2.1.5 Wajib Haji
Sesuai dengan ajaran dalam syariat Islam, wajib haji itu ada 6, yaitu: Thalib, 1966:37
1. Berniat di Miqat. Yaitu tempat yang sudah di tentukan memulai niat haji. 2. Bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Zulhidjah yang
dilakukan sesudah mengerjakan wukuf di Arafah. 3. Meluntar jumrah aqabah di Mina sebanyak tujuh kali dengan batu pada
tanggal 10 Zulhidjah. 4. Bermalam di Mina tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah.
5. Meluntar jumrah ula, jumrah wustah, dan jumrah aqabah pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhidjah tujuh kali.
6. Meninggalkan segala yang di haramkan dalam waktu mengerjakan ibadah haji.
2.1.6 Hukum Ibadah Haji
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Sebagai rukun Islam, haji hukumnya wajib berdasarkan al-Quran, sunnah dan ijma’ulama. Kewajiban
haji hanya bagi orang yang mampu biaya, fisik, waktu dan terjaminnya keamanan.
2.1.7 Hikmah Ibadah Haji
Setiap ibadah yang disyariatkan jelas mempunyai hikmah-hikmah tertentu. Beberapa hikmah ibadah haji yaitu: Al Munawar, 2003:14
1. Ibadah haji yang dilakukan dengan niat ikhlas, dan memenuhi ketentuannya, Allah menghapuskan dosa orang yang menunaikannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan ibadah haji dapat memperteguh dan memperbaharui keimanan.
3. Meningkatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala karunia
Allah SWT. 2.2 Pembiayaan Haji
Salah satu cita-cita dan harapan seorang muslim yaitu dapat melaksanakan ibadah haji. Namun harapan itu penuh dengan berbagai macam kendala, sehingga
kesempatan untuk menunaikan ibadah haji tersebut sulit untuk terealisasi. Dari berbagai macam kendala yang dihadapi, masalah finansial merupakan salah satu
dari kendala tersebut. Salah satu syarat untuk melakukan perjalanan ibadah haji yaitu harus
mempunya kemampuan finansial. Kemampuan finansial yang dimaksudkan disini yaitu Ongkos Naik Haji ONH atau sekarang yang disebut dengan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji BPIH. Walaupun mengalami perubahan nama dari ONH ke BPIH namun cara kerja dan sistem kerjanya masih sama saja.
Walaupun seseorang telah memiliki kemampuan baik dari segi finansial maupun fisik, tetapi tetap saja ia tidak dapat dengan mudah merealisasikan niat
suci tersebut. Hal ini disebabkan karena begitu banyaknya jumlah umat muslim yang akan menunaikan ibadah haji sedangkan jumlah kuota batasan maksimal
suatu negara untuk dapat mengirimkan jamaah pada tahun tertentu sangat terbatas. Salah satu yang menjadi titik awal dalam persiapan penyelenggaraan
ibadah haji yaitu Biaya Perjalanan Ibadah Haji BPIH. Karena apabila BPIH sudah ditetapkan maka akan mudah menyusun rangkaian penyelenggaraan ibadah
Universitas Sumatera Utara
haji. Tetapi dalam kenyataannya, penetapan BPIH dicapai saat detik-detik terakhir menjelang musim haji. Hal ini menyebabkan tidak berjalannya rangkaian
penyelengaraan ibadah haji sebagaimana mestinya. Seperti hasil kesepakatan penetapan BPIH antara DPR dan Pemerintah
untuk musim haji tahun 2012, baru tercapai pertengahan Juli 2012 lalu. Padahal penyelenggaraan ibadah haji akan dimulai pemberangkatan petugas dan kemudian
