem saraf pusat, neuron eferen dan efektor Ronny, 2009. Meurut Sherwood 2006, beberapa sensor yang mendeteksi perubahan tekanan darah diuraikan dibawah ini: a. Refleks Baroreseptor Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom. Sistem baroreseptor bekerja sangat cepat untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah. Baroreseptor yang penting dalam tubuh manusia terdapat di sinus karotis dan arkus aorta. Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah, dan secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron eferen yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan tekanan darah. Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali normal. Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal b. Osmoreseptor hipotalamus dan reseptor volume pada atrium kiri Osmoreseseptor pada hipotalamus peka terhadap perbahan osmolaritas darah yang dipengaruhi oleh keseimbangan cairan tubuh, keduanya mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan darah dengan mengontrol volume darah c. Kemoreseptor pada arteri karotis dan aorta Kemoreseptor tersebut peka terhadap kadar O2 rendah atau keasaman tinggi pada darah. Fungsi utamanya adalah secara refleks meningkatkan aktivitas penafasan sehingga lebih banyak O2 yang masuk atau lebih banyak CO2 pembentuk asam yang keluar. Disamping itu, reseptor ini juga akan menyampaikan impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskuler. d. Sistem saraf pusat Sistem saraf akan mempengaruhi tekanan darah melaui perangsangan simpatis dan parasimpatis. Emosi dan prilaku tertentu memengaruhi kerja simpatis yang berefek pada respon kardiovaskular e. Olahraga Perubahan mencolok pada sistem kardiovaskular terjadi saat berolahraga, termasuk peningkatan besar aliran darah otot rangka, peningkatan curah jantung, penurunan resistensi perifer total f. Kontrol Hipotalamus terhadap arteriol kulit Tekanan darah dapat turun pada saat pembuluh kulit mengalami dilatasi menyeluruh untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh. 2.2.2. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Panjang Selain refleks dan respon tersebut, pengaturan tekanan darah intermitten dan jangka panjang juga dipengaruhi secara vasoaktif, meliputi: a. Epinefrin, berasal dari medula adrenal, berikatan dengan reseptor α1 vasokonstriksi dan reseptor β2 vasodilatasi, juga berikata dengan β1 meningkatkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi Ronny, 2009 b. Serotonin 5-hidroksitriptamin, biasanya terdapat pada saraf terminal, trombosit dan sel mast. Zat ini menyebabkan vasokonstriksi Ronny, 2009 c. Histamin, biasanya dikeluarkan saat terjadi luka atau inflamasi yang dapat menyebabkan pembuluh darah di otot polos vasodilatasi, tetapi otot polos viseral berkontraksi Ronny, 2009 d. Angiotensin II, merupakan bagian dari sistem renin angiotensin aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat. Walaupun hanya berada dalam darah 1 atau 2 menit dalam darah, tetapi angiotensin II mempunyai pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri, yaitu sebagai vasokonstriksi di berbagai daerah tubuh serta menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal.

2.3. Hipertensi

2.3.1. Definisi Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah diatas normal. Menurut pedoman The Seventh Report of Joint National Committeeon Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNCVII 2009 , terdapat empat kategori definisi tekanan darah, yaitu: • Tekanan darah normal: tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg • Prehipertensi: tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg • Hipertensi tahap I: tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg