Jurnal PENABUR | Yayasan BPK PENABUR

(1)

(2)

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Ir. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :

Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

http://www.bpkpenabur.or.id E-mail : jurnalpenabur@bpkpenabur.or.id


(3)

Jurnal Pendidikan Penabur

Nomor 27/Tahun ke-15/Desember 2016

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Surat Pribadi dengan Model Writing Process, Sakila, 1-17

Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia, Lida Betsaida Sipayung, 18-29

Pemetaan Profil Guru BPK PENABUR Jakarta Berdasarkan Kriteria PENABURS, Djudjun Djaenudin, 30-47

Penerapan Model Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 48-66

Sumbangsih Karya Nabi Perjanjian Lama Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen, Maria Evvy Yanti, 67-85

Memperkuat Rasa Kebangsaan Melalui Bahasa Indonesia, I. Praptomo Baryadi, 86-97

Big Data Dalam Dunia Pendidikan, Mudarwan, 98-107

Isu Mutakhir: Program Belajar Seharian di Sekolah (Full Day School), Hotben Situmorang, 108-112

Resensi buku:Pendidikan Karakter di Sekolah, Harun D. Simarmata, 113-118


(4)

Pengantar Redaksi

anusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling unik dibandingkan dengan berbagai mahluk lainnya. Manusia bukan hanya memiliki jiwa dan raga, tetapi juga memiliki perasaan serta kemampuan berpikir yang tinggi. Wajarlah, kalau Tuhan menugasi manusia menguasai seluruh ciptaan-Nya. Sedemikian unik dan rumitnya manusia sehingga sampai sekarang ini pemahaman atas manusia belum lengkap dan penelitian tentang manusia masih terus dilakukan dari berbagai aspek. Salah satu contoh, pengetahuan tentang prilaku dan proses belajar manusia belum diketahui secara utuh dan tepat walaupun sudah banyak penelitian dan kajian untuk melengkapi pengetahuan.

Sebagai contoh teori behaviourisme menjelaskan, prilaku manusia pada hakikatnya merupakan reaksi atau respons terhadap stimulus yang kemudian juga terbukti tidak selalu benar. Dalam konteks belajar, aliran ini beranggapan prilaku manusia dapat dibentuk sesuai dengan keinginan lingkungannya. Kemudian, penelitian lebih lanjut menemukan prilaku manusia tidak terjadi secara reaktif dan spontan akibat stimulus yang diterimanya. Manusia adalah mahluk berpikir sehingga prilakunya bukan semata-mata merupakan perilaku mekanistik tetapi didasari oleh proses berpikir dalam dirinya. Dengan demikian, dalam proses belajar, manusia tidak boleh diperlakukan semena-mena dan kemampuan berpikirnya perlu diperhatikan. Aliran yang kemudian disebut kognitivisme ini berkembang dengan meneliti bagaimana sebenarnya manusia membangun pengetahuannya melalui proses belajar. Aliran konstruktivisme menjelaskan bahwa manusia membangun pengetahuan serta membentuk persepsinya dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, pengetahuan awal peserta didik perlu diketahui serta pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan awalnya. Cara ini akan mempermudah peserta didik memahami dan menguasai pengetahuan baru. Lebih lanjut lagi, interaksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan lama dapat menghasilkan pengetahuan atau gagasan baru sama sekali sebagai akibat kemampuan manusia berpikir atau bernalar. Kajian terhadap teori belajar dan membelajarkan berkembang terus.

Lama diyakini, manusia memiliki kemampuan belajar yang dibatasi oleh usia sehingga anak tidak boleh dipaksa mempelajari sesuatu yang di luar batas kemampuan berpikirnya. Pendapat ini benar dalam banyak hal, misalnya anak sulit memahami konsep yang abstrak sebelum mengenal konsep yang kongkrit. Akan tetapi, tidak jarang terjadi kemampuan berpikir dan belajar anak dibatasi dan tidak dioptimalkan karena kekhawatiran keterbatasan kemampuan berpikir anak. Lev Vygotsky (1896 – 1934) ahli perkembangan sosial dari Rusia mengemukakan, interaksi sosial memainkan peranan mendasar dalam proses perkembangan kognitif anak. Berbeda dengan teori Jean Piaget yang berpendapat perkembangan anak mendahului belajar. Interaksi


(5)

sosial anak dengan lingkungannya, khususnya dengan orang dewasa, membantu kemampuan belajar anak. Dia mengemukakan kesenjangan kemampuan anak belajar dengan masalah yang harus dia pecahkan, dapat difasilitasi dan dijembatani melalui interaksi dengan orang dewasa. Kesenjangan itu disebut oleh Vygotsky sebagai The Zone of Proximal Development (ZPO). Di wilayah inilah sebenarnya proses belajar terjadi dan di sinilah antara lain diharapkan peranan guru, orang tua dan lingkungan membantu anak mengoptimalkan kemampuan belajarnya.

Dalam interaksi dengan lingkungannya, anak menggunakan bahasa verbal dan tulisan untuk memediasi lingkungan sosial mereka. Dengan demikian, mengembangkan kemampuan anak berbicara dan menulis akan membantu anak belajar dan meningkatkan kemampuannya melalui komunikasi dengan orang dewasa sehingga hasil belajarnya menjadi optimal serta melebihi kemampuannya yang semula diperkirakan. Akan tetapi tidak jarang terjadi orang dewasa membatasi kemampuan anak karena menganggap belum sesuai dengan kemampuan fisik atau mentalnya. Vygotsky percaya internalisasi kemampuan berbicara dan menulis yang selama ini dianggap sebagai alat komunikasi sosial anak, dapat dipergunakan sebagai alat untuk menuntun anak ke kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi. Oleh karena itu dapat dimaklumi mengapa membaca, menulis, dan berhitung menjadi kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap orang untuk dapat belajar lebih lanjut sepanjang hayat.

Sejalan dengan pendapat Vygotsky dalam mengoptimalkan belajar, melalui teori belajar sosial, Bondura (1977) mengemukakan pada hakikatnya manusia belajar satu sama lain melalui mengamati, meniru, dan mencontoh. Teori yang menjembatani aliran behaviorisme dan kognitivisme ini mengakui belajar dapat terjadi melalui interaksi sosial. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok atau beregu dapat mendorong anak untuk saling belajar dan membelajarkan serta dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak.

Pengalaman menunjukkan, tidak ada suatu pendekatan, strategi, metode, atau teknik belajar yang dapat dipergunakan secara efektif dan efisien untuk semua keperluan/tujuan dan semua situasi. Teori belajar yang ada perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang nyata dihadapi. Oleh karena itu, guru diharapkan memperhatikan karakteristik peserta didik, kompetensi yang hendak dicapai, bahan pelajaran, sumber belajar, serta lingkungan belajar. Kemudian, guru memilih strategi, metode, dan teknik pebelajaran yang sesuai. Hal ini juga yang mendorong guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai serta anak memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan. Di samping itu, penelitian tindakan kelas akan melibatkan peserta didik lebih aktif mulai dari mengenali serta mengatasi masalah belajar yang dihadapinya, serta mendorong guru lebih kreatif memfasilitasi peserta didik belajar.

Jurnal Pendidikan PENABUR Edisi Desember 2016 ini memuat berbagai penelitian dan kajian (opini), berkaitan dengan strategi, metode, dan cara memudahkan anak belajar. Seperti telah dikemukakan


(6)

mengatasi kesulitan belajar peserta didik serta memudahkan mereka belajar. Penelitian dan kajian akan bergulir terus sesuai dengan kondisi belajar yang terus menerus juga berubah dan berkembang. Dalam hubungannya dengan interaksi sosial dalam proses pembelajaran seperti yang dikemukakan Vygotsky dan Bondura, dalam Edisi ini juga dimuat tulisan tentang pengaruh orangtua dan teman sebaya terhadap kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran Kimia. Di samping itu, dapat juga dibaca tentang kreatifitas guru dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa SD, khususnya menulis surat pribadi melalui model proses menulis.

