Anak usia 0-8 tahun

53 Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik potensi sejak dini sehingga anak berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, anak akan siap memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Pada masa ini anak gemar meniru, telah mampu menerima khayalan, dapat bercerita tentang hal-hal yang fantastik, ia tidak terikat pada realitas, sehingga ia dapat berbicara dengan kursi, anjing, dan sebagainya. Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya dan tak jarang anak sering berbicara sendiri. Anak belajar konsep mulai dari sederhana menuju kompleks. Ciri khas anak, yang masih sangat bermain, mengharapkan proses belajar mengajar di kelaspun menggunakan prinsip belajar seraya bermain. Konsep materi yang dipelajari masih sederhana serta merupakan pengenalan berbagai objek yang ada di sekitarnya. Kemampuan anak untuk menyimak hanya sekitar 5-10 menit sehingga diharapkan kegiatan belajar selain memperkenalkan konsep melalui daya pikir juga melatih motorik, sosial emosi, dan moral untuk melatih perkembangannya. Menurut Vigotsky, taraf perkembangan dalam pembelajaran memberi kesempatan anak secara berulang-ulang untuk mengenal diri dan lingkungan sekitarnya dengan bantuan benda konkret melalui bermain. Anak usia 0-8 tahun masih berpikir global dan samar-samar serta mereka sedang belajar mengenal diri dan lingkungan secara umum yang mereka sering temui. Dalam proses belajarnya anak masih berpikir pra operasional konkret maka benda konkret sangat diperlukan untuk membantu anak paham sesuatu benda yang sedang dipelajari. Belajar melalui alat inderanya sangat membantu anak untuk terkoneksi dengan otaknya. Anak pada usia ini masih bersifat egosentris sehingga perlu membelajarkan supaya bisa hidup bekerja sama. Caranya ialah membelajarkan anak agar dapat menghormati orang lain dengan cara menahan diri misalnya, tidak menangis atau marah saat ibu guru belum memperhatikan keinginannya karena ada temannya yang sedang sakit. Jadi, pembelajaran itu lebih ditekankan pada perkembangan sosial, emosi, serta moral. Belajar membaca dan menulis bukan tujuan utama dalam membelajarkan anak pada usia ini. Konsep bermain sangat penting bagi anak usia ini karena melalui bermain mereka belajar banyak pengetahuan secara menyenangkan. Berdasarkan usia dan cara berpikir anak yang masih global dalam memandang objek, 3 model pembelajaran tematik yang cocok diterapkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Perkembangan usia 0-4 tahun ketika cara berpikir mereka menggunakan alat indera dan gerakan motorik misalnya, memandang ibunya yang tersenyum ketika ia sedang menangis; menunjukkan rasa gembira, ketika ibunya mencium dirinya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa dicintai dan merasa aman. Ketika ibunya menunjukkan botol susu berwarna merah dia melihat warna merah dan berpikir itu merah. Belajar banyak kosa kata dari sekitar lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget pada masa usia tersebut termasuk masa sensori motoris. Model pembel-ajaran tematik terpadu yang menggunakan sebuah tema sebagai kendaraan untuk mengenalkan objek kepada anak melalui berbagai aspek seperti sosiol emosi, moral, kognitif, bahasa dan agama yang ada di sekitar kehidupan anak melalui banyak permainan. Pengemasan tema menjadi daya tarik anak untuk belajar sesuatu dari kehidupan sekitarnya. Perkembangan usia 4-6 tahun ketika anak sudah mulai dapat berpikir melalui simbolis. Melalui pengamatan dengan alat indra, anak dapat memahami dan mengenal sesuatu objek. Anak sudah mulai dapat mengurutkan benda dan mengklasifikasi benda satu kategori misalnya mengklasifikasi benda berdasarkan ukurannya.Walaupun berpikir imajinatif masih Tabel 1 Model Pembelajaran Tematik Untuk Usia 0-8 Tahun Usia tahun Model Pembelajaran Tematik Bergalur Jaring Laba-laba Terpadu 0-4 V V 4-6 V V 6-8 V V V 54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik cukup dominan pada masa usia ini, anak masih senang dengan dongeng. Pada masa ini anak berpikir global artinya, memandang sesuau objek masih samar dan belum detail. Menurut Piaget anak pada masa ini termasuk masa praoperasi- onal konkret artinya anak berpikir simbolis melalui bantuan benda konkret yang dilihat, diraba atau didengarnya. Pada masa ini anak senang mencoba dan mencoba lagi. Mengem- bangkan delapan kecerdasan majemuk anak melalui permainan dan proses belajar di kelas. Mengembangkan dan melatih keterampilan berpikir melalui tema dalam model pembelajaran tematik bergalur. Model pembelajaran terpadu cocok diterapkan pada usia ini karena kebutu- han anak untuk pengenalan dan pemahaman lingkungan sekitar melalui tema dan aspek- aspek yang dibutuhkan pada TK A . Perkembangan usia 6-8 tahun ketika anak sudah mulai dapat berpikir lebih analitis dan praktis misalnya, sudah mulai dapat mengurut- kan dan mengklasifikasi benda dengan objek yang lebih banyak dan katagori lebih bervariasi. Selain itu, mengamati benda dengan alat indera dan melaporkannya melalui verbal atau gambar dari ingatannya. Mulai berpikir sebab-akibat dari kejadian yang diamatinya dan mulai bertanya mengapa. Pada masa ini rasa ingin tahunya besar dan senang mencoba dan mencoba lagi. Masa ini termasuk masa pra operasional beralih ke operasional konkret. Masa peralihan oleh karena itu kadang masih berpikir imajinatif, walau mereka sudah dapat berpikir logika. Masih memerlukan benda konkret untuk membantu berpikir. Secara umum, anak pada masa usia ini masih berpikir global dalam memandang sesuatu objek. Walaupun sudah mulai berangsur ke arah pola pikir yang lebih detail dan nyata. Anak sudah mulai tertarik untuk belajar baca tulis dan berhitung. Anak sudah dapat membedakan kegiatan menggambar, mendengarkan dongeng, membaca, bermain, dan lain sebagainya. Model pembelajaran tematik jaring laba-laba cocok diterapkan pada masa usia ini. Pengemasan model ini harus dengan tema yang sesuai dengan kebutuhan anak. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan sebaiknya berdiskusi dalam team teaching agar pengemasannya baik. Salah satu model dari 10 model pembelajaran tematik yang dipaparkan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengajar di TK B dan kelas 1-2 SD. Model pembelajaran tematik terpadu dan bergalur cocok diterapkan pada masa usia ini. Pemilihan model tematik disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Masa peralihan dari TK B ke SD, anak perlu adaptasi. Oleh kare- na itu, kegiatan belajar mengajar di kelas 1 SD awal sebaiknya lebih banyak kegiatan bermain seperti saat di TK B agar anak tidak bosan. Dari 10 model pembelajaran tematik yang sudah dibahas di atas, yang cocok diterapkan untuk anak usia dini 0-8 tahun adalah model terpadu integrated, model bergalur threaded, dan model jaring laba-laba webbed. Lebih jelasnya, anak usia 1-4 tahun cocok dengan model terpadu, anak usia 4-6 tahun cocok dengan model terpadu dan model bergalur sedangkan anak usia 6-8 tahun cocok dengan model terpadu, model bergalur dan model jaring laba-laba. a. Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Usia 4-6 tahun Untuk anak usia 4-6 tahun, diterapkan model pembelajaran tematik terpadu dan bergalur. Umumnya, pada masa usia tersebut anak sudah melalui PAUD formal atau mengikuti les privat. Karena kesibukan bekerja, orang tua masa kini sudah tidak terlalu banyak terlibat dalam pola pengasuhan anak di rumah. Contoh model terpadu TK A, tema Diriku sub tema Identitas Diri sub-sub tema Jenis Kelamin dalam kegiatan belajar di kelas. Anak bernyanyi sambil menunjukkan boneka yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berulang-ulang dengan berbagai variasi agar tidak bosan namun anak hafal akan syairnya. Guru memancing pertanyaan, apa perbedaan anak laki-laki dan perempuan meminta anak