Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia: Aplikasi hukum okun

(1)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

RINGKASAN

REINHARD JANUAR SIMAREMARE. Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun (dibimbing oleh HENNY REINHARDT)

Ekonom Arthur Okun mengemukakan bahwa menurunnya output dapat menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran. Konsep hubungan negatif output dan tingkat pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun. Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Indonesia. Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Analisis lain yang dilakukan yaitu apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian ini menggunakan data time series tahunan (1985-2005). Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menerapkan tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah angkatan kerja, dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya sebagai variabel independen. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga kedua variabel digunakan dalam model. Chow breakpoint test digunakan dalam penelitian untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Krisis ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi setelah tahun 1998 lebih rendah dibanding tingkat yang diperolehnya pada periode sebelum krisis ekonomi. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend meningkat selama periode 1985-2005. Tingkat pengangguran stabil di bawah 5 persen pada periode sebelum krisis dan meningkat dari 5 persen lebih hingga hampir 11 persen pada periode 1998-2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum Okun berlaku untuk Indonesia, dimana koefisien Okun yang diperoleh bernilai negatif. Hasil uji hipotesis memberikan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran cenderung terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang dicapai setiap tahunnya. Pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran. Peningkatan angkatan kerja setiap tahunnya menjadi beban perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja yang dibutuhkan. Lapangan kerja yang tercipta tidak mampu mengurangi jumlah


(3)

pengangguran dan tingkat pengangguran. Chow breakpoint test memberikan hasil bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Trend tingkat pengangguran yang meningkat baik pada periode 1985-1996 maupun pada 1997-2005 diduga menyebabkan pengaruh krisis ekonomi tidak signifikan. Sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu menahan laju peningkatan tingkat pengangguran.

Pemerintah Indonesia disarankan tidak melihat target tingkat pengangguran melalui indikator pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Pemerintah perlu memperlambat laju pertumbuhan penduduk, yang dapat memperlambat laju pertumbuhan angkatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap naiknya tingkat pengangguran. Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (KB). Penelitian mengenai indikator-indikator lain yang diduga mampu mengurangi tingkat pengangguran perlu dilakukan. Hasil penelitian tersebut diharapkan bermanfaat bagi pemerintah Indonesia dalam menentukan alat kebijakan yang mampu mengurangi tingkat pengangguran.


(4)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Reinhard Januar Simaremare No. Registrasi Pokok : H14102038

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt S.P., M.Sc. IPB 041 093

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP : 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare H14102038


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Reinhard Januar Simaremare lahir pada tanggal 13 Januari 1985 di Kotamadya Depok, Jawa Barat. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Arlin Aritonang dan Maryati Simanjuntak. Penulis memulai sekolah pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Harapan Bahagia, Depok Timur pada tahun 1989. Jenjang pendidikan formal dilalui penulis di SDN Baktijaya III Depok, SLTPN 3 Depok, dan SMUN 1 Depok hingga tahun 2002 tanpa hambatan.

Penulis melanjutkan studi pada tahun 2002 di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berharap dapat memenuhi cita-cita sebagai seorang ekonom dan menjadi sumber daya manusia yang profesional, berkualitas, dan berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Penulis terlibat dalam berbagai kegiatan non-akademik selama menjadi mahasiswa. Penulis aktif di beberapa organisasi intra dan ekstra kampus, yaitu HIPOTESA, UKM PMK-IPB, panitia DIES NATALIS IPB 2004, dan alumnus SMUNSA Depok. Penulis sering menyalurkan hoby dengan mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pentas musik dan olahraga, khususnya futsal.


(8)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun”. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, menurut hukum Okun. Di Indonesia, tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sekalipun pertumbuhan ekonomi positif. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara ilmiah topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada Ibu Henny Reinhardt M.Sc. yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi ini dan memaklumi segala kekurangan ataupun kesalahan penulis sehingga skripsi ini dapat dibuat dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Idqan Fahmi, M.Ec. yang telah menguji hasil penelitian ini. Kritik dan saran yang diberikan sangat membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si. atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Selain itu, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Hermanto Siregar, Ph.D yang telah bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk berkonsultasi dan memberikan masukan dalam penelitian.

Penulis tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Sri Bahaduri, sebagai pembahas, dan para peserta dalam seminar. Kritik dan saran pembahas dan peserta seminar sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini.


(9)

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga penulis. Doa, dukungan, dan pengertian mereka sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1. Output ... 6

2.2. Pengangguran ... 6

2.3. Hukum Okun ... 7

2.4. Penelitian Terdahulu ... 9

2.5. Kerangka Pemikiran... 13

2.6. Hipotesis Penelitian ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 15

3.2. Metode Analisis ... 15

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)... 16

3.2.2. Uji Asumsi OLS ... 17

3.2.3. Uji Hipotesis .... ... 22

3.2.4. Uji Stabilitas Parameter ... 23

IV. GAMBARAN UMUM ... 24

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 24

4.2. Angkatan Kerja Indonesia ... 25

4.2.1. Pekerja ... 28


(11)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

RINGKASAN

REINHARD JANUAR SIMAREMARE. Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun (dibimbing oleh HENNY REINHARDT)

Ekonom Arthur Okun mengemukakan bahwa menurunnya output dapat menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran. Konsep hubungan negatif output dan tingkat pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun. Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Indonesia. Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Analisis lain yang dilakukan yaitu apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian ini menggunakan data time series tahunan (1985-2005). Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menerapkan tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah angkatan kerja, dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya sebagai variabel independen. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga kedua variabel digunakan dalam model. Chow breakpoint test digunakan dalam penelitian untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Krisis ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi setelah tahun 1998 lebih rendah dibanding tingkat yang diperolehnya pada periode sebelum krisis ekonomi. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend meningkat selama periode 1985-2005. Tingkat pengangguran stabil di bawah 5 persen pada periode sebelum krisis dan meningkat dari 5 persen lebih hingga hampir 11 persen pada periode 1998-2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum Okun berlaku untuk Indonesia, dimana koefisien Okun yang diperoleh bernilai negatif. Hasil uji hipotesis memberikan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran cenderung terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang dicapai setiap tahunnya. Pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran. Peningkatan angkatan kerja setiap tahunnya menjadi beban perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja yang dibutuhkan. Lapangan kerja yang tercipta tidak mampu mengurangi jumlah


(13)

pengangguran dan tingkat pengangguran. Chow breakpoint test memberikan hasil bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Trend tingkat pengangguran yang meningkat baik pada periode 1985-1996 maupun pada 1997-2005 diduga menyebabkan pengaruh krisis ekonomi tidak signifikan. Sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu menahan laju peningkatan tingkat pengangguran.

Pemerintah Indonesia disarankan tidak melihat target tingkat pengangguran melalui indikator pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Pemerintah perlu memperlambat laju pertumbuhan penduduk, yang dapat memperlambat laju pertumbuhan angkatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap naiknya tingkat pengangguran. Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (KB). Penelitian mengenai indikator-indikator lain yang diduga mampu mengurangi tingkat pengangguran perlu dilakukan. Hasil penelitian tersebut diharapkan bermanfaat bagi pemerintah Indonesia dalam menentukan alat kebijakan yang mampu mengurangi tingkat pengangguran.


(14)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Reinhard Januar Simaremare No. Registrasi Pokok : H14102038

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt S.P., M.Sc. IPB 041 093

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP : 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare H14102038


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Reinhard Januar Simaremare lahir pada tanggal 13 Januari 1985 di Kotamadya Depok, Jawa Barat. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Arlin Aritonang dan Maryati Simanjuntak. Penulis memulai sekolah pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Harapan Bahagia, Depok Timur pada tahun 1989. Jenjang pendidikan formal dilalui penulis di SDN Baktijaya III Depok, SLTPN 3 Depok, dan SMUN 1 Depok hingga tahun 2002 tanpa hambatan.

Penulis melanjutkan studi pada tahun 2002 di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berharap dapat memenuhi cita-cita sebagai seorang ekonom dan menjadi sumber daya manusia yang profesional, berkualitas, dan berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Penulis terlibat dalam berbagai kegiatan non-akademik selama menjadi mahasiswa. Penulis aktif di beberapa organisasi intra dan ekstra kampus, yaitu HIPOTESA, UKM PMK-IPB, panitia DIES NATALIS IPB 2004, dan alumnus SMUNSA Depok. Penulis sering menyalurkan hoby dengan mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pentas musik dan olahraga, khususnya futsal.


(18)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun”. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, menurut hukum Okun. Di Indonesia, tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sekalipun pertumbuhan ekonomi positif. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara ilmiah topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada Ibu Henny Reinhardt M.Sc. yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi ini dan memaklumi segala kekurangan ataupun kesalahan penulis sehingga skripsi ini dapat dibuat dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Idqan Fahmi, M.Ec. yang telah menguji hasil penelitian ini. Kritik dan saran yang diberikan sangat membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si. atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Selain itu, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Hermanto Siregar, Ph.D yang telah bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk berkonsultasi dan memberikan masukan dalam penelitian.