Masih dalam kaitannya dengan teori belajar dan membelajarkan, anak pada hakikatnya berhadapan dengan dan menghadapai lingkungannya secara utuh bukan secara terpisah-pisah atau parsial. Dalam berinteraksi sosial, anak menggunakan berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan berbahasa, berhitung, pengetahuan alam dan sosial. Dengan demikian, belajar juga seharusnya dilakukan secara terintegrasi mencakup berbagai kemampuan dan pengetahuan. Pemikiran ini melahirkan pendekatan belajar secara tematik. Pembelajaran tematik, khususnya di SD, dikaji secara lengkap dalam salah satu tulisan dalam Edisi ini.

Data atau informasi sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi sering sulit mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan valid sehingga terpaksa pengambilan keputusan ditunda atau keputusan tetap diambil tanpa dukungan data yang lengkap sehingga keuputusan yang diambil bisa keliru. Di lembaga pendidikan juga terkumpul berbagai data dan informasi, khususnya berkaitan dengan peserta didik, seperti latar belakang, nilai, serta perkembangan kepribadian setiap peserta didik sejak ia masuk sampai keluar dari lembaga pendidikan itu.

Dewasa ini data dan informasi dapat dikumpulkan, diolah, dan disimpan secara on-line menggunakan komputer dan berbagai jenis gadget. Data dan informasi juga dapat disimpan sebagai data base yang dengan sistem tertentu dapat diakses dan dipergunakan oleh orang/ pihak yang berkepentingan. Berbagai kesulitan dalam mendata dan mengolah hasil penilaian peserta didik dapat diatasi dengan menggunakan teknologi informasi serta disajikan dan dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi komunikasi. Tulisan berjudul Big Data Dalam Pendidikan menjelaskan bagaimana Big Data dipergunakan tidak hanya menggambarkan hasil belajar peserta didik, menentukan kelulusan, atau melakukan pemetaan mutu pendidikan, tetapi dapat dipergunakan menganalisis lebih detail tentang keadaan/kondisi peserta didik, serta menganalisis tingkat kesulitan soal. Untuk meningkatkan mutu manajemen pendidikan di sekolah serta membantu guru mengadministrasikan penilaian atas peserta didik, pemanfaatan dan pengembangan Big Data ini perludi pertimbangkan oleh pengelola sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan Kristen, BPK PENABUR memiliki ciri khas sendiri tidak hanya terlihat dari proses pendidikan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didiknya. Akan tetapi, pengelola pendidikan


(7)

BPK PENABUR memiliki karakter yang melandasi tindakan mereka dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik atau tenaga kependidikan. Oleh karena itu, sebagai acuan, BPK PENABUR Jakarta merumuskan karakter itu dengan singkatan PENABURS: Profesionalitas, Entusias, Nurture, Ability To Learn, Believe In God, Unselfishness, Respect, Satisfaction. Karakter ini diharapkan dapat memotivasi semua pendidik dan tenaga kependidikan di BPK PENABUR Jakarta untuk melaksanakan visinya “Menjadi Lembaga Pendidikan Kristen Yang Unggul dalam Iman, Ilmu dan Pelayanan” dengan misi “Mengembangkan Potensi Peserta Didik Secara Optimal Melalui Pendidikan dan Pengajaran Bermutu Berdasarkan Nilai Kristiani.”

Dalam pendidikan agama Kristen, guru menggunakan berbagai sumber untuk tidak semata-mata memberikan pengetahuan agama Kristen kepada siswa, tetapi menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam diri siswa untuk diwujudkan dalam prilakunya sehari-hari. Di samping aneka sumber yang biasa dipakai oleh guru, ada baiknya juga dikaji dan ditelisik apa yang dapat dimanfaatkan oleh guru Agama Kristen dari pesan para Nabi Perjanjian Lama. Tulisan yang berkaitan dengan topik ini memberikan kajian yang cukup mendalam serta dapat memperluas wawasan guru dan memperkaya bahan pelajaran Agama di kelas.

Belakangan ini isu berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, dan Pancasila ramai diperbincangkan. Sejak awal pendiri bangsa ini menyadari benar kemajemukan yang dimiliki masyarakat Indonesia seperti berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Kemajemukan itu harus dilestarikan dan dipertahankan dengan memegang teguh Sumpah Pemuda yang intinya ‘Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa’. Bagaimana bahasa Indonesia dapat memperkuat rasa kebangsaan Indonesia menjadi salah satu ulasan dan memberikan pemahaman dalam konteks pendidikan.

Keinginan meningkatkan mutu pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa memunculkan berbagai gagasan seperti perubahan kurikulum dan belakangan ini juga terdengar gagasan ‘Full Day School’ yang menimbulkan polemik di kalangan pendidik dan masyarakat awam. Salah satu tujuan program ini ialah memberikan pendidikan karakter kepada siswa yang mungkin efektif di daerah tertentu tetapi belum tentu di daerah lain karena perbedaan situasi, lingkungan, dan budaya. Tetapi diakui, betapa pentingnya pendidikan karakter, sebagaimana juga dibahas dalam risensi buku Pendidikan Karakter di Sekolah dalam edisi ini. Untuk melengkapi isi Edisi Desember 2016 ini, dimuat pula profil BPK PENABUR Indramayu sebagai bahan informasi kepada pembaca. Semoga tahun 2017 memberikan harapan dan semangat baru bagi kita semua dalam limpahan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Amin.


(8)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Menulis Surat Pribadi dengan Model

Writing Process

Sakila

E-mail: sakilaspd@yahoo.co.id

SMP Negeri 2 Singkawang Kalimantan Barat

P

Abstrak

enelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis surat pribadi dengan menggunakan model writing process (proses menulis) pada siswa kelas 7 D SMPN 2 Singkawang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas 7 D pada SMPN 2 Singkawang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar obervasi dan lembar tes. Teknik pengumpulan data teknik analisis dan data tes kemampuan menulis surat pribadi dengan menggunakan model proses menulis. Data observasi dianalisis menggunakan rata-rata skor dan kriteria skor, sedangkan data hasil tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai persentase ketuntasan belajar klasikal. Dari analisis data menunjukkan bahwa persentase peningkatan hasil belajar siswa menulis surat pribadi pada tiap siklus dapat dilihat dari persentase ketercapaian siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 79,46. Dan nilai rata rata siswa yang diperoleh pada siklus II sebesar 82,35. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar menulis surat pribadi siswa pada tiap siklus. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model writing process dapat meningkatkan hasil belajar menulis surat pribadi di kelas 7 pada SMPN 2 Singkawang. Kata-kata kunci: kemampuan menulis, surat pribadi, model writing process.

Improving Student Learning Outcomes In Learning Personal Letter Writing With Model Writing Process

Abstract

This study aims to improve student learning outcomes in writing a personal letter using the model writing process (writing) in grade 7 D SMPN 2 Singkawang. This research is a classroom action research. This research was conducted in four phases: planning, implementation phase of action, observation and reflection stages. The subjects were teachers and students in grade 7 D at SMPN 2 Singkawang.The research instrument used is the observation sheet and test sheet. Data collection techniques and data analysis techniques test the ability to write a personal letter using the writing process model. Observation data were analyzed using the average score and the criterion score, while the test data were analyzed by using the average value of the percentage of completeness classical study. From the analysis of the data showed that the percentage increase in student learning outcomes wrote a personal letter to each cycle can be seen from the percentage of student achievement obtained in the first cycle and the second cycle. The average value of students obtained in the first cycle of 79.46. and the average score of students who obtained the second cycle of 82.35. This shows an increase learning outcomes students write personal letters to each cycle. From these results it can be concluded that by using a model of the writing process can improve learning outcomes wrote a personal letter in the 7th grade at SMPN 2 Singkawang. Key words: writing ability, personal letters, a model writing process.