menjawab secara spontan dan beri pujian. Kemudian, memperkenalkan bagian anggota tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain serta cara melindunginya. Untuk lebih jelas, guru memutarkan film agar anak mudah memahaminya. Kegiatan tersebut mencakup aspek seni untuk mengekpresikan diri serta juga mengemb- 55 Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik angkan seni suara. Aspek sosial emosional untuk mengenal perilaku sosial anak ada- lah percaya diri dan rasa ingin tahu anak. Selanjutnya, kegiatan melengkapi pola secara berurutan laki-laki dan perempuan aspek kognitif. Untuk aspek bahasa anak diajak untuk menulis huruf atau suku kata ‘la – ki’di udara dan menulis di punggung temannya. Mengajak anak bercermin bahwa dirinya sangat hebat dan disayangi oleh Tuhan aspek agama dan moral. Dari kegiatan belajar mengajar di atas ada enam aspek yang dikembangkan oleh guru. Penilaiannya dengan cara observasi langsung anak melakukan kegiatan dan dokumentasi seperti anekdot, catatan harian dan portofolio. Komponen tersebut dianalisis dan dinarasikan dalam enam aspek untuk dilaporan di rapor. 2. Usia 6-8 tahun Pada usia 6-8 tahun, anak berada di kelas 1-2 SD sehingga sesuai dengan model terpadu, model bergalur dan model jaring laba-laba. Contoh untuk model terpadu kelas 1 SD misalnya, mengajarkan empat mata pelajaran seperti Matematika,PPKn, bahasa Indonesia termasuk IPA dan IPS, dan SBDP menggunakan sebuah tema untuk menjembatani konten pelajaran. Misalnya, menggunakan tema Diriku subtema Merawat Diri. Kegiatan awal dimulai dengan menyanyi Dua Mata Saya sambil menunjuk pada anggota tubuhnya. Lalu, guru mengajak siswa untuk membi- lang dan menulis bilangan sampai 5 matematika, selanjutnya menceritakan secara bergiliran bagaimana cara merawat diri dengan benar kepada teman sekelom- poknya bahasa Indonesia, mengajak siswa menyanyi sambil bergerak Aku Seorang Kapiten, kemudian menggambarkan wajah dan menempelkan biji-bijian pada sebuah gambar wajah SBDP melatih motorik halus. Pembelajaran dilakukan oleh seorang guru kelas dan jadwal pelajaran menjadi tidak tetap seperti biasanya. Olehkarena beberapa tema bergabung maka dituliskan tematik. Penilaian produk dan proses dilakukan per tema.Penilaiannya dengan cara observasi langsung saat siswa melakukan kegiatan dan dokumentasi seperti anekdot, catatan harian, jurnal, dan portofolio tiap tema kemudian dipecah-pecah lagi tiap mata pelajaran. Komponen tersebut dianalisis dan dinarasikan tiap mata pelajaran dan direratakan nilai yang diperoleh dalam bentuk angka dan huruf tiap mata pelajaran. b. Pembelajaran Tematik Bergalur 1. Usia 6-8 tahun Contoh model bergalurkelas 2 SD untuk menggali keterampilan proses sain Meng- klasifikasi dengan menggunakan empat mata pelajaran seperti Matematika, PPKn, bahasa Indonesia termasuk IPA-IPS, dan SBDP. Tema yang diambil misalnya Rumah- ku. Kegiatan belajar mengajar mengguna- kan jadwal pelajaran seperti biasanya misalnya, jam ke-1 Matematika, jam ke 2-3 bahasa Indonesia, jam ke-4 PPKn dan SBDP jam ke 5-6. Pada jam Matematika guru mengajak siswa mengklasifikasikan berbagai bangun datar yang ada di kelas secara kelompok. Jam berikutnya bahasa Indonesia mengajak siswa berkeliling sekolah dan menggam- barkan mana yang termasuk lingkungan sehat dan tidak sehat. Selanjutnya jam ke-4 diawali dengan menyanyi lagu kemudian mewarnai gambar orang yang marah, gembira, dan sedih sesuai karakteristik teman di kelasnya. Pada jam terakhir SBDP membuat karya mozaik dari kulit bawang merah. Jika kita perhatikan dari empat mata pelajaran tersebut, semuanya mengguna- kan prinsip mengklasifikasi. Jadi, sebetul- nya siswa belajar bagaimana cara mengkla- sifikasi benda dengan berbagai studi kasus tiap mata pelajaran. Model bergalur ini seperti model jaring- jaring, jadwal pelajaran tetap seperti mata pelajaran biasanya. Penilaian proses dan produk dilakukan pada