kelompok terbang Kloter pertama pada bulan September. Jadi, hanya ada waktu sekitar 1 bulan untuk persiapan pelunasan BPIH bagi para jamaah calon haji yang
masuk daftar berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2012 tersebut. Meskipun ada sinyal kenaikan biaya pemondokan di Mekah, tapi Komisi
VIII DPR RI mengupayakan biaya perjalanan ibadah haji BPIH bagi para calon jamaah haji tahun 2013 ini tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Wakil
Ketua Komisi VIII DPR RI Sayed Fuad Zakaria www.Berita8.com, 5 Maret 2013 mengatakan “Kita upayakan BPIH tidak naik, dengan meningkatkan dana
optimalisasi sehingga subsidi bertambah. Untuk tahun 2012 sebesar Rp10 juta per orang, dan untuk tahun 2013 Rp12 juta per orang”. Sayed menjelaskan, kenaikan
tersebut berkaitan dengan pemugaran yang dilakukan pihak Arab Saudi atas perluasan mataf atau tempat tawaf di sekeliling Ka’bah, serta area-area lain di
Mekkah. Kenaikan harga pemondokan meningkat sekitar 20. Namun, ditambahkan Sayed, tim dari Kemenag terus bernegosiasi. ”Kita harapkan tak
lebih 5600 real untuk sewa pemondokan”. Selain kenaikan biaya pemondokan, pemugaran yang dilakukan pihak Arab Saudi juga berdampak langsung terhadap
jarak pemodokan yang semakin jauh www.Berita8.com
, 5 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 2.1 dapat di lihat bahwa BPIH selama kurun waktu sepuluh tahun yaitu sejak tahun 2003-2012, bila dirata-ratakan nilainya yaitu sebesar Rp
28.798.449. BPIH tertinggi berada pada tahun 2012 yaitu Rp 33.331.600 dan BPIH terrendah berada pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 22,998,800. Namun
BPIH yang mengalami kenaikan cukup besar yaitu berada pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 6.810.814 dari yang mulanya BPIH pada tahun 2007 sebesar Rp
26,215,316.00 menjadi Rp 32,026,130.00 pada tahun 2008. Sedangkan BPIH yang mengalami penurunan cukup besar yaitu berada pada tahun 2010 sebesar Rp
3.045.140 dari yang mulanya BPIH pada tahun 2009 sebesar Rp 33,479,248 menjadi Rp 30,434,108 pada tahun 2010.
Tabel 2.1 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 2003-2012
Tahun Biaya Perjalanan
Ibadah Haji Persen Kenaikan
Penurun Kenaikan
Penurunan 2003
Rp 25,799,728 8,96
- 2004
Rp 22,998,800 7,99
Turun sebesar Rp 2.800.928
2005 Rp 26,143,363
9,08 Naik sebesar
Rp 3.144.563 2006
Rp 26,733,873 9,28
Naik sebesar Rp 590.510
2007 Rp 26,215,316.00
9,10 Turun sebesar
Rp 518.557 2008
Rp 32,026,130.00 11,12
Naik sebesar Rp 6.810.814
2009 Rp 33,479,248
11,63 Naik sebesar
Rp 1.453.118 2010
Rp 30,434,108 10,57
Turun sebesar Rp 3.045.140
2011 Rp 30,822,332,-
10,70 Naik sebesar
Rp 388.224 2012
Rp 33.331.600 11,57
Naik sebesar Rp 2.509.268
Jumlah Rp 287.984.498
100 -
Rata-rata Rp 28.798.449
10 -
Sumber : http:nurimzaidin.wordpress.com20121018biaya-haji-emas-murah-tahun. Data telah diolah kembali oleh penulis.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 2.1 dan tabel 2.2 juga dapat dilihat bahwa BPIH sekarang ini sangat mahal, bila dibandingkan dengan BPIH pada tahun lima puluhan.