(9)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pendahuluan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 41 ayat (3) mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dan perubahan dalam kehidupan lokal, nasional dan global melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (Kemendikbud, 2013:1)

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, guru sebagai salah satu subsistem dalam sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas, antara lain cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual, maupun kinestetik. Selain itu, peran strategis juga diwujudkan dalam bentuk sebagai motor penggerak perubahan di dunia pendidikan.

Untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas dan kompetitif tersebut, guru dituntut untuk senantiasa melakukan berbagai penyesuaian dan inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya adalah menggunakan model atau metode pembelajaran di kelasnya.

Menurut Darliana dalam Alawiyah (2015:55) keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa bergantung pada keterlibatan aspek-sikap, minat belajar, keterampilan berpikir, pengetahuan, dan psikomotor dalam pembel-ajaran. Keberhasilan siswa menguasai pengeta-huan bergantung pada tinggi rendahnya ketiga aspek- lainnya yang dimiliki siswa tersebut. Selanjutnya, menurut Herawati (2015:89) keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang nyata dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun, sekolah/lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan nyata apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalam lembaganya.

Lebih lanjut, menurut Herawati (2015: 89) guru dalam melaksanakan tugasnya perlu memaksimalkan kemampuan inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu kemampuan inovatif yang perlu dimaksimalkan guru dalam inovasi pendidikan yaitu inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran perlu dilakukan agar terciptanya program pembelajaran yang inovatif. Sudah seyogyanya program pembelajaran yang inovatif didesain menjadi sebuah kegiatan yang menarik agar suasana pembelajaran di dalam kelas tidak membosankan.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 7 dengan materi menulis surat pribadi, seorang guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya mengharap-kan materi yang disampaimengharap-kan kepada siswanya dapat membuahkan hasil maksimal. Kenyataannya, setelah proses pembelajaran berakhir, masih banyak siswa mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Fenomena ini mengindikasikan, guru kurang kreatif menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran yang inovatif. Guru masih terbiasa dengan cara konvensional, yaitu dengan banyak ceramah dalam penyam-paian materi. Sedangkan siswa secara individu menyimak bahan ajar masing-masing mengenai bentuk surat pribadi dan guru menyampaikan bagian-bagian surat sesuai dengan apa yang diamati oleh siswa (Haryanto, 2014).

Hal tersebut di atas, menurut Haryanto (2014), menyebabkan kondisi bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih akan cepat menangkap materi yang disampaikan oleh guru, sementara siswa yang kurang akan mengalami kesulitan. Dengan demikian, proses pembelajar-an secara individu membuat siswa kurpembelajar-ang berkembang karena hanya bisa bertanya kepada teman sebangkunya. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya penelitian tindakan kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Pemilihan metode yang tepat untuk meningkat-kan kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi dengan berbagai teknik dan metode yang


(10)

inovatif dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

Model pembelajaran menulis yang akan penulis terapkan dalam penelitian ini adalah model menulis berbasis writing process. Model ini mengacu pada kegiatan pembelajaran menulis yang menekankan aktivitas siswa menulis sesuai dengan tahapan menulis itu sendiri. Dengan demikian, siswa harus mampu secara mandiri menemukan, mengorganisasi, dan menyajikan ide dalam sebuah tulisan. Menggunakan model menulis berbasis writing process diharapkan dapat merangsang siswa kreatif dalam menulis surat pribadi dan menumbuhkan kegemaran anak menulis.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dan berkaitan dengan kegiatan menulis surat pribadi pada siswa kelas 7 D SMPN 2 Singkawang serta alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan, maka penelitian ini mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menulis Surat Pribadi dengan Model Writing Process”. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi dengan Model Writing Process ? Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini ialah meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis surat pribadi dengan menerapkan model Writing Process. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat pertama kepada guru. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat dengan baik mempunyai kemampuan untuk menerapkan model Writing Process. Guru dapat mening-katkan kualitas pembelajarannya yang sangat berpusat pada siswa. Kedua, penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis surat pribadi bukan suatu hal yang membosankan, melainkan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Ketiga, bagi sekolah penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka

perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.

Pengertian Menulis

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1079) mendefinisikan menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Selanjutnya menurut Tarigan (1994:4) mengatakan, keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, menulis adalah suatu keterampilan melahirkan suatu pikiran atau perasaan melalui latihan/praktik yang banyak dan teratur.

Menurut Dewi (2010:36) surat adalah suatu sarana atau alat komunikasi untuk menyampai-kan informasi atau pernyataan secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Surat memiliki format penulisan dan gaya bahasa tersendiri yang berbeda dengan gaya bahasa karangan pada umumnya. Selanjutnya surat pribadi adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi. Surat pribadi biasanya dipakai dalam pergaulan hidup sehari-hari dan terjadi dalam komunikasi antara anak dan orang tua, kerabat atau teman (Dewi, 2010:37)

Model Proses Menulis Writing Process

Menurut Abidin (2012:198) proses menulis pada dasarnya adalah model pembelajaran menulis yang menekankan aktivitas siswa menulis sesuai dengan tahapan menulis itu sendiri. Dengan demikian siswa harus mampu secara mandiri menuangkan ide, mengorganisasi ide, dan produksi ide dalam sebuah tulisan. Sejalan dengan proses menulis, pelaksanaan model pembelajaran proses menulis adalah sebagai berikut.

Tahap Pramenulis

1. Siswa menentukan topik dan mengumpul-kan informasi.

Siswa menentukan topik dan sekaligus mengumpulkan informasi tentang topik tersebut. Hasil kegiatan ini merupakan ide pokok yang akan dikembangkannya


(11)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

menjadi sebuah karangan. Aktivitas yang dapat dilakukan sangat beragam seperti pengamatan diluar kelas, wawancara dengan nara sumber, membaca berbagai teks, dan curah pendapat.

2. Siswa menentukan maksud dan tujuan penulisan

Siswa menentukan maksud dan tujuan penulisan. Penentuan maksud dan tujuan ini sangat penting karena akan menentukan jenis tulisan yang akan dibuatnya.

3. Siswa membuat kerangka karangan Siswa mulai membuat kerangka karangan. Kerangka yang dibuat bisa kerangka kalimat, kerangka kata kunci, ataupun kerangka topik terstruktur. Model kerangka yang dipakai bisa kerangka biasa ataupun menggunakan peta konsep.

Tahap Menulis

Pada tahap ini siswa mulai mengembangkan kerangka karangan menjadi draf karangan. Selama menulis ia tidak boleh membaca, memperbaiki tulisannya sebelum selesai. Dengan kata lain siswa harus mengabaikan kesalahan yang dibuatnya untuk sementara Tahap Pascamenulis

Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya ataupun guru mengoreksi isi tulisan yang dibuatnya. Berbagai kesalahan ditandai dan ditulis serta kemudian diperbaiki. Menurut Montague dalam Zainurrahman (2011: 8) model proses menulis yaitu suatu model yang menekankan aspek proses seorang penulis menciptakan tulisannya. Proses tersebut tidak bersifat linier melainkan rekursif yaitu proses yang meniscayakan adanya perulangan di beberapa bagian. Dengan proses rekursif ini, maka seorang penulis akan mampu mereview kembali tulisannya dan mengoreksi kesalahan dan menutupi kekurangan-kekurangan dalam tulisannya.