Penulis tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Sri Bahaduri, sebagai pembahas, dan para peserta dalam seminar. Kritik dan saran pembahas dan peserta seminar sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini.


(19)

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga penulis. Doa, dukungan, dan pengertian mereka sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1. Output ... 6

2.2. Pengangguran ... 6

2.3. Hukum Okun ... 7

2.4. Penelitian Terdahulu ... 9

2.5. Kerangka Pemikiran... 13

2.6. Hipotesis Penelitian ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 15

3.2. Metode Analisis ... 15

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)... 16

3.2.2. Uji Asumsi OLS ... 17

3.2.3. Uji Hipotesis .... ... 22

3.2.4. Uji Stabilitas Parameter ... 23

IV. GAMBARAN UMUM ... 24

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 24

4.2. Angkatan Kerja Indonesia ... 25

4.2.1. Pekerja ... 28


(21)

Halaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Uji Asumsi OLS ... 32

5.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan ... 34

5.4. Uji Stabilitas Parameter . ... 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan . ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Perbandingan dari Estimasi Koefisien Okun ... 2 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia ... 3 2.1. Metode Okun ... 10 4.1. Angkatan Kerja, Pertumbuhannya, dan Angkatan Kerja Baru

di Indonesia ... 26 5.1. Uji Heteroskedastisitas ... 32 5.2. Uji Autokorelasi ... ... 32 5.3. Matriks Korelasi ... 33 5.4. Uji Bias Spesifikasi Model ... 34 5.5. Hasil Regresi Persamaan ... 34 5.6. Uji Stabilitas Parameter ... 37


(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran ... 14 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 24 4.2. Jumlah Pekerja dan Pengangguran di Indonesia ... 27 4.3. Rasio Pekerja dan Pengangguran atas Angkatan Kerja di Indonesia ... 28 4.4. Struktur Pekerja Menurut Status Pekerjaan di Indonesia ... 29 4.5. Tingkat Pengangguran Indonesia ... 30 4.6. Struktur Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan ... 31 5.1. Uji Normalitas ... 33


(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data PDB riil dan Angkatan Kerja Indonesia ... 44 2. Data Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia ... 45 3. Hasil Regresi Model ... 46 4. Uji Normalitas ... 46 5. Uji Heteroskedastisitas ... 47 6. Uji Autokorelasi ... 48 7. Matriks Korelasi ... 48 8. Uji Bias Spesifikasi Model ... 49 9. Uji Stabilitas Parameter ... 49


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekonom Arthur Okun dalam Barreto dan Howland (1993) mengemukakan bahwa adanya biaya tinggi dari output terhadap tingkat pengangguran, yaitu meningkatnya tingkat pengangguran sebagai akibat dari penurunan output. Hasil penelitian Okun memberikan petunjuk praktis mengenai hubungan output dan pengangguran di Amerika Serikat, yaitu peningkatan sebesar 1 persen dari tingkat pengangguran diasosiasikan dengan penurunan sebesar 3 persen pertumbuhan output dari tingkat potensialnya (Ho, 2002). Konsep hubungan negatif output dan pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien kemiringan yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun.

Koefisien Okun merupakan salah satu komponen penting yang dikaji para ekonom dalam menganalisis hukum Okun untuk beberapa alasan (Sinclair, 2005). Pertama, jika tingkat pengangguran merupakan variabel kebijakan, maka koefisien Okun dapat diinterpretasikan sebagai besaran target perekonomian untuk mereduksi tingkat pengangguran. Kedua, peramalan output sering dibuat untuk menyatakan peramalan dari tingkat pengangguran. Ketiga, koefisien Okun sangat berguna untuk mengetahui kapan output berada di atas atau di bawah nilai potensialnya.

Moosa, Lee, dan Schnabel melakukan penelitian hukum Okun pada beberapa negara maju dan mendapatkan hasil bahwa output berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran (Schnabel, 2002). Koefisien Okun yang diperoleh berbeda-beda pada setiap negara (Tabel 1.1.).


(26)

2

Tabel 1.1. Perbandingan dari Estimasi Koefisien Okun

Negara Moosaa) (1960-95) Leeb) (1955-96) Schnabelc) Amerika Serikat -0.46 -0.54 (1954-2000) -0.42

(1990-2000) -0.44

Jepang -0.09 -0.23 (1962-2000) -0.04

(1993-2000) -0.21

Jerman -0.41 -0.40 (1964-2000) -0.27

(1992-2000) -0.52

Perancis -0.36 -0.34 (1966-2000) -0.17

(1992-2000) -0.60

Italia -0.18 -0.92 (1962-2000) -0.14

(1992-2000) -0.78

Inggris -0.37 -0.72 (1963-2000) -0.50

(1991-2000) -0.75

Kanada -0.49 -0.60 (1962-2000) -0.33

(1990-2000) -0.48 Sumber: Schnabel (2002)

Keterangan: angka dalam kurung adalah tahun observasi

a)

komponen siklikal tingkat pengangguran diregresikan terhadap nilai lag-nya dan komponen siklikal Gross Domestic Product (GDP)

b)

pertumbuhan ekonomi diregresikan terhadap perubahan tingkat pengangguran (koefisien diinvers)

c)

perubahan tingkat pengangguran diregresikan terhadap log GDP dan lag dari log GDP

Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan output dan tingkat pengangguran di Indonesia. Peningkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai alat kebijakan dalam mencapai tingkat pengangguran atau pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pengangguran. Hukum Okun dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mencapai target tingkat pengangguran. Penciptaan lapangan kerja atau berkurangnya tingkat pengangguran merupakan salah satu prioritas pemerintah Indonesia saat ini1).

1)

Triaswati, N. Meningkatkan Kredibilitas [Kompas Online]. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/09/ekonomi/2352325.htm [9 Januari 2006].


(27)

3

1.2. Perumusan Masalah

Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran dari tahun ke tahun (Tabel 1.2.). Selama periode 1990-2005 tingkat pengangguran menurun dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 1996, 1997, dan 2000. Kemudian, pada kurun waktu 1990-1996 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7.99761 persen dan rata-rata tingkat pengangguran sebesar 3.85050 persen. Pada era pasca krisis 1999-2005 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun menjadi sebesar 4.11002 persen dan rata-rata tingkat pengangguran meningkat menjadi sebesar 8.46930 persen. Berdasarkan perbandingan kedua periode, penurunan pada pertumbuhan ekonomi diikuti dengan peningkatan pada tingkat pengangguran.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia

dalam persen Tahun Pertumbuhan

Ekonomi*

Rata-rata Tahun Tingkat Pengangguran**

Rata-rata

1990 9.00170 1990 2.50841

1991 8.92761 1991 2.59051

1992 7.22055 1992 2.73813

1993 7.25434 1993 2.75707

1994 7.53997 1994 4.35738

1995 8.39638 1995 7.23844

1996 7.64272 7.99761

1996 4.76354 3.85050

1997 4.69988 1997 4.59992

1998 -13.12672 1998 5.45902

1999 0.79123 1999 6.35793

2000 4.89808 2000 6.07755

2001 7.63945 2001 8.10124

2002 4.57770 2002 9.06149

2003 2.30692 2003 9.56829

2004 3.61543 2004 9.85959

2005 4.94132 4.11002

2005 10.25899 8.46930

Sumber: (*) BPS (1990-2000) dan IFS (2001-2005), diolah (**) ILO (1990-2000) dan BPS (2001-2005), diolah


(28)

4

Ekonom Dorodjatun Kuntjoro-Jakti memperkirakan bahwa, jumlah angkatan kerja sebanyak 2.5 juta orang yang muncul setiap tahun tidak akan terserap bahkan dalam jumlah separuhnya dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 3 persen2). Pertumbuhan ekonomi minimal sebesar 7 persen untuk menyerap angkatan kerja baru tersebut, menurut Dorodjatun. Pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen diperkirakan dapat menyerap sekitar 357 ribu pekerja berdasarkan prediksi tersebut. Mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Choiril Maksum memperkirakan, setiap pertumbuhan PDB sebesar 1 persen dapat menambah jumlah pekerja sekitar 400,000 orang3). Pada tahun 2005, jumlah angkatan kerja baru hampir 2 juta orang4). Pertumbuhan ekonomi hampir sebesar 5 persen pada tahun 2005 seharusnya mampu menyerap angkatan kerja baru berdasarkan perhitungan perkiraan Dorodjatun dan Choiril. Jika asumsi Dorodjatun dan Choiril dianggap benar dan seluruh angkatan kerja baru pada tahun 2005 menjadi pekerja, ternyata jumlah pengangguran bertambah sekitar 600 ribu orang pada tahun 20055) dan tingkat pengangguran tetap meningkat dari tahun 2004.