Perbedaan tersebut sangat jauh berbeda. Pada tahun lima puluhan BPIH tertinggi berada pada tahun 1958 dan pada tahun 1959 yaitu sebesar Rp 59.000,- dengan
jumlah jamaah masing-masing yaitu pada tahun 1958 sebanyak 10.134 orang dan pada tahun 1959 sebanyak 11.613 orang. Sedangkan BPIH terrendah yaitu berada
pada tahun 1960 sebesar Rp 6.428,- dengan jumlah jamaah 1.843 orang, sedangkan jumlah jamaah haji terbanyak yaitu berada pada tahun 1956 sebanyak
16.842 orang.
Tabel 2.2 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1950-1959
Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji
Jumlah Jamaah
1950 Rp 6.428
1.843 1951
Rp 6.487 9.502
1952 Rp 16.697
14.324 1953
Rp 13.300 10.316
1954 Rp 23.304
12.621 1955
Rp 22.000 13.242
1956 Rp 25.300
16.842 1957
Rp 21.071 10.134
1958 Rp 59.000
10.134 1959
Rp 59.000 11.613
Sumber: H.M Iwan Gayo 2000:259
Sedangkan bila dilihat pada pelaksanaan haji pada tahun tujuh puluhan, BPIH sudah memasuki nilai ratusan ribu rupiah. Dimana BPIH tertinggi berada
pada tahun 1979 yaitu sebesar Rp 1.390.000,- dengan jumlah jamaah haji
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 41.838 orang. Sedangkan BPIH terrendah berada pada tahun 1976 yaitu sebesar Rp 16.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 25.255 orang,
sedangkan jumlah jamaah haji terbanyak yaitu berada pada tahun 1978 sebanyak 73.030 orang Gayo, 2000:259.
Tabel 2.3 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1970-1979
Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji
Jumlah Jamaah
1970 Rp 380.000
14.074 1971
Rp 370.000 22.292
1972 Rp 402.000
22.231 1973
Rp 446.000 39.954
1974 Rp 560.000
69.148 1975
Rp 590.000 54.859
1976 Rp 16.000
25.255 1977
Rp 766.000 34.238
1978 Rp 766.000
73.030 1979
Rp 1.490.000 41.838
Sumber: H.M Iwan Gayo 2000:259
Sedangkan bila di bandingkan dengan BPIH pada tahun sembilan puluhan, besarnya BPIH pada tahun sembilan puluhan sudah memasuki nilai jutaan ribu
rupiah. Dimana BPIH tertinggi berada pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 21.855.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 70.691 orang. Sedangkan
BPIH terrendah berada pada tahun 1990 yaitu sebesar Rp 5.320.000,- dengan jumlah jamaah haji sebanyak 81.244 orang, sedangkan jumlah jamaah haji
terbanyak yaitu berada pada tahun 1998 sebanyak 200.094 orang Gayo, 2000:260.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 1990-1999
Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Haji
Jumlah Jamaah
1990 Rp 5.320.000
81.244 1991
Rp 6.000.000 79.373
1992 Rp 6.475.000
104.361 1993
Rp 6.700.000 122.881
1994 Rp 6.900.000
158.533 1995
Rp 7.070.000 158.533
1996 Rp 7.290.000
193.071 1997
Rp 7.551.000 197.532
1998 Rp 8.805.000
200.094 1999
Rp21.855.000 70.691
Sumber: H.M Iwan Gayo 2000:260
Bagi umat Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji, tetapi keadaan finansialnya belum mencukupi, maka disarankan untuk menabung dalam bentuk
emas saja. Karena bila di konversikan ke emas, biaya haji dari tahun ke tahun akan lebih murah. Salah satu buktinya yaitu dari penetapan standar mata uang
dinar emas 24k yang digunakan Islam. Dinar nilainya selalu tetap dari jaman Nabi hingga sekarang. Hal ini sangat berbeda dengan uang kertas yang mengikuti
inflasi. Sebenarnya uang kertas baik Rupiah maupun Dollar sifatnya sangat lemah. Karena nilainya sewaktu-waktu dapat berubah-ubah. Kadang bisa naik
tetapi bisa turun juga. Berbeda dengan emas yang nilainya selalu stabil.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Perbandingan Biaya Perjalanan Ibadah Haji Dengan Menggunakan Rupiah
dan Emas Tahun
BPIH Rp Harga Spot Emas
USOz Emas gr
2001 Rp 22,000,000
281.59 285
2002 Rp 25,358,798
272.39 316
2003 Rp 25,799,728
313.29 276
2004 Rp 22,998,800
356.35 244
2005 Rp 26,143,363.00
392.48 220
2006 Rp 26,733,873
633.71 142
2007 Rp 26,215,316.00
655.49 141
2008 Rp 32,026,130.00
838.31 129
2009 Rp 33,479,248
996.59 108
2010 Rp 30,434,108
1,192.97 88
2011 Rp 30,822,332,-
1,795.05 62
Sumber : www.gdcirebon.blogspot.com
Dari tabel 2.5 dapat di lihat bahwa Biaya Perjalanan Ibadah Haji BPIH dalam satuan mata uang Rupiah bila di rata-ratakan selalu mengalami kenaikan.