tiap mata pelajaran. Ulangan dilakukan tiap mata pelajaran dan diberi skor nilai. Penilaian tersebut selanjutnya dianalisis dan dinarasikan di rapor. Skor nilai direratakan dan dituliskan 56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik di rapor dalam bentuk angka dan huruf.Pada model tematik ini konten materi pelajaran tidak berurutan seperti dalam kurikulum. c. Pembelajaran Tematik Jaring Laba-laba 1. Usia 6-8 tahun Contoh untuk model jaring-jaringkelas 2 SD misalnya, mengajarkan empat mata pelajaran, seperti Matematika, PPKn, bahasa Indonesia termasuk IPA, IPS,dan SBDP, menggunakan sebuah tema untuk menjembatani konten pelajaran. Misalnya, menggunakan tema Kegiatan Sehari-hari. Ada jadwal pelajaran seperti biasa misal- nya, hari tersebut siswa pada jam ke-1-2 belajar bahasa Indonesia, lalu jam ke-3 matematika, jam ke-4 PPKn dan jam 5-6 SBDP. Pada jam pelajaran ke 1-2 bahasa guru membaca bersama wacana kegiatan keluargaku kemudian meminta siswa untuk menceritakan secara berurutan kegiatan sehari-hari dengan menggunakan bahasa sendiri selanjutnya diminta mengidenti- fikasi benda- benda di sekitar yang berguna bagi manusia melalui pengamatannya dan menggambarkannya di bukunya. Pada jam ke-3 Matematika siswa memecah- kan soal cerita yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari penjumlahan dan pengurangan 500. Selanjutnya, untuk PPKn guru mengajak membuat dan mematuhi aturan yang disusun siswa terkait kegiatan sehari-hari di kelasnya.Pada jam ke 5-6 SBDP, Siswa memperagakan gerakan kegiatan sehari-hari diiringi nyanyian. Jadwal pelajaran masih tetap seperti mata pelajaran biasanya. Guru mengajar per mata pelajaran. Penilaian proses maupun penilaian produk pun dilakukan pada setiap mata pelajaran sesuai karakteris- tiknya. Ulangan dilakukan setiap mata pelajaran dan diberi skor nilai. Penilaian proses dilakukan setiap mata pelajaran. Guru mempunyai data penilaian proses dan produk untuk setiap mata pelajaran, selanjutnya dianalisis dan dinarasikan untuk setiap mata pelajaran di rapor. Skor nilai direratakan untuk dituliskan di rapor dalam bentuk angka dan huruf.

B. Anak Usia 8-10 tahun Selanjutnya perkembangan anak usia 8-10 tahun

berada pada tahap formal kelas 3-4 SD. Kemampuan berpikirnya meningkat pada usia tersebut seperti: mengklasfikasi, menyusun, menghitung, memecahkan permasalahan yang sederhana. Menurut Piaget. Pada tahap ini anak termasuk pada tahap operasional formal artinya anak dapat berpikir rasional, sebab-akibat, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengenal identitas benda dan berlogika melalui pengamatan mata saja tanpa harus bertindak. Sedangkan AUD masih memerlukan benda nyata dengan bantuan pancaindera sebagai sumber informasi. Pada fase ini anak sudah dapat mematuhi peraturan yang berlaku di kelas, di sekolah, di rumah dan di lingkungan sekitar. Ciri lain, anak sudah mulai mandiri, sudah ada rasa tanggung jawab pribadi, penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain. Menurut Vigotsky, taraf perkembangan dalam pembelajaran memberi kesempatan siswa menemukan konsep diri secara internal dan berpikir rasional dengan bantuan benda konkret. Berdasarkan ciri dan karakteristik perkembang- an anak untuk usia 8-10 tahun, model pembelajaran tematik yang cocok adalah model shared irisan, model jaring laba-laba, model bergalur, dan model terpadu. Dalam usia 8-10 tahun anak sudah dapat berpikir rasional dan mulai berpikir timbal balik reversible. Anak pada masa ini sudah mulai senang bekerja sama dengan temannya.Ia mulai dapat memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data untuk pembuktian dan mengurutkan masalahnya, mulai dapat berpikir timbal balik artinya memandang sesuatu objek dari dimensi yang berbeda. Anak pada usia ini sudah mulai memandang sesuatu objek lebih detail fragmented, tidak seperti anak usia 0-8 tahun cara pandang mereka masih global