Penurunan tingkat pengangguran diduga dapat terjadi karena peningkatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori hukum Okun. Penciptaan lapangan kerja sebagai akibat pertumbuhan ekonomi akan menyerap angkatan kerja, mengurangi jumlah penganggur, dan menurunkan tingkat pengangguran. Besaran koefisien Okun yang berbeda-beda dari setiap negara pada hasil penelitian Moosa, Lee,

2)

Pikiran Rakyat. Pertumbuhan Ekonomi Ditargetkan 5 Persen [Pikiran Rakyat Cyber Media]. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/13/0602.htm [13 Agustus 2003].

3)

Handayani, T., dan Mangku. Kondisi Ekonomi: Kesengsaraan Rakyat Parah [Suara Karya Online]. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=135808 [16 Februari 2006].

4)

Pertambahan angkatan kerja dari tahun sebelumnya. Sumber data: Lampiran 1, diolah.

5)


(29)

5

Schnabel diduga berlaku pula untuk Indonesia, yaitu memiliki besaran koefisien Okun yang berbeda. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hukum Okun berlaku untuk Indonesia dan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia? 2. Apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang diterapkan, maka tujuan penelitian ini:

1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh krisis ekonomi pada tahun 1997 terhadap tingkat pengangguran.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini bagi penulis yaitu menambah pengetahuan penulis mengenai hukum Okun lebih dalam, terutama penerapannya terhadap Indonesia, serta pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kajian ilmiah mengenai hukum Okun. Kemudian, interpretasi dari hasil penelitian diharapkan memberikan pandangan tambahan mengenai kebijakan makroekonomi Indonesia, terutama dalam menganalisis hubungan output dan pengangguran.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Output

Output atau pendapatan nasional merupakan ukuran paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu negara (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner, 1996). Salah satu ukuran yang lazim digunakan untuk output adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2000). Output ini dinyatakan dalam satuan mata uang (rupiah) sebagai jumlah dari total keluaran barang dan jasa dikalikan dengan harga per unitnya. Jumlah total tersebut disebut sebagai output nominal, yang dapat berubah karena perubahan baik jumlah fisik maupun perubahan harga terhadap periode dasarnya. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut karena perubahan fisik, maka nilai output diukur tidak pada harga sekarang tetapi pada harga yang berlaku pada periode dasar yang dipilih. Jumlah total ini disebut sebagai output riil. Perubahan persentase dari output riil disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.

2.2. Pengangguran

Penduduk dalam usia kerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja terbagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996). Angkatan kerja ialah tenaga kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan,


(31)

7

dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen). Angkatan kerja dibedakan ke dalam dua subkelompok, yaitu pekerja dan pengangguran. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Pengangguran ialah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan, yaitu orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran diukur sebagai suatu persentase dari angkatan kerja total yang tidak mempunyai pekerjaan terhadap seluruh angkatan kerja.

2.3. Hukum Okun

Arthur Okun, salah seorang anggota dewan penasehat ekonomi Amerika Serikat pada masa kepemimpinan Presiden Kennedy, menduga dan berusaha meyakinkan para pembuat kebijakan mengenai biaya sangat tinggi dari output terhadap pengangguran. Okun (1962) menyampaikan argumen tersebut dengan menggunakan "three methods of relating output to the employment rate” (Barreto dan Howland, 1993).

Okun (1962) dalam Gylfason (1997), pertama menggunakan model sederhana dengan meregresikan first difference dari tingkat pengangguran U


(32)

8

terhadap persentase perubahan output Y, dengan menggunakan data kuartalan untuk kurun waktu 1947-1960, dan memperoleh hasil:

u = 0.3 – 0.3∆Y/Y ………(2.1)

Okun menyimpulkan bahwa tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran akan meningkat 0.3 persen dari satu kuartal ke kuartal berikutnya. Pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen per kuartal atau 4 persen per tahun diperlukan untuk menjaga tingkat pengangguran tetap.

Model kedua, yaitu meregresikan tingkat pengangguran terhadap output gap, dengan menggunakan data kuartalan untuk kurun waktu 1953-1960, dan memperoleh hasil:

U = 3.72 + 0.36gap ………(2.2)

Hasil tersebut memberikan implikasi peningkatan 1 persen dari tingkat pengangguran diasosiasikan dengan kehilangan output 2.8 persen dari tingkat potensialnya. Tingkat pengangguran sebesar 3.72 persen, ketika gap bernilai nol, tidak terlalu berbeda dari 4 persen idealnya.

Ketiga, Okun menggunakan model (2.3) untuk mengestimasi elastisitas output terhadap tingkat pekerja, yaitu:

(100-U)/96 = (Y/Y*)h ………(2.3) Hasil yang diperoleh, interval elastisitas h bernilai 0.4 mengimplikasikan bahwa setiap penurunan tingkat pengangguran 1 persen menyebabkan peningkatan output tidak lebih dari 3 persen, mendekati tingkat potensialnya.

Tidak ada interval keyakinan atau statistik uji diagnosis yang dilaporkan dari penelitian Okun. Kemudian Okun menyatakan rataan 0.032 secara subyektif


(33)

9

sebagai koefisien dalam pengaruh tingkat pengangguran terhadap output dan menghasilkan persamaan (2.4).

(Y*-Y)/Y = 0.032(U-4) ………(2.4)

Nilai 0.032, atau dapat diinterpretasikan sekitar 3 persen sebagai peningkatan output dari penurunan tingkat pengangguran 1 persen, disebut sebagai koefisien Okun dan hasil penelitian ini dikenal sebagai hukum Okun. Tidak ada definisi khusus dari koefisien Okun, namun secara umum koefisien Okun merupakan nilai slope yang diperoleh dalam menganalisis hubungan output dan pengangguran, yaitu menunjukkan besaran perubahan komponen output dari perubahan komponen pengangguran sebesar satu satuan, ataupun sebaliknya.

2.4. Penelitian Terdahulu

Barreto dan Howland (1993) melakukan pengkoreksian terhadap kesalahan mendasar yang terdapat dalam literatur Okun. Koefisien Okun yang diberikan oleh Okun mempunyai asumsi yang salah dimana estimasi koefisien yang tidak bias dari regresi kebalikan dapat diperoleh dengan menginvers koefisien dari regresi langsungnya. Metode 1 pada Tabel 2.1., menunjukkan bahwa Okun meregresikan tingkat pengangguran terhadap persentase perubahan output dengan menggunakan metode first difference dan memperoleh koefisien 0.3. Ia kemudian menggunakan invers dari koefisien tersebut yaitu 3.3 sebagai persentase perubahan output dari penurunan tingkat pengangguran sebesar 1 persen, dan begitu pula pada metode lain yang ia terapkan. Barreto dan Howland menyarankan menggunakan model disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.


(34)

10

Jika ingin menjadikan tingkat pengangguran (U) sebagai target kebijakan, maka tingkat pengangguran diregresikan terhadap output (GNP), yaitu persamaan (2.5). Sebaliknya, jika ingin mengetahui perubahan output dari perubahan tingkat pengangguran, maka output yang diregresikan terhadap tingkat pengangguran, yaitu persamaan (2.6).

f(U) = α + βf(GNP) ...(2.5) f(GNP) = + θf(U) ...(2.6) Tabel 2.1. Metode Okun

Metode Estimasi Persamaan Estimasi Koefisien Okun Metode 1: First Difference Û = 0.3 – 0.30%∆Q 1/0.30 = 3.3 Metode 2: Trial Gaps Û = 3.67 + 0.35%gap 1/0.35 = 2.8 Metode 3: Fitted Trend and

Elasticity

lnÊ = 212 +0.40lnQ - 0.32 t 1/0.40 = 2.5

Sumber: Barreto dan Howland (1993)

Ho (2002) meneliti estimasi dari koefisien Okun untuk Macao dengan metode OLS dan model yang digunakan oleh Okun, yaitu:

yyf = β(uun ) ……….………...…(2.7) yang kemudian ditransformasi menjadi:

yt = 0 + 1(ut – un) ...(2.8)

dimana:

y = yt merupakan GDP riil, yf = GDP potensial,

u = tingkat pengangguran aktual, un = NAIRU,

0 = intersep sebagai estimasi yf, 1 = β < 0 yaitu koefisien Okun.


(35)

11

Ho melakukan estimasi koefisien Okun dengan menggunakan tiga jenis data NAIRU berbeda yang diperoleh melalui tiga pendekatan dalam mengestimasi nilai NAIRU, yaitu pendekatan secara statistik, pendekatan menurut rataan historis, dan pendekatan menurut satu periode lag dari tingkat pengangguran. Ketiga koefisien Okun yang diperoleh (-1.31, -1.31, -1.70) tidak signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen.

Schnabel (2002) mengestimasi trend tingkat pertumbuhan ekonomi pada sampel negara-negara industri (Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Jerman, Australia, Spanyol, Swedia, Kanada, Inggris Raya, dan Italia) dengan menggunakan metode first difference dari hukum Okun. Prosedur estimasi yang dilakukan untuk mendapatkan koefisien Okun yaitu menggunakan model:

ΔU = α + β1yt + β2yt-1 ...………...(2.9)

dimana:

ΔU = perubahan tingkat pengangguran, yt = log output,

yt-1 = lag satu periode dari log output,

α, βi = parameter.