Begitu pula harga jual emas dalam satuan Dollar yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Sedangkan bila di lihat dari berat emasnya, berat emas untuk BPIH
setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena nilai emas yang selalu stabil, berbeda dengan nilai uang kertas baik Rupiah maupun Dollar
yang selalu saja berubah-ubah mengikuti pergerakan inflasi. Di Indonesia BPIH disetorkan melalui Bank Konvensional dan Bank
Syariah. Departemen Agama menunjuk 21 Bank yang akan menerima setoran BPIH, dimana 21 Bank tersebut terdiri dari 14 Bank Pembangunan, 4 Bank
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah, 2 Bank Syariah, dan 1 Bank Umum Swasta. Lebih rinci hal ini dapat dilihat pada tabel 2.6. Penandatangan nota kesepahaman antara Bank Penerima
Setoran BPS dilakukan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Departemen Agama Slamet Riyanto dengan pewakilan BPS di Kantor
Departemen Agama.
Table 2.6 Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji
No Nama Bank
1 Bank Negara Indonesi
2 Bank Rakyat Indonesia
3 Bank Mandiri
4 Bank Tabungan Negara
5 Bank Bukopin
6 Bank Muamalat Indonesia
7 Bank Syariah Mandiri
8 Bank Perkreditan Daerah Aceh
9 Bank Perkreditan Daerah Sumatera Utara
10 Bank Perkreditan Daerah Kalimantan Selatan
11 Bank Perkreditan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
12 Bank Perkreditan Daerah Daerah Khusus Ibu Kota
13 Bank Perkreditan Daerah Kalimantan Timur
14 Bank Perkreditan Daerah Nagari
15 Bank Perkreditan Daerah Nusa Tenggara Barat
16 Bank Perkreditan Daerah Riau
17 Bank Perkreditan Daerah Sulawesi Selatan
18 Bank Perkreditan Daerah Sulawesi Utara
19 Bank Perkreditan Daerah Jawa Barat
20 Bank Perkreditan Daerah Jawa Timur
21 Bank Perkreditan Daerah Sumatera Selatan
Sumber : http:www.spirithaji.comhaji932-penyelenggaraan-haji-indonesia.html
Majelis Ulama Indonesia MUI mengingatkan, agar pemerintah tidak perlu melibatkan bank konvensional dalam urusan pembayaran biaya perjalanan
ibadah haji BPIH, baik yang reguler maupun yang plus. Sebab, urusan haji
Universitas Sumatera Utara
menyangkut urusan ibadah. Karena itu, pembayaran BPIH hanya boleh melibatkan Bank Syariah dan tidak perlu melibatkan Bank Konvensional
Noffellisa, Berita Nasional, 27 Maret 2008. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa,
KH Maruf Amin Noffellisa, Berita Nasional, 27 Maret 2008, penerimaan setoran BPIH melalui Bank Konvensional dinilai tidak tepat. Hal itu karena
didasarkan pada paradigma yang salah, sebab haji merupakan ibadah. Karena itu, seluruh kegiatan persiapan dan pelaksanaan harus dijalankan sesuai prinsip
syariah. Tidak ada lagi alasan untuk tidak menjadikan Bank Syariah sebagai Bank
penerima setoran BPIH. Karena saat ini Bank Syariah sudah siap dijadikan sebagai Bank penerima setoran BPIH. Hal ini dapat dibuktikan karena saat ini
jaringan Bank Syariah telah menyebar hingga ke pelosok daerah. Selain itu, Bank Syariah juga sudah di dukung dengan sistem Teknologi Informasi TI yang
mampu mendukung sistem pembayaran tersebut. Dengan menggunakan bank syariah sebagai penerima setoran BPIH, maka
hal tersebut dapat memajukan kinerja perbankan syariah di Indonesia, dan secara tidak langsung masyarakat akan lebih mengenal tentang perbankan syariah,
mengingat hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang perbankan syariah.