Langkah-langkah proses menulis

Menurut Ghofur (2013), proses menulis terdiri dari beberapa langkah yang harus dilalui oleh seorang penulis. Tanpa langkah-langkah ini, tidak mungkin sebuah tulisan yang baik bisa

diciptakan. Oleh karenanya, model ini menolak bahwa tulisan merupakan sebuah produk instan, atau sekali tulis langsung jadi. Menurut Hyland dalam Zainurrahman (2011: 9) ada beberapa langkah dalam proses menulis, yaitu : (1) pemilihan topik, (2) pra-tulis, (3) tulis, (4) respon atas tulisan (5) revisi, (6) pengeditan, (7) evaluasi, dan (8) publikasi.

Melihat langkah-langkah yang disebutkan oleh Ken Hyland diatas, Clark dalam Zainurrahman (2011: 11) menyederhanakan langkah-langkah tersebut dalam tiga langkah rekursif, yaitu pra-tulis, tulis, dan kembali menulis (prewriting, writing, rewriting) atau dengan formulasi lain : perencanaan, penulisan dan revisi (planning, writing, revising). Dua formula proses menulis yang disederhanakan oleh Irene Clark ini pada hakikatnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Ken Hyland sebelumnya. Hanya saja penyederhanaan ini lebih memungkinkan kemudahan dalam memahami konsep menulis sebagai proses dari pada formulasi yang memuat lebih banyak unsur yang pada dasarnya berfungsi sama.

Selanjutnya menurut Suparno dkk (2010:14) menulis sebagai suatu aktifitas yang berproses, tidak tercakup dalam berbagai pendekatan. Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Adapun penjelasan tahap-tahap tersebut sebagai berikut.

1. Tahap Pramenulis, tahap ini merupakan fase persiapan menulis. Menurut Proett dan Gill dalam Suparno dkk (2010:16) tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Pada fase ini terdapat aktivitas sebagai berikut (Suparno dkk: 2010: 17 – 22) a. Menentukan topik. Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan.

b. Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan. Yang dimaksud dengan tujuan dalam konteks ini adalah tujuan mengarang, seperti


(12)

menghibur, memberi tahu atau mengin-formasikan, mengklarifikasi atau membuktikan, atau membujuk. c. Memperhatikan sasaran karangan

(pembaca). Kita harus memperhatikan dan menyesuaikan tulisan kita dengan level sosial, tingkat pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan kebu-tuhan pembaca.

d. Mengumpulkan informasi pendukung. Sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih infor-masi yang dapat mendukung, memper-luas, memperdalam, dan memperkaya isi tulisan kita yang berasal dari bacaan, pengamatan, wawancara serta pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain.

e. Mengorganisasikan ide dan informasi. Kita pilah dan tata gagasan-gagasan atau informasi yang saling berkaitan atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis yang disebut kerangka karangan. Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu penulis untuk mengumpulkan dan memilih bahan tulisan yang sesuai.

2. Tahap penulisan. Pada tahap ini kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kumpulkan.

3. Tahap pascapenulisan, merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan yang terdiri atas penyuntingan dan perbaikan.

Keunggulan dan Kelemahan Model Writing Process

Valdes dalam Andika (2016) mengemukakan sembilan kebaikan atau keunggulan pengguna-an strategi proses menulis dippengguna-andpengguna-ang dari kepentingan siswa. Kebaikan-kebaikan/keung-gulan itu ialah:

(a) anak dapat menyatakan gagasannya serta menyadari gagasan yang disampaikannya itu, (b) anak dapat mengetahui bahwa ia dapat bel-ajar dari gagasan teman atau yang lainnya,

(c) anak dapat belajar bahwa gagasan yang akan ditulisnya dapat diperoleh dalam beberapa jalan/cara,

(d) anak dapat mulai menulis dengan tidak benar atau tidak sempurna,

(e) anak dapat belajar menerima, mengevaluasi dan menerapkan gagasan yang diperoleh-nya dari teman lain,

(f) anak dapat memonitor dan memperbaiki tulisannya sendiri,

(g) anak dapat merasa bangga akan pekerjaan-nya dan kesenangan itu dikomunikasikan dalam kegiatan menulis, membaca, menyimak, dan berbicara,

(h) anak dapat mengembangkan kemandirian dalam berpikir, dan

(i) anak dapat merealisasikan apa yang telah diinginkan melalui pemusatan gagasan yang telah dipilihnya sendiri.

Sebagai suatu keterampilan, menulis sebagai-mana keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara kontinyu. Menulis sebagai suatu keterampilan yang berproses, mempunyai berapan keunggulan dan kelemah-an. Adapun keunggulan pendekatan keteram-pilan proses menurut Sagala, (2010:74) adalah: (a) memberi bekal cara memperoleh

pengetahu-an, hal yang sangat penting untuk mengem-bangkan pengetahuan dan masa depan; dan

(b) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan. Selanjutnya kelemahan pendekatan keterampilan proses (Sagala, 2010:74) adalah: (a) memerlukan banyak waktu sehingga sulit

untuk menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum;

(b) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya; dan

(c) merumuskan masalah, menyusun hipo-tesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.


(13)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas (2006:125) mengemu-kakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sedangkan Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemaju-an siswa. Dalam penelitikemaju-an tindakkemaju-an kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil penilaian yang mengacu pada tujuan pembel-ajaran yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Penilaian dilakukan setelah siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang sudah dirancanakan selama dua kali pertemuan. Hasil belajar digunakan sebagai acuan atau patokan guru untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi dengan melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Singkawang. Dimulai bulan Juli sampai bulan Oktober 2016.

Jumlah siswa kelas 7D adalah 37 orang. Faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

Faktor siswa, ke-mampuan menulis surat pribadi tentang dirinya yang ditujukan kepada temannya. Di samping itu kepekaannya dan sikapnya terhadap kemampuan menu-lis surat pribadi khususnya dan sastra pada

umum-nya. Faktor guru, cara guru merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaannya di kelas. Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma kualitatif, berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi. PTK ini menggunakan model Stephen Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suranto, 2002:49), sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kondisi Awal Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas 7D

Materi Pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis surat pribadi pada siswa kelas 7D SMP Negeri 2 Singkawang akan dipaparkan berdasarkan tiga siklus yaitu: kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan setiap siklus, sehingga

Tabel 1

Indikator Pencapaian Kompetensi Menulis Surat Pribadi

No Indikator Deskripsi Skor

Maksimum

1 Bahasa yang digunakan

-Menggunakan bahasa yang baik dan benar Penggunaan bahasanya sopan dan santun Menggunakan bahasa yang dimengerti pembaca

30

2 Bentuk Surat

- Terdapat tanggal, alamat, salam pembuka, isi, salam penutup, tanda tangan dan nama terang.

20

3 Ejaan - Menggunakan EYD 20 4 Isi Surat

-Isi surat sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Topiknya mampu dikembangkan secara optimal sehingga menjadi lengkap

Isi harus , jelas, terarah

30


(14)

pelaksanaan siklus selanjutnya dapat lebih baik daripada siklus sebelumnya. Tabel 1 menyajikan indikator pencapaian kompetensi menulis surat pribadi yang meliputi : bahasa yang digunakan, bentuk surat, ejaan dan isi surat.