Hasil yang didapat memberikan koefisien Okun yang tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian oleh pihak lain, yaitu Moosa (1997) dan Lee (2000) dalam Schnabel (2002), sekalipun menggunakan model yang berbeda. Untuk hampir semua negara observasi, persamaan tanpa menggunakan intercept atau slope shift menghasilkan statistik Durbin-Watson (DW) yang sangat rendah.


(36)

12

Cahill (2006) melakukan transformasi model dari hukum Okun, seperti pada persamaan (2.10), menjadi model tingkat pertumbuhan (growth rate), seperti pada persamaan (2.11), dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data.

ω(U* - U) = (YY*)/Y* ...(2.10) dY/Y = - dU + dY*/Y* ...(2.11) dimana:

U = tingkat pengangguran aktual, U* = NAIRU,

Y = output aktual, Y* = output potensial,

Dalam pengolahan data, model yang dipakai yaitu:

y = mx + b ………..(2.12)

dimana: y = dY/Y, m = - , x = dU, b = dY*/Y*.

Model tersebut tidak lagi membutuhkan estimasi NAIRU dan output potensial dalam pengolahan data. Hasil yang diperoleh memberikan nilai sebesar 2.2. Interpretasinya yaitu perubahan tingkat pengangguran naik sebesar 1 persen menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.2 persen.


(37)

13

2.5. Kerangka Pemikiran

Penerapan hukum Okun untuk menganalisis hubungan output dan pengangguran, yaitu pengaruh output nasional terhadap tingkat pengangguran, telah dilakukan banyak peneliti untuk berbagai negara. Persentase peningkatan pada output atau pertumbuhan ekonomi seharusnya mampu mengurangi tingkat pengangguran. Analisis yang dilakukan untuk Indonesia berdasar pada hukum Okun dan permasalahan penelitian, yaitu bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dengan asumsi-asumsi tertentu. Tingkat pengangguran diperlakukan sebagai variabel dependen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen. Merujuk dari Barreto dan Howland (1993), maka interpretasi koefisien Okun dalam penelitian ini yaitu besaran perubahan tingkat pengangguran sebagai akibat perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar satu satuan. Analisis lain, pengaruh krisis ekonomi pada tahun 1997 terhadap tingkat pengangguran juga dilakukan. Gambar 2.1. merupakan bagan kerangka pemikiran sebagai gambaran langkah penelitian.


(38)

14

Hukum Okun: Hubungan output dan pengangguran

Analisis Kuantitatif: Ordinary Least

Square (OLS) Analisis Indonesia

Interpretasi: • Hubungan output dan

pengangguran

• Pengaruh krisis ekonomi Pengaruh

krisis ekonomi

Komponen pengangguran

(variabel dependen)

Komponen output (variabel independen)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis

Dalam analisis diterapkan dua hipotesis. Hipotesis pertama yaitu, bahwa tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif. Seperti telah dinyatakan oleh Okun, bahwa adanya biaya tinggi dari output terhadap tingkat pengangguran. Hipotesis lain yang diterapkan yaitu, krisis ekonomi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran. Dugaan ini berdasarkan trend tingkat pengangguran yang meningkat dan tidak ada perubahan drastis atau fluktuasi pada masa krisis ekonomi.


(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), International Labor Organization (ILO), dan International Financial Statistic (IFS). PDB riil diperoleh dari BPS untuk periode 1985-2000 dan dari IFS untuk periode 2001-2005. Tingkat pengangguran, berupa persentase jumlah pengangguran dari total angkatan kerja, merupakan perhitungan yang diperoleh dari data angkatan kerja dan jumlah pengangguran. Kedua data tersebut merupakan data tahunan dari International Labor Organization (ILO) untuk periode 1985-2000 dan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk periode 2001-2005. Data yang digunakan dalam analisis kuantitatif merupakan data time series tahunan dari tahun 1985 hingga tahun 2005.

3.2. Metode Analisis

Tahap pengolahan data dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak atau software untuk membantu proses penelitian. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel 2003 dan Eviews 4.1 dengan berdasar pada beberapa pertimbangan. Alasan penggunaan Eviews 4.1, pertama, cukup mudah dioperasikan, tanpa harus menggunakan bahasa perintah, dan cukup dikuasai oleh peneliti. Kedua, Eviews 4.1 memiliki seluruh operasi pengolahan data yang akan digunakan oleh peneliti. Ketiga, selain memberikan kemudahan dalam input ataupun output data, Eviews 4.1 juga cukup dikenal secara umum sebagai salah satu software analisis ekonometrika. Alasan Microsoft Excel 2003 digunakan,


(40)

16

yaitu untuk kalkulasi sederhana data dan sebagai awal input data sebelum diolah dalam Eviews 4.1.

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)

Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi parameter dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel dependen terhadap variabel independen. Penelitian ini menggunakan OLS untuk memperoleh estimasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan analisis regresi yang kuat dan populer, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 1997). Model yang digunakan adalah:

t t t t

t PE A P e

U =

λ

1 +

λ

2 +

λ

3 1+ ...………..(3.1) dimana:

Ut = tingkat pengangguran tahun t (dalam persen),

PEt = pertumbuhan ekonomi atau persentase perubahan output tahun t (dalam

persen),

At = jumlah angkatan kerja tahun t (dalam juta orang),

Pt-1 = jumlah pengangguran tahun t-1 (dalam juta orang),

λ1,2,3= slope atau kemiringan, et = residual.

Jumlah pengangguran tahun tertentu merupakan jumlah dari pengangguran tahun sebelumnya dan angkatan kerja baru yang menjadi pengangguran. Kedua variabel tersebut diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga digunakan dalam model sebagai variabel independen. Karena Pt-1


(41)

17

merupakan lag dari Pt maka jumlah observasi dalam OLS berkurang satu, dari 21

untuk periode 1985-2005 menjadi 20 untuk periode 1986-2005.

Seberapa baik garis regresi mencocokkan data (Goodness of fit) dapat diukur melalui koefisien determinasi R2. Jika seluruh data berada pada garis regresi, maka terjadi kecocokan sempurna dan R2 bernilai satu. Semakin besar nilai R2, maka semakin baik variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

3.2.2. Uji Asumsi OLS

Tujuan dari analisis regresi bukan hanya mendapatkan parameter atau penaksir, tetapi juga membuktikan apakah penaksir tersebut sesuai dengan nilai sebenarnya. Dengan asumsi-asumsi dapat dilihat bahwa penaksir OLS adalah penaksir tak bias linear terbaik. Manurung, Manurung, dan Saragih (2005) menyebutkan asumsi-asumsi yang digunakan yaitu:

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi et, tergantung

kepada nilai-nilai tertentu variabel yang menjelaskan Xt adalah nol.

Asumsi ini menyatakan bahwa tiap nilai variabel dependen Yt yang

berhubungan dengan suatu Xt tertentu didistribusikan di sekitar nilai

rata-rata, sehingga nilai et yang berhubungan dengan setiap Xt, memiliki

rata-rata nol. Asumsi ini merupakan salah satu sifat dari fungsi regresi dan dapat diabaikan karena penyimpangan yang terjadi hanya berdampak pada koefisien intersep yang bias.

2. Varians bersyarat dari et adalah konstan atau homoskedastik. Asumsi


(42)

18

(scedasticity) bernilai sama atau equal (homo). Heteroskedastisitas, yaitu varians Yt yang tidak sama, memberikan konsekuensi varians tidak

minimum dan penggunaan selang keyakinan atau tingkat signifikansi yang semakin besar, yang sebenarnya tidak perlu, sehingga penaksir OLS kurang efisien. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan White’s General Heteroskedasticity Test (no cross term). Pengujian dilaksanakan dengan melihat nilai Probability ( Obs*R-squared) yang dihasilkan. Tolak H0 maka regresi model tersebut

mengalami gejala heteroskedastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika terima H0 maka regresi model tidak tersebut mengalami gejala

heteroskedastisitas. Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : θi = 0

Hipotesis alternatif H1 : θi≠ 0

Kaidah menolak hipotesis nol:

Probability (Obs*R-squared) < taraf nyata (α)

3. Tidak ada autokorelasi dalam gangguan. Masalah autokorelasi yang timbul juga tidak menunjukkan varians minimum walaupun BLUE sehingga tidak efisien, selang keyakinan menjadi lebar secara tak perlu, dan pengujian arti (signifikan) kurang kuat. Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat probability (Obs*R-squared) pada Breusch-Godfrey (BG) Test. Apabila nilai probability (Obs*R-squared) lebih besar dari taraf nyata tertentu, maka regresi model tidak mengalami autokorelasi. Bila


(43)

19

nilai probability (Obs*R-squared) lebih kecil dari taraf nyata tertentu, maka regresi model mengalami autokorelasi.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : ρi = 0

Hipotesis alternatif H1 : ρi≠ 0

Kaidah menolak hipotesis nol:

Probability (Obs*R-squared)< taraf nyata (α)

4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik (yaitu, tetap dalam penyampelan berulang) atau, jika stokastik, didistribusikan secara independen dari gangguan et. Analisis regresi merupakan penaksiran nilai

rata-rata satu variabel dependen atas dasar nilai yang tetap variabel-variabel independen. Maka variabel-variabel-variabel-variabel yang menjelaskan ini diasumsikan mempunyai nilai yang tetap atau nonstokastik. Sekalipun variabel eksplanatoris mungkin sebenarnya stokastik, namun dapat diasumsikan bahwa variabel yang menjelaskan tersebut adalah tertentu dan hasil analisis regresi adalah tergantung pada nilai tertentu ini. Jika variabel eksplanatory ini bersifat random, maka setidaknya didistribusikan secara independen dari faktor gangguan et. Asumsi ini dapat dianggap

terpenuhi karena salah satu sifat fungsi regresi menujukkan bahwa residual tidak berkorelasi dengan variabel eksplanatoris.