holistic.Kemampuan anak untuk mengetahui dan memahami sebuah proses yang terjadi dalam kegiatan masih dengan bantuan benda kongkrit. Cara berpikir anak usia ini sudah dapat menerima banyak informasi yang parsial. Oleh karena itu, model pembelajaran tematik irisan dapat diterapkan pada masa usia anak ini karena sudah dapat diajak berpikir lebih 57 Jurnal Pendidikan Penabur - No.27Tahun ke-15Desember 2016 Penerapan Model Pembelajaran Tematik Tabel 2 Model Pembelajaran Tematik Untuk Usia 08-10 Tahun Usia tahun Model Pembelajaran Tematik Irisan Bergalur Jaring Laba-laba Terpadu 8-9 V V V V 9-10 V V V V fokus pada sebuah masalah. Model pembelajaran tematik seperti terpadu, bergalur dan jaring laba- labapun cocok diterapkan. Dengan pertimbang- an cara pandang dan pikir anak akan berangsur- angsur berubah tidak mendadak maka dalam pemilihan model pembelajaranpun selayaknya berspiral. Di bawah ini contoh kegiatan pembelajaran tematik di kelas model berdasarkan usia anak sesuai dengan Kurikulum yang berlaku di Indonesia. a. Pembelajaran Tematik Terpadu Contoh model tematik terpadu kelas 3 SD polanya seperti yang sudah dibahas di atas kegiatan belajarnya menyatukan seluruh menjadi satu paket tema tentang merawat hewan untuk matematika, PPkn, SBDP, dan bahasa. Guru memberi skor nilai pada tema tersebut dan memilahnya lagi ke dalam empat mata pelajaran agar tiap mata pelajaran memiliki skor nilai untuk jadi salah satu data rerata di rapor. Guru sedikit lebih repot untuk mencari nomor berapa dalam soal ulangan yang termasuk mata pelajaran tertentu untuk diberi skor nilai mata pelajaran. Umumnya, guru yang kelas 3-4 SD mengalami kesulitan karena tidak menguasai konten yang banyak dan luas untuk empat mata pelajaran. Berbeda dengan kelas rendah seperti PAUD dan SD kelas 1-2 yang konten materi pelajarannya masih sedikit sehingga dapat dikuasi oleh 1 guru kelas. b. Pembelajaran Tematik Jaring Laba-Laba Contoh model tematik jaring laba-laba kelas 3 SD tema ‘Hewan Kesayanganku’ untuk menjembatani keseluruhan KI yang harus diajarkan pada siswa kelas 3 SD dalam dua minggu dengan menggunakan jadwal pelajaran seperti biasa. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengajarnya masih tetap menggunakan mata pelajaran terpisah seperti matematika, PPkn, SBDP dan bahasa namun setiap mata pelajaran menggunakan tema yang sama. Penilaian proses dan produk dilakukan tiap mata pelajaran. Ulangan dilakukan tiap mata pelajaran dan diberi skor nilai. Penilaian proses dilakukan tiap mata pelajaran terpisah sesuai jadwal pelajaran. Guru mempunyai data penilaian proses dan produk tiap mata pelajaran, selanjutnya dianalisis dan dinarasikan tiap mata pelajaran di rapor. Skor nilai direratakan untuk dituliskan di rapor dalam bentuk angka dan huruf. c. Pembelajaran Tematik Bergalur Contoh model tematik bergalurkelas 4 SD, misalnya tema ‘Kebersamaan’ menjemba- tani belajar bagaimana cara berpikir pemetaan peta pikiran untuk membekali siswa dalam menjalani hidup sehari-hari melalui empat mata pelajaran seperti Matematika, bahasa Indonesia, PPkn, dan IPA. Pada bahasa Indonesia. Kegiatan belajar untuk bahasa Indonesia diawali dengan mengajak siswa merencanakan sebuah acara pesta ulang tahun dan meminta setiap siswa menuliskan kebutuh- an apa saja yang diperlukan melalui teknik tanya jawab dan menggambarkan peta pikiran. Pelajaran IPA, guru mengajak siswa berkeliling di sekitar sekolah untuk mengamati mahkluk hidup secara kelom- pok, meminta siswa membuat siklus hidup mahkluk hidup yang diamatinya. Siklus hidup yang digambarkan siswa dalam peta pikiran tersebut dipresentasikan di depan kelas dan guru membimbing hasil presen- tasi tersebut menjadi sebuah kesimpulan. Pelajaran matematika, guru memberikan soal cerita tentang kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan penaksiran jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun pecahan. Siswa