Kondisi Awal

Pada kondisi awal, proses pembelajaran menulis surat pribadi membuat siswa merasa bosan, ramai, mengobrol sendiri tidak memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru, dan tidak bersemangat. Hal ini terjadi karena guru tidak melakukan upaya yang dapat membuat siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Pada saat penugasan, siswa tidak bersemangat, lamban dalam mengerjakan tugas karena merasa bosan, dan tidak ada yang dapat mengubah suasana hati siswa, juga tidak ada sesuatu yang dapat membantu mereka untuk menemukan ide untuk membuat surat pribadi. Hal ini dapat mengaki-batkan hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Tes pada kondisi awal yang dilaku-kan adalah menulis surat pribadi dengan topik pengalaman pribadi dengan tujuan surat bebas. Hasil observasi menunjukkan, guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya siswa yang dapat menjawab pertanyaan pada saat tanya jawab dengan guru. Kebanyakan siswa masih asyik mengobrol sendiri yang ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mencatat penjelasan guru pada saat menyampaikan materi hanya 17 siswa atau 46% dari 37 siswa keseluruhan. Siswa masih banyak yang tidak fokus pada saat proses pembelajaran. Akan tetapi, keaktifan siswa dalam menulis surat pribadi sangat baik, terlihat dari jumlah siswa yang mengumpulkan tugas mencapai 37 siswa atau 100 %.

Topik ini dipilih untuk membebaskan siswa mengkreasikan segala bentuk perasaannya ke dalam menulis surat pribadi. Dari hasil tes kemampuan menulis surat pribadi siswa pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 73,14. Dari jumlah ke seluruhan siswa 37 siswa, hanya 20 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal atau sebanyak 54%,17 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal atau sebanyak 46%.

Uraian sebelumnya menunjukkan, keterampilan dalam menulis surat pribadi pada

Tabel 2

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Topik Pengalaman Pribadi dengan Tujuan Surat Bebas pada Kondisi Awal

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

1 AT 20 15 15 20 70

2 AA 20 14 15 21 70

3 ARR 20 15 15 25 75

4 ANP 20 20 20 30 90

5 ANS 25 15 15 30 85

6 AH 21 20 15 19 75

7 BNMM 21 15 20 19 75

8 CW 22 20 15 18 75

9 DS 25 15 15 18 73

10 DA 25 15 15 20 75

11 DD 22 15 15 20 72

12 DSL 22 15 15 20 72

13 EAN 22 15 15 20 72

14 GDS 22 15 15 20 72

15 JP 20 15 15 20 70

16 LBB 20 18 15 20 73

17 MS 20 15 15 20 70

18 MA 20 15 15 20 70

19 MH 20 15 15 20 70

20 NA 22 15 15 20 72

21 NS 25 15 15 26 81

22 NU 25 12 15 15 67

23 NH 20 15 15 20 70

24 NAI 20 15 15 16 66

25 RV 20 15 15 19 69


(15)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

kondisi awal belum berhasil yakni masih banyak siswa yang nilainya di bawah ketuntasan kriteria minimal. Hasil observasi menunjukkan, hasil belajar siswa pada kondisi awal belum berhasil. Keaktifan, respon, dan hasil menulis surat pribadi siswa terhadap pembelajaran masih kurang, masih banyak siswa yang belum memperhatikan dan mengobrol sendiri pada saat guru menyampaikan materi. Pada siklus selanjutnya peneliti akan menggunakan model writing process. Diharapkan dengan menggunakan model ini keaktifan, respon, dan hasil menulis surat pribadi terhadap pembelajaran meningkat sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal sebagai berikut .

a. Pada aspek bahasa yang digunakan, telah mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 70,63 b. Pada aspek bentuk surat, telah mencapai

hasil nilai rata-rata sebesar 77,57

c. Pada aspek ejaan, telah mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 77,03

d. Pada aspek isi surat, telah mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 70,09

e. Total Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 73,14.

Dari jumlah keseluruhan, hanya 20 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal atau sebanyak 54%, 17 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal atau sebanyak 46%. Selanjutnya berdasarkan indikator aspek yang dinilai maka dari data tersebut ternyata belum memenuhi harapan peneliti untuk mencapai target yang diinginkan yakni tercapainya nilai ketuntasan 71 (pada aspek bahasa yang digunakan dan isi surat). Hal ini diperlihatkan pada grafik Gambar 1.

Siklus I

Tahap pembelajaran siklus I menggunakan model writing process. Sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dirancang dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 40 menit. Tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi. Guru mengondisikan suasana kelas agar tenang, lalu mendata kehadiran siswa. Guru berdialog dengan siswa

Tabel 2

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Topik Pengalaman Pribadi dengan Tujuan Surat Bebas pada Kondisi Awal

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

27 RHS 20 15 15 19 69

28 RA 20 15 15 28 78

29 SP 20 15 15 20 70

30 SY 20 15 15 18 68

31 SW 20 15 15 19 69

32 TAS 20 15 15 19 69

33 VN 20 15 15 19 69

34 VJ 25 15 15 25 80

35 WSA 20 20 15 25 80

36 WZ 20 15 20 25 80

37 OP 20 15 15 20 70

Jumlah skor 784 574 570 778 2706

Jumlah skor maksimal

1110 740 740 1110 3700

Nilai rata-rata per-aspek

70,63 77,57 77,03 70,09 73,14

Bahasa yang digunakan

Bentuk surat

Ejaan Isi surat 70.63

77.57 77.03

70.09

Gambar 1

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Topik Pengalaman Pribadi dengan Tujuan Surat Bebas: Pada Kondisi Awal


(16)

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kemu-dian diarahkan kepada materi pembelajaran, dan tujuan pembelajaran menulis surat pribadi. Tahap inti, guru membentuk kelompok beranggotakan 4-5 anak secara heterogen yang sudah ditentukan. Setelah setiap siswa masuk ke dalam kelompoknya, guru menjelaskan materi tentang surat pribadi dan bagian-bagiannya yang terdapat dalam buku paket bahasa Indone-sia. Siswa mendengarkan dan menyimak bentuk contoh surat pribadi dan surat resmi pada buku paket bahasa Indonesia. Bagian surat tersebut didiskusikan oleh setiap kelompok secara bersama-sama. Guru tetap membimbing serta mengarahkan semua siswa dengan baik. Selan-jutnya, setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk mengamati keadaan lingkungan sekolah untuk mengaitkan pengalamannya dan mengin-spirasi siswa dalam menulis surat pribadi.

Guru memberikan tugas individu kepada siswa menulis surat pribadi kepada teman barunya di kelas lain tentang kondisi kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif dan meminta balasan suratnya. Selanjutnya, guru mengamati dan mencermati siswa mengerjakan tugas menulis surat pribadi. Guru membimbing siswa menulis surat pribadi dengan langkah-langkah model writing process yang meliputi tiga tahap berikut.

a. Tahap pramenulis, tahap ini merupakan fase persiapan menulis dengan kegiatan mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan untuk menulis, yang meliputi menentukan topik, mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan, sasaran pembaca, informasi pendukung dan mengorganisasikan ide dan informasi.

b. Tahap penulisan, tahap ini siswa mengembangkan butir demi butir ide dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan kumpulkan.

c. Tahap pasca penulisan, melakukan penyuntingan dan perbaikan.

Ketika pekerjaan siswa telah selesai, guru meminta siswa menukarkan kertas pekerjaannya dengan teman satu kelompok. Kemudian,

dilanjutkan dengan saling memeriksa serta mengoreksi hasil pekerjaan yang telah mereka buat. Semua siswa mengoreksi dan menganalisis pekerjaan yang telah didapat dengan memperhatikan petunjuk guru dan materi yang telah diberikan sebelumnya. Alokasi waktu tahap inti adalah 60 menit.

Sebelum pertemuan pertama selesai, guru merefleksi kegiatan pembelajaran dan siswa serta guru menyimpulkan penulisan surat pribadi. Alokasi waktu tahap inti adalah 10 menit. Pertemuan berikutnya, tahap awal sama dengan pertemuan pertama. Pada tahap inti pertemuan kedua, guru menyuruh salah satu perwakilan kelompok menulis hasil kerjanya di papan tulis.