5. Tidak ada multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan. Asumsi ini mensyaratkan tidak ada hubungan linear di antara variabel yang menjelaskan. Pelanggaran asumsi ini, adanya multikolinearitas sempurna,


(44)

20

koefisien regresi dari variabel eksplanatoris tidak dapat ditentukan dan variansnya tak berhingga. Jika multikolinearitas kurang dari sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan tetapi variansnya sangat besar sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Pendeteksian multikolinearitas, dilakukan mengikuti kaidah umum, yaitu:

• Koefisien determinasi rendah dan probabilitas dari nilai statistik t tinggi.

• Koefisien korelasi antara variabel eksplanatoris tinggi, yaitu

│0.8│atau lebih.

6. et didistribusikan secara normal. Untuk ukuran sampel meningkat sampai

tak terbatas, penaksir OLS didistribusikan secara normal, sehingga penggunakan asumsi kenormalan tidak harus digunakan. Namun untuk ukuran sampel kecil, asumsi kenormalan menjadi penting untuk maksud pengujian hipotesis dan peramalan. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Jarque-Berra (JB) test. Jika probabilitas yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata (α), maka asumsi residual terdistribusi dengan normal diterima. Jika probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata (α), maka asumsi residual terdistribusi dengan normal ditolak.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : residual terdistribusi normal

Hipotesis alternatif H1 : residual tidak terdistribusi normal

Kaidah menolak hipotesis nol:


(45)

21

7. Model regresi linear dalam parameter. Parameter yang digunakan yaitu dalam bentuk pangkat satu.

8. Jumlah observasi N harus lebih besar dari jumlah parameter yang akan ditaksir atau jumlah observasi N harus lebih besar dari jumlah variabel eksplanatoris.

9. Variabilitas dalam variabel eksplanatoris. Nilai variabel eksplanatoris untuk sejumlah observasi N tidak sama.

10. Model regresi dispesifikasikan dengan benar. Penetuan model dalam OLS lebih mengacu kepada landasan teori yang digunakan. Uji bias spesifikasi model dapat dilakukan dengan Ramsey Regression Specification Error (RAMSEY RESET) test. Jika probabilitas dari nilai statistik F signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu model mengalami kesalahan spesifikasi. Sebaliknya, model regresi dispesifikasikan dengan benar jika probabilitas dari nilai statistik F tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α. Asumsi pertama dan keempat dianggap telah terpenuhi. Asumsi ketujuh, kedelapan, dan kesembilan terpenuhi tanpa perlu menggunakan uji secara statistik. Parameter yang diestimasi (λ1,2,3) berpangkat satu, jumlah observasi yang

digunakan (N=20) lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi (λi=3), dan

variabel independen (PEt, At, Pt-1) memiliki variabilitas dalam data. Uji asumsi

OLS secara statistik diterapkan terhadap lima asumsi lainnya, yaitu homoskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, normalitas, dan non-bias spesifikasi model.


(46)

22

3.2.3. Uji Hipotesis

Teori uji hipotesis mengembangkan prosedur untuk memutuskan apakah menolak atau menerima hipotesis nol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan uji signifikansi, yaitu uji hipotesis koefisien regresi parsial (Manurung, et. al., 2005).

Pengujian signifikansi koefisien regresi parsial dengan uji statistik t adalah pengujian signifikansi parameter secara terpisah (parsial). Uji hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan negatif, yaitu dengan melihat parameter λ1. Parameter tersebut diduga bernilai negatif. Hipotesis nol yang diperlakukan yaitu bahwa kedua variabel tidak berhubungan negatif. Prosedur pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan tipe hipotesis ekor kiri atau left-tail.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : βsβ

Hipotesis alternatif H1 : βs < β

Kaidah menolak hipotesis nol :

Probability (t-stat) < taraf nyata (α)

Jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya diduga bernilai positif. Prosedur pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan tipe hipotesis ekor kanan atau right-tail.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : βsβ


(47)

23

Kaidah menolak hipotesis nol :

Probability (t-stat) < taraf nyata (α) 3.2.4. Uji Stabilitas Parameter

Metode yang digunakan untuk menguji stabilitas parameter regresi adalah chow breakpoint test (Gujarati, 1997). Dasar dari uji ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil regresi atau perubahan struktural dari dua periode waktu, yaitu periode 1985-1996 dan periode 1997-2005. Langkah yang dilakukan yaitu dengan menghitung statistik F dengan formula:

) 2 /( / ) ( 2

1 N k

N RSS k RSS RSS F P P T − + −

= ...(3.12) dimana:

RSST = residual sum squares dari hasil regresi untuk periode 1986-2005,

RSSP = residual sum squares dari hasil regresi untuk periode 1986-1996

ditambah residual sum squares dari hasil regresi untuk periode 1997-2005,

k = jumlah parameter, yaitu tiga,

N1 = jumlah observasi untuk periode 1986-1996, yaitu sebelas, N2 = jumlah observasi untuk periode 1997-2005, yaitu sembilan.

Asumsi yang digunakan yaitu tidak ada perubahan struktural akibat krisis ekonomi pada tahun 1997. Apabila nilai probabilitas dari statistik F lebih besar dari tingkat signifikansi α, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa parameter stabil diterima. Kelemahan dari metode ini adalah tidak diketahuinya letak perbedaan dari hasil regresi pada kedua periode, apakah pada intersep atau pada koefisien parameter, bila hipotesis nol ditolak.


(48)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Selama periode 1986-1996 pertumbuhan ekonomi selalu di atas 5 persen, namun pada periode 1997-2005 hanya pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi mampu mencapai lebih dari 5 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1989 yaitu sebesar 9.08463 persen dan terendah pada tahun 1998 yaitu sebesar -13.12672 persen.

P e

T a h u n r s e n

2 00 5 200 4 2 00 3 2 00 2 2 00 1 2 00 0 1 99 9 1 99 8 199 7 1 99 6 1 99 5 1 99 4 1 993 1 99 2 1 99 1 1 99 0 1 98 9 1 98 8 1 98 7 1 986 1 0

5

0

- 5

- 1 0

- 1 5

V a r ia b le A c t u a l F it s A k t u a l T r e n d Sumber: BPS (1985-2000) dan IFS (2001-2005), diolah

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kinerja ekonomi Indonesia sejak pertengahan 1980an hingga tahun 1996 menunjukkan performa yang baik. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebagai salah satu indikator makroekonomi relatif tinggi. Tambunan (2004) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama periode tersebut terutama disebabkan karena meningkatnya investasi, stabilitas tingkat harga, dan meningkatnya ekspor. Selama periode tersebut pemerintah Indonesia


(49)

25

melakukan reformasi kebijakan, khususnya dalam bidang finansial, investasi, dan area perdagangan.

Indonesia mengalami guncangan ekonomi pada pertengahan tahun 1997, yang diawali dengan krisis nilai tukar. Mata uang rupiah mengalami depresiasi yang tinggi terhadap dolar Amerika. Hal tersebut terutama disebabkan karena terjadinya capital outflows atau arus modal ke luar negeri dalam jumlah yang besar, khususnya investasi asing jangka-pendek. Krisis ekonomi kemudian terjadi seiring dengan runtuhnya sektor perbankan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang menurun. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar -13.12672, yang merupakan terendah selama periode 1985-2005.

Pertumbuhan ekonomi setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998 kembali positif dan menunjukkan pemulihan ekonomi yang terjadi. Proses pemulihan ekonomi Indonesia termasuk lambat bila dibandingkan dengan negara lain yang mengalami krisis6). Pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang dicapai pun relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pencapaian pada periode sebelum krisis ekonomi terjadi.

4.2. Angkatan Kerja Indonesia

Jumlah angkatan kerja (labor force) di Indonesia setiap tahun bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dumairy (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja yang cepat akan membawa beban bagi perekonomian, yakni penciptaan lapangan kerja. Jika lowongan kerja baru tidak

6 )

Adrianus Mooy. Mencari Terobosan Untuk Pertumbuhan dan Kesempatan Kerja [Kompas Online]. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0512/16/opini/2292332.htm [16 Desember 2005].