Dalam mengelola dana setoran BPIH tersebut, Kementerian Agama harus transparan dan akuntabel. Dana tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan
di luar urusan haji. Dana setoran awal haji adalah milik umat, dan bukan milik
Universitas Sumatera Utara
pemerintah. Setoran awal dana haji bukanlah termasuk kategori penerimaan Negara.
Dari hasil penyimpanan dana setoran tersebut di Bank, sudah pasti mendapatkan bunga atau bagi hasil yang besar. Tetapi selama ini para calon
jamaah haji ataupun masyarakat tidak pernah mendapat penjelasan yang pasti tentang hal tersebut. Para calon jamaah haji dan masyarakat tidak mengetahui
bunga atau bagi hasil yang diperoleh dari dana tersebut digunakan untuk apa. Wakil sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq Jurnal Parlemen, 12 Januari
2013 mengatakan, “mestinya bunga yang besar itu dikembalikan ke calon jemaah haji atau dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan umat. Hal yang sama juga
berlaku bagi Dana Abadi Umat. Jangan sampai dana-dana tersebut digunakan untuk kepentingan di luar itu. Karena untuk semua kegiatan di Kementerian,
Negara sudah menganggarkan melalui APBN. Sebelumnya, pihak Kementerian Agama dalam situs resminya menyebut
bahwa outstanding dana setoran BPIH hingga 19 Desember 2012 berjumlah Rp 48,7 triliun, termasuk nilai manfaat bunga, bagi hasil, dan imbal hasil sebesar Rp
2,3 triliun. Nilai manfaat dari hasil setoran awal dialokasikan untuk mengurangi BPIH untuk biaya pemondokan di Mekkah, Madinah, Jeddah, general service fee
di Arab Saudi, katering dan transportasi di Arab Saudi, dan biaya indirect seperti pengurusan paspor, pelayanan embarkasi, bimbingan, buku manasik, asuransi,
operasional haji dalam dan luar Negeri lainnya. Walaupun pihak Kementerian Agama sudah memberi penjelasan seperti
yang sudah tertera diatas, namun pihak Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Universitas Sumatera Utara
Keuangan PPATK memberikan kesimpulan bahwa pengelolaan dana haji tidak profesional dan tidak transparan. Hal itu dikemukakan oleh kepala PPATK, M
Yusauf, saat menggelar jumpa pers, rabu, 2 januari 2013 Siaran Pers, No: SJB.VIII3HM.008392012.
Masalah yang disampaikan kepala PPATK yaitu terdapat beberapa kejanggalan. Salah satu kejanggalan tersebut yaitu tempat pemondokan bagi
jamaah haji asal Indonesia yang jaranknya selalu jauh dari Masjidil Haram. PPATK mencatat bunga yang diperoleh dari dana penyelenggaraan haji yaitu
sebesar Rp 2,3 triliun. Dari bunga yang sebesar itu seharusnya bisa dibelikan apartemen untuk para jamaah haji.