Siswa lain mencermati hasil kerja siswa yang ditulis di papan tulis. Siswa kelompok lain secara bergantian dengan dipandu guru memberikan saran dan kritik terhadap hasil kerja siswa yang ditulis di papan tulis. Guru memberikan penegasan tentang kekurangan surat pribadi berdasarkan komposisi, isi, dan bahasa yang ditulis oleh siswa yang meliputi ketentuan isi surat, kelengkapan isi surat, kejelasan pengantar, isi, dan penutup, ketepatan pemilihan kata, ketepatan pemilihan kalimat, ejaan dan tata tulis. Alokasi waktu tahap inti adalah 60 menit. Tahap penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran menulis surat pribadi. Alokasi waktu tahap inti adalah 10 menit.

Kegiatan observasi pada siklus I dilakukan oleh guru pendamping dengan mengisi lembar pengamatan yang sudah dipersiapkan. Hasil observasi menunjukkan, peran guru membangkitkan semangat diskusi siswa masih kurang. Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang memberikan bimbingan terutama membangkitkan semangat diskusi agar siswa saling bertanya dengan teman sekelompoknya dalam menulis surat pribadi secara individu. Evaluasi dan refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Pembelajaran menulis surat pribadi pada siklus I sudah mengalami pening-katan, terlihat dari keaktifan dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan yang diberikan


(17)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Tabel 3

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Model Writing Process pada Siklus I

No Nama

Siswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

1 AT 24 15 15 24 78

2 AA 24 14 15 25 78

3 ARR 24 15 15 25 79

4 ANP 22 20 20 30 92

5 ANS 28 15 15 30 88

6 AH 24 20 15 19 78

7 BNMM 24 15 20 19 78

8 CW 24 20 15 18 77

9 DS 24 20 15 18 77

10 DA 22 15 20 20 77

11 DD 22 15 20 20 77

12 DSL 25 18 15 20 78

13 EAN 24 15 20 20 79

14 GDS 23 20 15 20 78

15 JP 24 15 20 20 79

16 LBB 24 19 15 20 78

17 MS 24 15 19 20 78

18 MA 24 15 19 20 78

19 MH 24 20 15 20 79

20 NA 24 19 15 20 78

21 NS 28 15 20 26 89

22 NU 28 12 20 15 75

23 NH 24 15 18 20 77

24 NAI 20 15 15 16 66

25 RV 24 20 15 19 78

26 RAA 25 15 20 25 85

guru, dan keaktifan mencatat penjelasan guru. Kualitas pembelajaran menulis surat pribadi tersebut masih perlu ditingkatkan dari segi keaktifan siswa dalam memahami dan mencatat penjelasan guru. Oleh karena siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik, guru perlu memberi batasan waktu bila memberi tugas pada siswa sehingga semua berjalan sesuai dengan rencana.

Menurut Haryanto (2014), pada saat menyampaikan materi guru tidak harus selalu berada di depan kelas, agar anak yang berada di belakang mendengar dengan jelas dan menghin-darkan anak dari berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, sehingga anak dapat lebih memperhatikan dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis surat pribadi dari aspek ketentuan isi surat, kelengkapan isi surat, kejelasan pengantar, isi, dan penutup, ketepatan pemilihan kata dan ketepatan penggunaan kalimat, mengalami peningkatan. Keterampilan menulis, aspek ejaan dan tata tulis sejumlah siswa juga masih perlu ditingkatkan.

Dalam pembelajaran siswa siklus I, terdapat dua orang siswa yang belum mendapat nilai 71, dan belum mencapai nilai ketuntasan 71, maka harus ditingkatkan. Penyebabnya adalah siswa masih banyak yang bingung dan tidak mengerti dengan tahap pembelajaran serta pemanfaatan metode writing process belum optimal sehingga siswa belum sepenuhnya memperhatkan pelajaran dengan baik. Adapun dalam menulis surat pembaca, indikator pencapaian kompe-tensi masih kurang tepat. Bahasa yang diguna-kan, bentuk surat, ejaan dan isi surat pada surat pembaca yang dibuatnya masih perlu ditingkat-kan. Hasil siklus 1 terlihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pada aspek bahasa yang digunakan, telah mencapai nilai rata-rata sebesar 80,27 b. Pada aspek bentuk surat, telah mencapai nilai

rata-rata sebesar 84,73

c. Pada aspek ejaan, telah mencapai nilai rata-rata sebesar 85,95

d. Pada aspek isi surat, telah mencapai nilai rata-rata sebesar 70,81

e. Total nilai rata- rata kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 79,46.


(18)

Tabel 3

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Model Writing Process pada Siklus I

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

27 RHS 24 20 15 19 78

28 RA 25 15 20 28 88

29 SP 24 20 15 20 79

30 SY 20 15 15 18 68

31 SW 24 20 15 19 78

32 TAS 24 20 15 19 78

33 VN 24 15 20 19 78

34 VJ 25 15 20 25 85

35 WSA 25 20 20 25 90

36 WZ 25 20 20 25 90

37 OP 24 15 15 20 74

Jumlah skor 891 627 636 786 2940

Jumlah skor maksimal

1110 740 740 1110 3700

Nilai rata-rata

per-aspek

80,27 84,73 85,95 70,81 79,46

Pembelajaran siswa pada siklus I, dari jumlah keseluruhan siswa 37 siswa, terdapat 35 siswa atau 95% yang mencapai kriteria ketuntas-an minimal, 2 siswa atau 5% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Selanjutnya berdasarkan indikator aspek yang dinilai maka dari data tersebut ternyata belum memenuhi harapan peneliti untuk mencapai target yang diinginkan yakni tercapainya nilai ketuntasan 71 (pada aspek isi surat). Hal ini digambarkan pada Gambar 2. Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan siklus I. Pada siklus I kelemahan pada pembelajaran menulis

surat pribadi perlu ditingkatkan pada keaktifan siswa dalam memperhatikan dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis surat pribadi juga perlu ditingkatkan pada aspek isi surat. Usaha perbaikan ini menyangkut hal-hal pelaksanaan yang belum sempurna yakni guru belum mendampingi dan membimbing serta mengarahkan siswa dalam mengerjakan tugas. Guru juga belum memberikan motivasi setiap kelompok agar bekerjasama dan memberikan pengarahan kepada teman sekelompoknya yang belum mengerti.

Siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam siklus ini dirancang satu kali pertemuan 2 x 40 menit. Tahap pendahuluan dilaksanakan diawali dengan apersepsi. Guru menginforma-sikan kembali tujuan pembelajaran menulis surat pribadi. Waktu yang dialokasikan pada tahap pendahuluan 10 menit. Kegiatan berikutnya yaitu kegiatan inti, guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 anak secara heterogen yang sudah ditentukan sesuai dengan kelompok dalam siklus I. Setelah setiap siswa masuk ke kelompoknya, guru menjelaskan kembali materi tentang surat pribadi dan bagiannya pada layar slide power point yang sudah disiapkan oleh guru. Pada saat guru menampilkan contoh bentuk surat pribadi, guru lebih menegaskan penjelasan pada komposisi, isi, dan bahasa yang meliputi ketentuan isi surat, kelengkapan isi surat, kejelasan pengantar, isi, penutup, ketepatan pemilihan kata, ketepatan pemilihan kalimat, ejaan dan tata tulis dalam menulis surat pribadi.

Bahasa yang digunakan

Bentuk surat

Ejaan isi Surat 80.27 84.73 85.95

70.81

Gambar 2

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pembaca dengan Model Writing Process pada Siklus II


(19)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Sebelum memberikan tugas menulis surat pribadi kepada siswa, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok mendiskusikan keadaan sekolah. Setiap anggota kelompok berdiskusi untuk mengaitkan pengalamannya dengan dunia nyata yang terjadi dengan keadaan sekolah sehingga menemukan sesuatu yang baru tentang keadaan sekolah yang mereka jumpai sehari-hari. Hasil diskusi menjadi bahan bagi setiap anggota untuk ditulis pada isi surat.

Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada siswa menulis surat pribadi kepada teman barunya di sekolah lain, menceritakan kondisinya di sekolah ini dengan bahasa Indonesia yang komunikatif dan meminta balasan suratnya. Selanjutnya, guru mendampingi, membimbing, serta mengarahkan siswa mengerjakan tugas. Sambil berkeliling, guru memotivasi setiap kelompok agar bekerja sama dan memberi pengarahan kepada teman sekelompoknya yang belum mengerti. Satu kelompok saling mengisi kekurangan pada setiap anggotanya. Guru membimbing siswa dalam menulis surat pribadi dengan langkah-langkah dalam model writing process yang meliputi tiga tahap berikut.

a. Tahap pramenulis, tahap ini merupakan fase persiapan menulis. Tahap ini merupa-kan fase mencari, menemumerupa-kan, dan meng-ingat kembali pengetahuan dan pengalam-an ypengalam-ang diperoleh dpengalam-an diperlukpengalam-an untuk menulis yang meliputi menentukan topik, mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan, sasaran pembaca, informasi pendukung dan mengorganisasikan ide dan informasi.

b. Tahap penulisan, tahap ini siswa mengem-bangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan kumpulkan.

c. Tahap pascapenulisan, melakukan penyun-tingan dan perbaikan.

Pada saat pekerjaan siswa telah selesai, guru meminta siswa untuk menukarkan kertas pekerjaannya dengan teman satu kelompok. Dilanjutkan saling memeriksa serta mengoreksi

Tabel 4

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pribadi dengan Writing Process pada Siklus II

No NamaSiswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

1 AT 25 15 15 25 80

2 AA 25 15 15 25 80

3 ARR 25 15 15 25 80

4 ANP 25 20 20 30 95

5 ANS 30 15 15 30 90

6 AH 25 20 15 20 80

7 BNMM 25 15 20 20 80

8 CW 25 20 15 20 80

9 DS 25 20 15 20 80

10 DA 25 15 20 20 80

11 DD 25 15 20 20 80

12 DSL 25 20 15 20 80

13 EAN 25 15 20 20 80

14 GDS 25 20 15 20 80

15 JP 25 15 20 20 80

16 LBB 25 20 15 20 80

17 MS 25 15 20 20 80

18 MA 25 15 20 20 80

19 MH 25 20 15 20 80

20 NA 25 20 15 20 80

21 NS 30 15 20 25 90

22 NU 25 15 20 20 80

23 NH 25 15 20 20 80

24 NAI 20 15 16 20 71

25 RV 25 20 15 20 80


(20)

hasil pekerjaan yang telah mereka buat. Semua siswa mengoreksi dan menganalisis pekerjaan yang telah didapat dengan memperhatikan petunjuk guru dan materi yang telah diberikan sebelumnya. Waktu yang dialoksikan pada tahap inti 60 menit. Sebelum pembelajaran berakhir, guru dan siswa menyimpulkan, dan melakukan refleksi terhadap kegiatan pembel-ajaran menulis surat pribadi. Pada tahap inti alokasi waktunya adalah 10 menit. Hasil I siklus II terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan hal-hal berikut. a. Pada aspek bahasa yang digunakan, telah

mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 85,59 b. Pada aspek bentuk surat, telah mencapai

hasil nilai rata-rata sebesar 85,81 Tabel 4

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pribadi dengan Writing Process pada Siklus II

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Bahasa (30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai 27 RHS 25 20 15 20 80 28 RA 30 15 20 25 90 29 SP 25 20 15 20 80 30 SY 20 15 16 20 71 31 SW 25 20 15 20 80 32 TAS 25 20 15 20 80 33 VN 25 15 20 20 80 34 VJ 30 15 20 25 90 35 WSA 30 20 20 30 100 36 WZ 30 20 20 30 100 37 OP 25 15 15 25 80 Jumlah skor 950 635 642 820 3047 Jumlah skor

maksimal

1110 740 740 1110 3700 Nilai

rata-rata per-aspek

85,59 85,81 86,76 73,87 82,35

c. Pada aspek ejaan, telah mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 86,76

d. Pada aspek isi surat, telah mencapai hasil nilai rata-rata sebesar 73,87

e. Total nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 82,35.

Data tersebut menunjukkan telah tercapai harapan peneliti mencapai target yang diinginkan yaitu nilai ketuntasan 71 pada semua siswa dan pada semua aspek yang dinilai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Pembahasan

Hasil observasi atas aktivitas guru pada saat pembelajaran pada awal, siklus I, dan siklus II menunjukkan guru telah berhasil membangkit-kan semangat dan keaktifan siswa dalam berdiskusi, mereka banyak memberikan komen-tar atau bertanya dalam penulisan surat pribadi maupun hasil tulisan teman, dan siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Perubahan prilaku siswa itu terjadi karena model writing process mampu menggali kompetensi siswa dan menuntut proses belajar dalam diri siswa serta memberikan ruang gerak bagi siswa dalam belajar. Hal ini didukung pula dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dibanding-kan metode pembelajaran yang konvensional. Menurut Gipayana (1994), peningkatan itu disebabkan oleh pemberian pengalaman kepada siswa melakukan proses eksplorasi gagasan pada tahap prapenulisan, sharing dan

penyun-Bahasa Yang digunakan

Bentuk surat Ejaan Isi surat 85.59 85.81 86.76

73.87

Gambar 3

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pribadi dengan Writing Process pada Siklus II


(21)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

tingan serta melakukan evaluasi diri terhadap tulisan yang dibuatnya. Selanjutnya, perubahan perilaku siswa tersebut berakibat meningkatnya kompetensi dan hasil belajar siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Warsito dalam Depdiknas (2006:125), hasil kegiatan belajar ditandai deng-an addeng-anya perubahdeng-an perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sedangkan menurut Slameto (2008:7), hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.

Pembelajaran menulis surat pribadi pada siklus I terdapat dua orang siswa yang belum mendapat nilai 71, dan belum mencapai nilai ketuntasan 71, maka harus ditingkatkan pada siklus II. Penyebabnya adalah terdapat beberapa siswa yang masih bingung dan tidak mengerti dengan tahap pembelajaran serta pemanfaatan metode writing process belum optimal sehingga siswa belum sepenuhnya memperhatikan pelajaran dengan baik. Dalam menulis surat pembaca, siswa masih kurang dapat mencapai indikator kompetensi terlihat dari bahasa yang digunakan, bentuk surat, ejaan dan isi surat pada surat pembaca yang dibuatnya.

Pada Siklus I, aspek isi surat belum mencapai kriteria ketuntasan, sehingga harus dilakukan upaya peningkatan pada siklus II. Siswa belum menulis isi surat sesuai dengan tema yang telah ditentukan, topiknya belum dikembangkan secara optimal dan isi belum jelas dan terarah. Dengan demikian kualitas pembelajaran menulis surat pribadi tersebut masih perlu ditingkatkan khususnya berkaitan dengan keaktifan siswa dalam memahami dan mencatat penjelasan dari guru. Di samping itu, siswa ternyata belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga guru perlu memberi batasan waktu bila memberi tugas pada siswa.