(50)

26

mampu menampung semua angkatan kerja baru, maka sebagian angkatan kerja baru itu akan menambah jumlah pengangguran yang sudah ada. Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja baru terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sekitar 586 ribu jiwa. Setelah tahun 2000, jumlah angkatan kerja baru selalu lebih dari 1 juta jiwa setiap tahunnya. Jumlah angkatan kerja baru tersebut dihitung sebagai pertambahan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun. Pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia, terkecuali untuk tahun 1986 dan 1994, selalu di bawah 5 persen dan rataan sekitar 2.58 persen untuk periode 1986-2005. Tabel 4.1. Angkatan Kerja, Pertumbuhannya, dan Angkatan Kerja Baru di

Indonesia

Tahun Jumlah Angkatan Kerja (ribu jiwa)

Pertumbuhan Angkatan Kerja (persen)

Angkatan Kerja Baru (ribu jiwa)

1985 63,825.62 -

-1986 70,192.93 9.97 6,367.31

1987 72,245.31 2.92 2,052.39

1988 74,623.90 3.29 2,378.59

1989 75,508.09 1.18 884.19

1990 77,802.20 3.04 2,294.11

1991 78,455.60 0.84 653.40

1992 80,302.90 2.35 1,847.30

1993 81,446.54 1.42 1,143.64

1994 85,774.52 5.31 4,327.99

1995 86,361.20 0.68 586.68

1996 89,988.45 4.21 3,627.25

1997 91,247.31 1.39 1,258.86

1998 92,736.08 1.63 1,488.78


(51)

27

Tabel 4.1. Lanjutan

Tahun Jumlah Angkatan Kerja (ribu jiwa)

Pertumbuhan Angkatan Kerja (persen)

Angkatan Kerja Baru (ribu jiwa)

2000 95,650.96 0.85 803.78

2001 98,812.45 3.31 3,161.49

2002 100,779.27 1.99 1,966.82

2003 102,630.80 1.84 1,851.53

2004 103,973.39 1.31 1,342.59

2005 105,802.37 1.76 1,828.99

Rata-rata - 2.58

-Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005), diolah

Angkatan kerja terbagi atas pekerja (work force) dan pengangguran (unemployment). Sejak tahun 1985 hingga tahun 2005, walaupun jumlah pekerja dan pengangguran sama-sama bertambah, namun rasio pekerja atas angkatan kerja semakin berkurang dan rasio pengangguran atas angkatan kerja semakin bertambah, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3..

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 Ribu Jiwa

1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 Tahun Pekerja Pengangguran

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005)


(52)

28

0.8 0.9 1

1985 1990 1995 2000 2005

Tahun Rasio

Rasio Pekerja

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005), diolah

Rasio Pengangguran

Gambar 4.3. Rasio Pekerja dan Pengangguran atas Angkatan Kerja di Indonesia

4.2.1. Pekerja

Status pekerjaan dilihat dari tiga kategori pekerja: buruh atau karyawan, berusaha sendiri, dan pekerja keluarga. Buruh atau karyawan disebut sebagai pekerja di sektor formal. Berusaha sendiri dan pekerja keluarga disebut sebagai pekerja di sektor informal. Berusaha sendiri dapat dibedakan ke dalam mereka yang dibantu pekerja lain (keluarga, pekerja tidak tetap, atau pekerja tetap) dan mereka yang tidak dibantu pekerja lain. Sedangkan pekerja keluarga merupakan mereka yang bekerja untuk keluarga dan tidak dibayar.

Status pekerjaan di Indonesia selama periode 1986-1999, yaitu sekitar 40 persen untuk proporsi pekerja berusaha sendiri tanpa dibantu pekerja lain, sekitar 30 persen untuk proporsi karyawan atau buruh, sekitar 25 persen untuk proporsi pekerja keluarga, dan sekitar 5 persen untuk proporsi pekerja berusaha sendiri dibantu pekerja lain (Irawan et. al., 2000). Jumlah pekerja berusaha sendiri tanpa dibantu pekerja lain yang tinggi memberikan dugaan bahwa penciptaan lapangan kerja di sektor formal terbatas. Pada Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa sektor


(53)

29

informal, yaitu pekerja berusaha sendiri tanpa dibantu pekerja lain dan pekerja keluarga (tanpa upah), masih memiliki jumlah pekerja yang tinggi hingga tahun 2005. Karyawan atau buruh, meskipun memiliki jumlah paling besar, memiliki persentase dari seluruh pekerja sekitar 28 persen dan tidak jauh berubah dibanding periode 1986-1999. 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

2001 2002 2003 2004 2005

tahun ribu jiwa

berusaha sendiri

berusaha sendiri dibantu Keluarga atau karyawan tidak tetap

berusaha sendiri dibantu karyawan tetap

Karyawan atau buruh

karyawan tidak tetap sektor agrikultur

karyawan tidak tetap sektor non agrikultur

pekerja tanpa upah

Sumber: BPS (2006)

Gambar 4.4. Struktur Pekerja Menurut Status Pekerjaan di Indonesia

Klasifikasi pekerjaan menurut sektor dapat dibagi ke dalam tiga grup besar, yaitu sektor agrikultur, industri, dan jasa. Industrialisasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan jumlah pekerja yang bekerja di sektor industri meningkat dari tahun ke tahun. Proporsi pekerja di sektor industri meningkat dari 8.2 persen pada tahun 1986 menjadi 17.8 persen pada tahun 1999 (Irawan et. al., 2000). Proporsi pekerja di sektor agrikultur menurun dari 55 persen pada tahun 1986 menjadi 43 persen pada tahun 1999. Proporsi pekerja di sektor jasa meningkat dari 36.8 persen pada tahun 1986 menjadi 39.2 persen pada tahun 1999. Sebuah kajian BPS dan UNDP (1999) dalam Irawan et. al. (2000) menunjukkan bahwa selama 12 bulan pertama


(54)

30

krisis ekonomi (1997-1998) sektor agrikultur menyerap jumlah pekerja yang besar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sektor agrikultur berperan penting sebagai penyangga tekanan pekerja, khususnya sebagai akibat dari kontraksi ekonomi yang menuju pada rasionalisasi pekerja di perkotaan dan sektor non-agrikultur, terutama manufaktur dan konstruksi.

4.2.2. Pengangguran

Definisi pengangg

T a h u n P e r s e n

2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 199 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986

1985 5

1 0 8 6 4 2 0

V a r ia b le A c t u a l F it s A k tu a l T r e n d

uran dari BPS sejak tahun 1998, yaitu angkatan kerja

periode

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005) olah

Gambar 4.5. Tingkat Pengangguran Indonesia

yang bekerja kurang dari 1 jam selama seminggu dan aktif mencari pekerjaan. Klasifikasi usia angkatan kerja menurut BPS adalah penduduk berusia 10 tahun ke atas, namun berubah menjadi penduduk berusia 15 tahun ke atas sejak tahun 1998. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend yang meningkat selama 1985-2005 (Gambar 4.5.). Pada periode 1985-1996, tingkat pengangguran berada di bawah 5 persen. Pada periode 1998-2005 tingkat pengangguran berada di atas 5 persen.


(55)

31

Gambar 4 menurut tingkat

pendidikan didominasi oleh pengangguran berpendidikan SMU ke bawah, yaitu lebih dari 90 persen jumlah pengangguran. Hal tersebut tidak menunjukkan bahwa angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah lebih sulit memperoleh pekerjaan dibanding dengan angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat diduga berpengaruh terhadap jumlah pekerja yang lebih besar apabila rasio pekerja dibanding pengangguran dari setiap klasifikasi tingkat pendidikan semakin besar, seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan yang dimiliki angkatan kerja. Persentase angkatan kerja yang menganggur dengan tingkat pendidikan universitas tidak lebih dari 4 persen dari total jumlah pengangguran. Namun data tersebut tidak menunjukkan bahwa lebih banyak yang menjadi pekerja dibanding menjadi pengangguran dari total angkatan kerja dengan tingkat pendidikan unversitas.

.6. Struktur Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan .6. menunjukkan bahwa struktur pengangguran

Sumber: BPS (2006) p

0% 20% 40% 60% 80% 100% ersen

Universitas 2.950 2.504 3.746 3.551 D I/II/III 2.742 2.065 2.306 2.974 SMU 35.524 35.194 35.918 36.037 SMP 23.505 24.709 26.154 24.698 SD 25.770 24.978 22.114 23.410 di bawah SD 9.508 10.550 9.761 9.330

tahun 2002 tahun 2003 tahun 2004 tahun 2005


(56)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Asumsi OLS

Interpretasi hasil estimasi dilakukan apabila asumsi-asumsi OLS yang ada telah terpenuhi, sehingga hasil estimasi merupakan BLUE. Uji asumsi OLS secara statistik yang diterapkan memberikan kesimpulan bahwa keseluruhan asumsi terpenuhi. Taraf nyata atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah α = 0.050 atau sebesar 5 persen.