Namun Kementerian Agama mengatakan nilai manfaat bunga tidak dapat digunakan untuk membeli perumahan di Mekkah atau Madinah. Karena
Pemerintah Saudi Arabia tidak memperbolehkan adanya kepemilikan asing pada asset atau property mereka seperti perumahan. Yang dapat dilakukan adalah
melakukan penyewaan perumahan jangka panjang. Walaupun terdapat beberapa kejanggalan dalam pengelolaan dana haji,
tetap saja minat masyarakat muslim di Indonesia untuk menunaikan ibadah haji semakin meningkat saja setiap tahunnya, walaupun pemerintah sudah menaikkan
besarnya setoran awal biaya haji melalui peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2010. Setoran awal bagi jamaah haji reguler yang semula hanya 20 juta
rupiah menjadi 25 juta rupiah, dan haji khusus yang semula 3000 dollar menjadi 4000 dollar Amerika.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelusuran Direktur Pengelolaan Dana Haji Kementerian Agama Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA, ternyata BPIH Indonesia pada tahun 2010
lebih murah sebesar 2 juta rupiah bila dibandingkan dengan Malaysia. Hal ini dikarenakan biaya langsung direct cost yang harus dibayarkan oleh setiap
jamaah haji di Malaysia pada tahun 2010 sebesar 9.980 ringgit Malaysia, atau bila di rupiahkan yaitu sebesar 29 juta rupiah, sedangkan calon jamaah haji dari
Indonesia hanya membayar biaya langsung sebesar 3.342 dollar Amerika dan kemudian dikembalikan kepada setiap jamaah haji sebesar 400 dollar Amerika
atau 1.500 Real berupa living cost atau setara dengan 27 juta rupiah Realita Haji, Edisi IV Tahun 2011.
Selisih pembayaran biaya haji antara Indonesia dan Malaysia dapat terlihat jelas jika komponen biaya tak langsung juga dimasukkan kedalam hitungan biaya
perjalanan ibadah haji. Bagi jamaah haji di Indonesia, dari hasil optimasi setoran awal, pemerintah membayarkan sebesar 5 juta rupiah sehingga total biaya
perjalanan ibadah haji keseluruhan menjadi 32 juta rupiah. Sedangkan di Malaysia, komponen biaya tak langsung yang dibayarkan dari Dana Tabung Haji
sebesar 19 juta rupiah, sehingga total biaya perjalanan haji orang Malaysia menjadi sekitar 48 juta Rupiah. Lebih rinci hal-hal yang berkaitan dengan
perbandingan ini dapat dilihat dalam tabel 2.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Perbandingan Pelayanan Haji Indonesia dengan Malaysia
Uraian Indonesia
Malaysia
Kuota pertahun 211.000 orang
26.000 orang Biaya keseluruhan per
jamaah Rp 32.000.000
Rp 49.000.000
Dibayar langsung Rp 27.000.000
Rp 29.940.000 Dibayarkan
penyelenggara Rp 5.000.000
dari optimalisasi setoran awal Rp 19.000.000
Dari tabungan haji Penabungjemaah
calon haji 1.400.000 orang
700.000 orang
Rata-rata waiting list 6 tahun
26 tahun Sewa pemondokan di
Mekah SAR 3.400
SAR 6.000
Prinsip pengelolaan keuangan
Nirlaba Komersial
10 negara belajar manajemen haji dari
Indonesia Rusia, Iran, Nigeria, Cina, Turki,
Aljazair, Suriah, Jordania, Tunisia, dan Euthopia
-
Standar mutu pelayanan
ISO 9001:2008 ISO 9001:2008
Tarif BPIH 1432H turun
US 80 dan Rp 100.000 -
Penetapan tarif Pembahasan dengan DPR
Diputuskan Kerajaan
Sumber : Realita Haji, Edisi IV Tahun 2011
2.3 Fasilitas Ibadah Haji 2.3.1 Pemondokan Haji