sering menjadi masalah dalam pemondokan haji yaitu jarak tempuh pemondokan dengan tempat ibadah dan jumlah pemondokan yang sedikit.
Jamaah haji Indonesia setiap tahunnya mengalami kendala pemondokan yang dinilai terlalu sempit, mengingat besarnya jumlah jamaah haji. Sedangkan
jumlah pemondokan terbatas. Masalah ini muncul karena Pemerintah Indonesia tidak memiliki perencanaan awal yang matang seperti tidak berani menawar harga
sewa pemondokan yang tinggi, Pemerintah Indonesia hanya mampu membayar sewa pemondokan dengan harga yang murah sehingga pemondokan yang di
tempati oleh para jamaah tidak sesuai dengan yang diinginkan, dan hal ini tentu saja menimbulkan masalah mengingat kembali jumlah jamaah haji kita yang
begitu besar dengan fasilitas yang kurang. Walaupun demikian, bila dibandingkan dengan kondisi pemondokan para
jamaah haji Malaysia, penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia jauh lebih baik. Hal ini dikarenakan Indonesia mampu memberangkatkan 210 ribu jamaah setiap
tahunnya, sementara Malaysia hanya memberangkatkan 26 ribu jamaah saja. Dari jumlah sebanyak itu, Malaysia mempunya daftar tunggu waiting list sebanyak
650.000 orang atau harus menunggu sampai 26 tahun. Sementara Indonesia mempunyai daftar tunggu sebanyak 1,4 juta jamaah atau rata-rata menunggu 5
hingga 6 tahun saja.
2.3.2 Transportasi
Mahalnya transportasi udara untuk keberangkatan para jamaah haji asal Indonesia, menjadi topik utama dalam rapat kerja Komisi VIII dan Menteri
Perhubungan. Wakil Ketua Komisi VIII dari FPKS Jazuli Juwaini Nurdriansyah,
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Parlemen, 6 Maret 2013 mengatakan Kalau biaya penerbangan turun, akan berefek pada BPIH Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Menanggapi keluhan tersebut, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah PHU Anggito Abimanyu Nurdriansyah, Jurnal Parlemen, 6 Maret 2013
mengatakan “pihaknya sebenarnya sudah membicarakan soal transportasi ini dengan Pertamina selaku penjual avtur bahan bakar pesawat udara. Usulannya,
avtur untuk penerbangan haji diturunkan. Sementara untuk umroh bisa dinaikkan”. Untuk pelaksanaan haji 2013, Garuda menyewa 19 pesawat, terdiri
atas 14 pesawat inti dan lima backup. Sementara Saudi Arab hanya mempergunakan 13 pesawat.
Pada Rapat Dengar Pendapat RDP pada tahun 2011 yang lalu Dirjen PHU mengatakan pada musim haji tahun 2010 Batavia Air dan Lion Air pernah
mengajukan penawaran biaya penerbangan sebesar US 1.520, padahal Garuda Indonesia dan Saudi Airline menetapkan biaya penerbangan itu sebesar US
1.734 per jamaah. Selisih dari kedua biaya penerbangan itu yaitu lebih dari US 200. Jika menggunakan Batavia Air atau Lion Air maka biaya yang harus
dikeluarkan oleh jamaah haji akan lebih murah sekitar US 200. Jika kedua perusahaan penerbangan tersebut diberi kesempatan untuk ikut
mengangkut para jamaah calon haji, maka BPIH akan lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan perusahaan penerbangan yang biasa
digunakan yaitu Garuda Indonesia dan Saudia Airline. Namun kedua perusahaan penerbangan tersebut belum secara resmi mengajukan penawarannya kepada
pemerintah untuk memberikan jasa pengangkutan bagi para calon jamaah haji.
Universitas Sumatera Utara
Selama di Mekah, Jeddah dan Madinah Kementerian Perhubungan juga menyediakan transportasi untuk para jamaah haji. Misalnya menyediakan bus
yang lebih baik lagi. Pemerintah bertekad memperbaiki layanan transportasi untuk mengangkut jamaah haji dari Mekah ke Jeddah dan Madinah.
PPIH Arab Saudi telah meminta agar ukuran bus yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji Indonesia bisa lebih besar. Sehingga, barang-barang
jamaah juga terangkut. Edayanti Dasril Republika Online, 1 November 2012 mengatakan “jika bus tak mampu menampung koper dan tas, pengelola bus harus
menyediakan truk khusus untuk mengangkut koper dan tas jamaah dari Mekah ke Jeddah dan Madinah”. Transportasi ini juga melayani pengangkutan jamaah dari
Bandara Internasional Raja Muhammad Bin Abdul Aziz di Madinah sampai ke pusat Kota dan sebaliknya.
2.3.3 Konsumsi Jamaah Haji