Asumsi homoskedastisitas diuji dengan White’s General Heteroskedasticity test. Tabel 5.1. menunjukkan nilai probability ( Obs*R-squared) sebesar 0.075645. Pada tingkat signifikansi α = 0.050 H0 diterima.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu regresi model tidak mengalami gejala heteroskedastisitas.

Tabel 5.1. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 2.896704 Probability 0.050988

Obs*R-squared 11.44180 Probability 0.075645

Asumsi tidak adanya autokorelasi diuji dengan Breusch-Godfrey (BG) Test. Tabel 5.2. menunjukkan nilai probability (Obs*R-squared) sebesar 0.221917. Pada tingkat signifikansi α = 0.050 H0 diterima. Kesimpulan yang diperoleh yaitu

regresi model tidak mengalami autokorelasi. Tabel 5.2. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.332500 Probability 0.293313


(57)

33

Asumsi tidak adanya multikolinearitas diuji dengan mengikuti kaidah umum. R2 yang diperoleh bernilai 0.888014 dan nilai probabilitas statistik t sebagian variabel independen dalam model lebih rendah dari 0.050. Tabel 5.3. menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh dari PEt, At, dan Pt-1 bernilai lebih

kecil dari│0.8│. Kesimpulan yang diperoleh yaitu gejala multikolinearitas tidak timbul.

Tabel 5.3. Matriks Korelasi

PEt At Pt-1

PEt 0.002161 -0.000211 0.001623

At -0.000211 5.36E-05 -0.000653

Pt-1 0.001623 -0.000653 0.010349

Asumsi normalitas diuji dengan JB test. Hasil uji, dapat dilihat pada Gambar 5.1., menunjukkan probabilitas sebesar 0.058602 yang lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0.050. Kesimpulan yang diperoleh yaitu residual terdistribusi normal. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-2 -1 0 1 2 3

Series: Residuals Sample 1986 2005 Observations 20

Mean -0.017629

Median -0.121296

Maximum 2.581162

Minimum -2.002729

Std. Dev. 0.934099

Skewness 0.866407

Kurtosis 4.950924

Jarque-Bera 5.673956

Probability 0.058602


(58)

34

Uji asumsi spesifikasi model tidak bias diterapkan dengan menggunakan uji Ramsey RESET. Tabel 5.4. menunjukkan probabilitas dari statistik F bernilai 0.543405 tidak signifikan pada tingkat signifikansi α = 0.050. Kesimpulan yang diperoleh yaitu model tidak mengalami kesalahan spesifikasi.

Tabel 5.4. Uji Bias Spesifikasi Model Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.635385 Probability 0.543405

Log likelihood ratio 1.626402 Probability 0.443436

5.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan

Regresi OLS pada model (3.1) memberikan hasil estimasi persamaan sebagai berikut: 1 803208 . 0 020965 . 0 018496 .

0 + +

= t t t

t PE A P

U ...(5.1)

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa hasil regresi memiliki koefisien determinasi R2 sebesar 0.888014 menunjukkan bahwa hasil regresi mampu mencocokkan 88.80 persen data, sedangkan sisa 11.20 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.

Tabel 5.5. Hasil Regresi Persamaan Variabel dependen: Ut

Sampel: 1986-2005 (N=20)

Variabel independen Parameter (λi) Probabilitas

PEt -0.018496 0.6957

At 0.020965 0.0108

Pt-1 0.803208 0.0000

R-squared 0.888014 Mean dependent var 5.353573

R-squared(Adj) 0.874839 S.D. dependent var 2.791853 Durbin-Watson stat 2.153885 Sum squared resid 16.58449


(59)

35

Uji statistik t pada tingkat signifikansi α = 0.050 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Hipoteis pertama yang diteapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, ditolak. Variabel jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Pengaruh positif dari kedua variabel terhadap tingkat pengangguran sesuai dengan dugaan yang digunakan.

Koefisien Okun yang diperoleh bernilai -0.018496. Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran. Penciptaan lapangan kerja sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi menyerap angkatan kerja, mengurangi jumlah pengangguran, dan menurunkan tingkat pengangguran. Uji hipotesis menunjukkan bahwa parameter yang diperoleh tidak penting secara statistik. Kesimpulan yang diperoleh adalah pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Hal ini sesuai dengan gambaran tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai setiap tahun tidak mampu mengurangi tingkat pengangguran.

Jumlah angkatan kerja signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Peningkatan angkatan kerja sebesar 1 juta orang menyebabkan tingkat pengangguran meningkat sebesar 0.020965 persen, asumsi ceteris paribus. Gambaran angkatan kerja di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja yang terjadi selama periode 1985-2005 diikuti dengan rasio


(60)

36

pengangguran yang semakin besar dibanding rasio pekerja terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia lebih menjadi beban bagi perekonomian dalam menciptakan lapangan kerja dibanding menjadi potensi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan output nasional.

Jumlah pengangguran tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Jika jumlah pengangguran tahun lalu sebesar 1 juta orang, maka tingkat pengangguran tahun sekarang bertambah 0.803208 persen, asumsi ceteris paribus. Jika lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menyerap seluruh angkatan kerja, maka sebagian pengangguran tahun lalu akan kembali menjadi pengangguran tahun sekarang.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran diduga disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi. Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan lebih besar dari lapangan kerja yang tersedia setiap tahunnya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh, sedangkan jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Jika pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar dari jumlah angkatan kerja baru setiap tahun, maka diduga pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh dalam mengurangi tingkat pengangguran dan pertumbuhan angkatan kerja tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Tersedianya lapangan kerja tersebut akan menyebabkan rasio pekerja yang meningkat dan rasio pengangguran yang menurun dari angkatan kerja dan


(61)

37

pertumbuhan angkatan kerja lebih menjadi potensi dibanding beban bagi perekonomian.

5.3. Uji Stabilitas Parameter

Chow breakpoint test memberikan hasil nilai statistik F 0.389882 dengan probabilitas 0.762121 (Tabel 5.6.). Kesimpulan yang diperoleh yaitu menolak hipotesis yang menyatakan bahwa parameter tidak stabil untuk kedua periode 1986-1996 dan 1997-2005 pada tingkat signifikansi α = 0.050. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kedua periode parameter tidak berubah signifikan atau krisis ekonomi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran. Hipotesis kedua yang diterapkan, yaitu krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran, diterima. Penggunaan variabel dummy ke dalam model untuk mengetahui estimasi besaran pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran tidak dilakukan. Hasil regresi yang diperoleh tidak memenuhi asumsi OLS, yaitu normalitas, dan memiliki nilai Adjusted R2 yang lebih kecil dibanding nilai Adjusted R2 hasil estimasi model (3.1) yang digunakan.

Tabel 5.6. Uji Stabilitas Parameter Chow Breakpoint Test: 1997

F-statistic 0.389882 Probability 0.762121

Log likelihood ratio 1.604782 Probability 0.658306

Trend tingkat pengangguran yang meningkat pada kedua periode diduga menyebabkan tidak ada perubahan parameter dari periode 1985-1996 ke periode 1997-2005 yang signifikan secara statistik. Perbedaan tingkat pengangguran pada kedua periode terlihat, dimana pada periode 1985-1996 tingkat pengangguran


(62)

38

stabil di bawah 4 persen sedangkan pada periode 1997-2005 tingkat pengangguran berada di atas 5 persen dan terus meningkat hingga lebih dari 10 persen pada tahun 2005.

Sebuah hasil studi BPS dan UNDP (1999) dalam Irawan, et. al. (2000) menunjukkan bahwa selama periode 1997-1998 sektor agrikultur menyerap banyak tenaga kerja dan menyangga tekanan tenaga kerja sebagai akibat kontraksi ekonomi yang menuju kepada rasionalisasi tenaga kerja di sektor non-agrikultur. Hal tersebut memberikan dugaan bahwa pada tahun 1997 dan 1998 tingkat pengangguran tidak meningkat tajam karena adanya peranan sektor agrikultur yang bertumbuh pada saat krisis ekonomi dan menyerap angkatan kerja.

Peningkatan jumlah pekerja di sektor informal mengindikasikan terbatasnya penyediaan lapangan kerja di sektor formal (Irawan, et. al., 2000). Penyedia lapangan kerja di sektor formal, yaitu sektor industri dan jasa, mengalami kesulitan usaha sebagai akibat krisis ekonomi. Lapangan kerja yang tersedia terbatas dan peran sektor formal dalam menyerap pekerja tidak meningkat. Peningkatan jumlah pekerja di sektor informal sejak tahun 1998 menunjukkan bahwa sektor informal berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja sejak krisis ekonomi. Hal ini diduga menyebabkan tingkat pengangguran tidak meningkat dengan laju yang lebih cepat.


(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Hukum Okun, hubungan negatif output dan pengangguran, berlaku pula di Indonesia, dimana koefisien Okun yang diperoleh bernilai negatif. Hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran ditolak. Pertumbuhan ekonomi tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran dipengaruhi oleh pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada dari tahun sebelumnya.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran diterima. Trend tingkat pengangguran yang meningkat sejak tahun 1985 diduga menyebabkan tidak adanya pengaruh krisis ekonomi secara statistik. Keberadaan sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu mengurangi laju peningkatan tingkat pengangguran.

