Anak Usia 8-10 tahun Selanjutnya perkembangan anak usia 8-10 tahun
57
Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik
Tabel 2 Model Pembelajaran Tematik Untuk Usia 08-10
Tahun Usia
tahun Model Pembelajaran Tematik
Irisan Bergalur
Jaring Laba-laba
Terpadu
8-9 V
V V
V 9-10
V V
V V
fokus pada sebuah masalah. Model pembelajaran tematik seperti terpadu, bergalur dan jaring laba-
labapun cocok diterapkan. Dengan pertimbang- an cara pandang dan pikir anak akan berangsur-
angsur berubah tidak mendadak maka dalam pemilihan model pembelajaranpun selayaknya
berspiral.
Di bawah ini contoh kegiatan pembelajaran tematik di kelas model berdasarkan usia anak
sesuai dengan Kurikulum yang berlaku di Indonesia.
a. Pembelajaran Tematik Terpadu
Contoh model tematik terpadu kelas 3 SD polanya seperti yang sudah dibahas di atas
kegiatan belajarnya menyatukan seluruh menjadi satu paket tema tentang merawat
hewan untuk matematika, PPkn, SBDP, dan bahasa.
Guru memberi skor nilai pada tema tersebut dan memilahnya lagi ke dalam empat mata
pelajaran agar tiap mata pelajaran memiliki skor nilai untuk jadi salah satu data rerata
di rapor. Guru sedikit lebih repot untuk mencari nomor berapa dalam soal ulangan
yang termasuk mata pelajaran tertentu untuk diberi skor nilai mata pelajaran.
Umumnya, guru yang kelas 3-4 SD mengalami kesulitan karena tidak
menguasai konten yang banyak dan luas untuk empat mata pelajaran. Berbeda
dengan kelas rendah seperti PAUD dan SD kelas 1-2 yang konten materi pelajarannya
masih sedikit sehingga dapat dikuasi oleh 1 guru kelas.
b. Pembelajaran Tematik Jaring Laba-Laba
Contoh model tematik jaring laba-laba kelas 3 SD tema ‘Hewan Kesayanganku’ untuk
menjembatani keseluruhan KI yang harus diajarkan pada siswa kelas 3 SD dalam dua
minggu dengan menggunakan jadwal pelajaran seperti biasa. Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya mengajarnya masih tetap menggunakan mata pelajaran terpisah
seperti matematika, PPkn, SBDP dan bahasa namun setiap mata pelajaran menggunakan
tema yang sama.
Penilaian proses dan produk dilakukan tiap mata pelajaran. Ulangan dilakukan tiap
mata pelajaran dan diberi skor nilai. Penilaian proses dilakukan tiap mata
pelajaran terpisah sesuai jadwal pelajaran. Guru mempunyai data penilaian proses
dan produk tiap mata pelajaran, selanjutnya dianalisis dan dinarasikan tiap mata
pelajaran di rapor. Skor nilai direratakan untuk dituliskan di rapor dalam bentuk
angka dan huruf.
c. Pembelajaran Tematik Bergalur
Contoh model tematik bergalurkelas 4 SD, misalnya tema ‘Kebersamaan’ menjemba-
tani belajar bagaimana cara berpikir pemetaan peta pikiran untuk membekali
siswa dalam menjalani hidup sehari-hari melalui empat mata pelajaran seperti
Matematika, bahasa Indonesia, PPkn, dan IPA. Pada bahasa Indonesia. Kegiatan
belajar untuk bahasa Indonesia diawali dengan mengajak siswa merencanakan
sebuah acara pesta ulang tahun dan meminta setiap siswa menuliskan kebutuh-
an apa saja yang diperlukan melalui teknik tanya jawab dan menggambarkan peta
pikiran.
Pelajaran IPA, guru mengajak siswa berkeliling di sekitar sekolah untuk
mengamati mahkluk hidup secara kelom- pok, meminta siswa membuat siklus hidup
mahkluk hidup yang diamatinya. Siklus hidup yang digambarkan siswa dalam peta
pikiran tersebut dipresentasikan di depan kelas dan guru membimbing hasil presen-
tasi tersebut menjadi sebuah kesimpulan.
Pelajaran matematika, guru memberikan soal cerita tentang kejadian sehari-hari yang
berkaitan dengan penaksiran jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua
bilangan cacah maupun pecahan. Siswa
58
Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik
diminta untuk berpikir dan membuat peta pikiran dari soal cerita tersebut dari apa
yang diketahui , ditanya dan bagaimana cara menjawabnya secara rinci dalam peta
pikiran. Setelah itu baru siswa menjawab soal cerita tersebut.
Pelajaran PPKn siswa menonton film tentang sebuah kebersamaan dokter, guru,
lurah di desa terpencil, sebuah desa yang berhasil membangun kehidupan rakyatnya
lebih baik. Setelah menonton, siswa diminta untuk menceritakan secara ringkas kejadian
dan tokoh dalam film tersebut secara lisan melalui tanya jawab yang dibimbing guru.
Selanjutnya, guru mengaitkan beberapa adegan kecil dalam film tersebut dengan sila
dan simbol Pancasila dan menggambarkan peta pikiran di papan tulis untuk selanjut-
nya siswa secara kelompok melanjutkan gambar peta pikiran tersebut sesuai hasil
diskusi kelompoknya. Hasil peta pikiran akan beragam dan dipresentasikan di
depan kelas. Sebagai kesimpulan, guru memberi penguatan pada tiap peta pikiran.
Dalam model ini guru harus terampil mengajarkan bagaimana keterkaitan isi
konten tiap mata pelajaran dengan fokus keterampilan berpikir dalam memetakan
suatu masalah menjadi lebih detail dan keterkaitan satu komponen dengan kompo-
nen lainnya. Guru yang mengajar dapat dilakukan oleh empat guru bidang studi
IPA, bahasa Indonesia,PPkn, dan Matematika. Jadwal pelajaran masih tetap
seperti mata pelajaran biasanya. Misalnya, Senin jam ke 1-2, Matematika, jam 3-4 PPkn
dan jam 5-6 bahasa Indonesia. Selasa jam ke 1-2 Matematika jam ke 3-4 IPA dan jam 5-
6 PPKn dan seterusnya.
Penilaian produk dan proses dilakukan tiap mata pelajaran. Pada model tematik konten
materi pelajaran tidak berurutan seperti dalam kurikulum tetapi lebih fokus pada
keterampilan yang ingin diasah. Siswa dapat mengaitkan empat pelajaran tersebut
dengan bimbingan guru untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.
d. Pembelajaran Tematik Irisan
Contoh model tematik irisan, mengga- bungkan dua mata pelajaran tumpang
tindih untuk konsep, sikap, dan keterampilan untuk saling melengkapi dan
fokus pada konsep, sikap, atau keteram- pilan. Misalnya, menggabungkan mata
pelajaran IPA dan Matematika sebagai kelompok MIPA untuk fokus pada konsep,
atau mata pelajaran IPS dan PPKn sebagai kelompok sosial untuk fokus pada sikap,
serta mata pelajaran SBDP tari, musik, keterampilan dan bahasa Indonesia sebagai
kelompok bahasa dan seni untuk fokus pada keterampilan.
Contoh kegiatan untuk kelas 4 SD, mata pelajaran bahasa Indonesia. Misalnya,
diawali dengan menghadirkan seorang narasumber ahli menari di kelas dan
mengadakan tanya jawab seputar menari daerah tertentu. Tanya jawab wawancara
dilakukan oleh guru dan siswa. Guru mencatat proses kejadian tanya jawab
antara narasumber dan penanya. Setelah narasumber pulang maka guru mengajak
siswa untuk meninjau ulang proses tanya jawab wawancara dengan narasumber.
Guru membimbing bagaimana cara wawancara yang benar membuat daftar
pertanyaan dan meminta siswa mewawan- carai tokoh seni tari daerah yang dikenalnya
secara kelompok di luar kelas. Selanjutnya, guru meminta secara kelompok untuk
mempresentasikan hasil wawancara di depan kelas. Selain presentasi tentang seni
tari daerah tertentu sekelompok siswa harus menunjukkan gerak tari secara kelompok
pada teman-temannya sebagai sebuah ajang pesta seni di kelas. Guru memberi
penguatan pada hasil presentasi dan gerak tari tersebut secara keseluruhan untuk
menjadi kesimpulan pelajaran.
Penilaian proses berfokus pada keteram- pilan siswa untuk berpresentasi dan
menari komponen apa saja yang akan dinilai oleh guru harus diberitahukan pada
siswa untuk disepakati sebelumya. Ulangan harian dilakukan menggabung
dalam dua mata pelajaran tersebut dan dilakukan secara tertulis atau penilaian tes
kinerja kesepakatan guru dan siswa.
Penggabungan dua mata pelajaran ini dilakukan dua sampai tiga minggu tergan-
59
Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik
tung kondisi sekolah. Skor yang diperoleh dari tes kinerjaulangan dipilah oleh guru
SBDP dan bahasa Indonesia menjadi rerata nilai di rapot tiap mata pelajaran. Model
ini digunakan untuk melatih siswa model tematik terpadu ke arah model terpisah.
Perlu ada team teaching untuk merencanakan dan mengajar dalam menerapkan model ini.