6.2. Saran

1. Pemerintah Indonesia disarankan tidak melihat target tingkat pengangguran melalui indikator pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.


(64)

40

2. Pemerintah perlu memperlambat laju pertumbuhan penduduk, yang dapat memperlambat laju pertumbuhan angkatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap naiknya tingkat pengangguran. Permintaan pekerja melalui lapangan kerja yang tersedia diduga tidak tidak mampu mencukupi jumlah penawaran pekerja, yaitu angkatan kerja yang tersedia. Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (KB).

3. Penelitian mengenai indikator-indikator lain yang diduga mampu mengurangi tingkat pengangguran perlu dilakukan. Hasil penelitian tersebut diharapkan bermanfaat bagi pemerintah Indonesia dalam menentukan alat kebijakan yang mampu mengurangi tingkat pengangguran. Indikator lain yang diduga berpengaruh dan dapat mengurangi tingkat pengangguran adalah inflasi, fleksibilitas pasar angkatan kerja, dan peraturan pemerintah di bidang ketenagakerjaan.


(1)

44

Lampiran 1. Data PDB riil dan Angkatan Kerja Indonesia Tahun PDB riil

(miliar rupiah)*

Angkatan Kerja (juta orang)**

Pekerja (juta orang)**

Pengangguran (juta orang)** 1985 583,692.00211 63,825.61500 62,457.13800 1,368.47700 1986 625,651.22759 70,192.92500 68,338.20000 1,854.72500 1987 666,769.59328 72,245.31300 70,402.44300 1,842.87000 1988 713,303.61147 74,623.90000 72,518.10000 2,105.80000 1989 778,104.58362 75,508.09400 73,424.89400 2,083.20000 1990 848,147.23727 77,802.20000 75,850.60000 1,951.60000 1991 923,866.49990 78,455.60000 76,423.20000 2,032.40000 1992 990,574.70957 80,302.90000 78,104.10000 2,198.80000 1993 1,062,434.39356 81,446.53600 79,201.00000 2,245.53600 1994 1,142,541.59116 85,774.52400 82,037.00000 3,737.52400 1995 1,238,473.70550 86,361.20200 80,110.00000 6,251.20200 1996 1,333,126.81089 89,988.44700 85,701.81300 4,286.63400 1997 1,395,782.14083 91,247.30600 87,050.00000 4,197.30600 1998 1,212,561.69302 92,736.08300 87,673.60000 5,062.48300 1999 1,222,155.87096 94,847.17800 88,816.85900 6,030.31900 2000 1,282,018.00000 95,650.96100 89,837.73000 5,813.23100 2001 1,379,957.06783 98,812.44800 90,807.41700 8,005.03100 2002 1,443,127.30978 100,779.27000 91,647.16600 9,132.10400 2003 1,476,419.06833 102,630.80200 92,810.79100 9,820.01100 2004 1,529,797.90162 103,973.38700 93,722.03600 10,251.35100 2005 1,605,390.09845 105,802.37200 94,948.11800 10,854.25400

Sumber: (*) BPS (1985-2000) dan IFS (2001-2005), diolah (**) ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005)


(2)

45

Lampiran 2. Data Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia

dalam persen

Pertumbuhan Ekonomi

(PE)

Tingkat Pengangguran (U)

1985 3.90498 2.14409

1986 7.18859 2.64232

1987 6.57209 2.55085

1988 6.97903 2.82188

1989 9.08463 2.75891

1990 9.00170 2.50841

1991 8.92761 2.59051

1992 7.22055 2.73813

1993 7.25434 2.75707

1994 7.53997 4.35738

1995 8.39638 7.23844

1996 7.64272 4.76354

1997 4.69988 4.59992

1998 -13.12672 5.45902

1999 0.79123 6.35793

2000 4.89808 6.07755

2001 7.63945 8.10124

2002 4.57770 9.06149

2003 2.30692 9.56829

2004 3.61543 9.85959

2005 4.94132 10.25899

Keterangan: 1 1 100 − − − = t t t t PDBriil PDBriil PDBriil x PE t t t KERJA ANGKATAN AN PENGANGGUR x


(3)

46

Lampiran 3. Hasil Regresi Model Dependent Variable: U

Method: Least Squares Date: 04/08/06 Time: 10:42 Sample(adjusted): 1986 2005

Included observations: 20 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PE -0.018496 0.046484 -0.397899 0.6957

A 0.020965 0.007322 2.863204 0.0108 P(-1) 0.803208 0.101732 7.895320 0.0000 R-squared 0.888014 Mean dependent var 5.353573 Adjusted R-squared 0.874839 S.D. dependent var 2.791853 S.E. of regression 0.987704 Akaike info criterion 2.950613 Sum squared resid 16.58449 Schwarz criterion 3.099973 Log likelihood -26.50613 Durbin-Watson stat 2.153885

Lampiran 4. Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-2 -1 0 1 2 3

Series: Residuals Sample 1986 2005 Observations 20

Mean -0.017629 Median -0.121296 Maximum 2.581162 Minimum -2.002729 Std. Dev. 0.934099 Skewness 0.866407 Kurtosis 4.950924 Jarque-Bera 5.673956 Probability 0.058602


(4)

47

Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 2.896704 Probability 0.050988 Obs*R-squared 11.44180 Probability 0.075645 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 04/08/06 Time: 10:42 Sample: 1986 2005

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -39.66279 40.44222 -0.980727 0.3446

PE 0.216542 0.089775 2.412051 0.0314 PE^2 0.021527 0.011654 1.847183 0.0876

A 0.877172 0.995001 0.881579 0.3940 A^2 -0.005709 0.005995 -0.952382 0.3583 P(-1) 2.048248 0.944974 2.167518 0.0494 P(-1)^2 -0.115691 0.074642 -1.549956 0.1451 R-squared 0.572090 Mean dependent var 0.829225 Adjusted R-squared 0.374593 S.D. dependent var 1.676336 S.E. of regression 1.325691 Akaike info criterion 3.670962 Sum squared resid 22.84694 Schwarz criterion 4.019468 Log likelihood -29.70962 F-statistic 2.896704 Durbin-Watson stat 1.674358 Prob(F-statistic) 0.050988


(5)

48

Lampiran 6. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.332500 Probability 0.293313 Obs*R-squared 3.010900 Probability 0.221917

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/08/06 Time: 10:48

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PE 0.053003 0.056225 0.942703 0.3608

A -0.010786 0.009962 -1.082758 0.2960 P(-1) 0.145536 0.137459 1.058756 0.3065 RESID(-1) -0.290252 0.293898 -0.987594 0.3390 RESID(-2) -0.488085 0.307073 -1.589473 0.1328 R-squared 0.150545 Mean dependent var -0.017629 Adjusted R-squared -0.075976 S.D. dependent var 0.934099 S.E. of regression 0.968934 Akaike info criterion 2.987078 Sum squared resid 14.08250 Schwarz criterion 3.236011 Log likelihood -24.87078 Durbin-Watson stat 2.010427

Lampiran 7. Matriks Korelasi

PE A P(-1)

PE 0.002161 -0.000211 0.001623

A -0.000211 5.36E-05 -0.000653


(6)

49

Lampiran 8. Uji Bias Spesifikasi Model Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.635385 Probability 0.543405 Log likelihood ratio 1.626402 Probability 0.443436 Test Equation:

Dependent Variable: U Method: Least Squares Date: 04/08/06 Time: 10:57 Sample: 1986 2005

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PE 0.060468 0.084782 0.713216 0.4867

A 0.034627 0.017623 1.964863 0.0682 P(-1) -2.426585 2.901351 -0.836364 0.4161 FITTED^2 0.586601 0.520719 1.126522 0.2776 FITTED^3 -0.028757 0.025565 -1.124839 0.2783 R-squared 0.896760 Mean dependent var 5.353573 Adjusted R-squared 0.869230 S.D. dependent var 2.791853 S.E. of regression 1.009595 Akaike info criterion 3.069293 Sum squared resid 15.28922 Schwarz criterion 3.318226 Log likelihood -25.69293 Durbin-Watson stat 2.328719

Lampiran 9. Uji Stabilitas Parameter Chow Breakpoint Test: 1997

F-statistic 0.389882 Probability 0.762121 Log likelihood ratio 1.604782 Probability 0.658306


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP DINAMIKA PENGANGGURAN DI INDONESIA DI INDONESIA

22 256 20

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KONSUMSI Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2015.

1 3 14

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KONSUMSI Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2015.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,TINGKAT PENGANGGURAN, DAN PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011.

0 1 13

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,TINGKAT PENGANGGURAN DAN PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011.

0 7 15

TAP.COM - PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN ... 1002 2156 1 SM

0 3 17

255080791 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Indonesia

0 0 71

Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Lhokseumawe

0 0 10

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL, PENGANGGURAN, DAN TINGKAT KEMISKINAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA

0 0 16

PENGARUH TINGKAT UPAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR

1 1 91