Pada siklus II kemampuan menulis surat pribadi siswa meningkat lagi. Sebanyak 37 siswa sudah memenuhi (KKM) nilai di atas 70 atau ketuntasan klasikal 100%. Dengan demikian, peningkatan ketuntasan klasikal kemampuan menulis surat pribadi dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 73,14 menjadi 79,46. Sedangkan

dari siklus I ke siklus II meningkat dari 79,46 menjadi 82,35. Data kemampuan menulis surat pribadi siswa menunjukkan, dari jumlah keseluruhan 37 siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai di atas 71. Hal ini mengalami peningkatan dari siklus I dengan nilai rata-rata kelas 82,35 pada siklus II. Hasil tersebut menunjukkan, proses pembel-ajaran pada siklus II sudah berjalan dengan baik. Evaluasi dan refleksi menunjukkan, siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Sehingga semua berjalan sesuai dengan rencana. Perubahan yang ditemukan terjadi karena siswa sudah terbiasa menggunakan model writing process serta langkah-langkah (step) penerapan model writing process sudah dikuasai oleh siswa sehingga berakibat meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi. Peningkatan itu disebabkan oleh pemberian pengalaman kepada murid untuk melakukan proses eksplorasi gagasan pada tahap prapenu-lisan, sharing dan penyuntingan untuk melaku-kan evaluasi diri terhadap tulisan yang dibuatnya (Gipayana, 1994).

Penelitian ini menemukan, pada saat menyampaikan materi guru sebaiknya tidak harus selalu berada di depan kelas, agar anak yang berada dibelakang mendengar dengan jelas dan menghindari anak dari berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam mengerja-kan tugas kelompok, peran guru sangat dibutuh-kan untuk membimbing, memotivasi, dan mengarahkan siswa mengerjakan tugas. Siswa tidak dapat dilepaskan begitu saja dalam mengerjakan tugas kelompok kalau pembelajar-an ypembelajar-ang diinginkpembelajar-an tercapai.

Siklus I dan II terbukti dapat meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi. Dalam siklus I dan II, guru menggunakan penerapan model pembelajaran writing process dalam pembelajaran menulis surat pribadi yang membuat siswa tertarik. Sebelum peneliti menggunakan model pembel-ajaran writing process, siswa terlihat kurang tertarik mengikuti pelajaran menulis surat pribadi. Akan tetapi, setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran model writing process dalam pengajaran menulis surat pribadi, siswa terlihat tertarik untuk mengikuti pembelajaran.


(22)

Keterampilan menulis surat pribadi pada siklus I meningkat. Siswa yang memenuhi KKM sebanyak 35 siswa dari 37 siswa atau ketuntasan klasikal 95% dan sisanya, sebanyak dua siswa belum mencapai KKM. Pada siklus II kemam-puan menulis surat pribadi siswa meningkat lagi sebanyak 37 siswa yang sudah memenuhi (KKM) nilai di atas 71 atau ketuntasan klasikal 100%. Berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II ternyata menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Setelah diadakan tindakan pada siklus II maka beberapa aspek pada siklus I yang masih belum memenuhi harapan peneliti ternyata pada siklus II sudah memenuhi harapan dan semua

Bahasa yang digunakan

Bentuk surat Ejaan Isi surat

70.63 77.57 77.03 70.09

80.27 84.73 85,95

70.81

85.59 85.95 86.76

73.87

Kondisi Awal Siklus I

Gambar 4

Pencapaian Hasil Belajar Siswa Menulis Surat Pribadi dengan Writing Process pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Tabel 4

Peningkatan Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Nama

Siswa

Aspek yang dinilai Bahasa

(30)

Bentuk surat (20)

Ejaan (20)

Isi surat (30)

Nilai

1 Pra Siklus 70,63 77,57 77,03 70,09 73,14

2 Siklus I 80,27 84,73 85,95 70,81 79,46

3 Siklus II 85,59 85,81 86,76 73,87 82,30

4 Peningkatan Siklus I ke

Siklus II

5,32 1,08 0,81 3,06 2,84

aspek mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat digambarkan dalam Tabel 4.

Gambar 4 dan Tabel 4 menunjukkan, penggunaan model writing process dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis surat pribadi. Mutu proses dan hasil pembelajaran siswa meningkat terlihat dari kemampuan menulis surat pribadinya. Peningkatan ini terlihat mulai kegiatan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Penelitian ini telah membuktikan peningkatan yang signifikan pada kemampuan

menulis surat pribadi siswa dengan menggunakan metode writing process siswa. Peningkatan ini terjadi karena sebagai suatu proses, menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari, menulis sebagai suatu proses mengandung makna bahwa menulis terdiri dari sejumlah tahapan. Dengan demikian, pada dasarnya proses menulis dilakukan secara bertahap sejak kegiatan awal pra menulis sampai pelahiran produk tulisan. Setiap tahap kegiatan itu mengandung berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru-siswa maupun guru-siswa-guru-siswa dalam bentuk interaksi yang


(23)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

kolaboratif. Proses menulis meliputi perencana-an, penulisperencana-an, serta perevisian. Dengan demi-kian, pembelajaran menulis bertujuan menga-rahkan siswa agar memiliki kemampuan menulis dilaksanakan guru dalam bentuk pembelajaran yang menekankan kegiatan menulis pada proses. Selanjutnya, tindak lanjut hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk pembelajaran menulis yang lain seperti menulis surat dinas, surat pembaca, dan sebagainya.

Simpulan

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran writing process dapat meningkatkan keaktifan siswa dan mengubah sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti mengobrol sendiri, tidak memperhatikan penjelasan dari guru, dan kurang antusias siswa mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan presentase rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Kedua, model pembelajaran writing process dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi. Nilai rata-rata kemampuan menulis surat pribadi dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan sehingga disimpulkan, model pembelajaran writing process terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terutama dalam pembelajaran menulis surat pribadi.

Saran

Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran Menulis Surat Pribadi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model writing process disarankan untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam kelas dan mampu mengembangkan pola pikir kreatif agar siswa tidak merasa bosan. Peran guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis suratpribadi hendaknya dimulai menggunakan model writing process, mengingat metode pembelajaran tersebut mampu menggali kompetensi siswa menuntut proses belajar

dalam diri siswa dan memberikan ruang gerak bagi siswa dalam belajar apalagi didukung suasana pembelajaran yang menyenangkan dibandingkan metode pembelajaran yang konvensional.

Daftar Pustaka

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditam

Alawiyah, Tuti. (2015). Pengembangan Instru-men Penilaian Praktikum di Laborato-rium Kimia SMA pada Kurikulum 2013. Jurnal Guru Dikmen, Vol 1, No. 1 November 2015, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Andika, Reka (2016). 5 Tahapan dalam proses

menulis di Sekolah Dasar” https:// biasamembaca.blogspot.co.id/2016/11/ 5-tahapan-dalam-proses-menulis-di.html diakses pada tanggal 25 Desember 2016 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas (2006). Bunga rampai keberhasilan guru dalam pembelajaran (SMA, SMK dan SLB), Jakarta: Depdiknas

Dewi, Wendi Widya Ratna. (2010). Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII semester I, Klaten : PT Intan Pariwara

Ghofur, Abdul. (2013). Proposal penerapan model writing Process,”http://aghofurtea23. blogspot.co.id/2013/10/proposal-penerapan-model-writing-proses.html diakses pada tanggal 09 September 2016 Gipayana, M. (1994). Pengaruh PBM dengan pendekatan step terhadap keberhasilan pengajaran keterampilan menulis siswa Sekolah Dasar. Dalam Sekolah Dasar: Kajian teori dan praktik pendidikan, Th.3, NO. 2, November 1994, hal. 156-157 Haryanto, Slamet. (2014). Peningkatan

keterampil-an menulis surat pribadi melalui pembelajar-an kontekstual pada siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi


(24)

Tahun Pelajaran 2011/2012,” Universitas Muhammadiyah Surakarta http:// e p r i n t s . u m s . a c . i d / 3 1 4 8 6 / 1 6 / 02._NASKAH_ PUBLIKASI.pdf diakses pada tanggal 09 September 2016

Herawati, Indah. (2015). Pengaruh Imbalan dan Efikasi Diri terhadap Inovasi Guru SMA Negeri di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Jurnal Guru Dikmen, Vol 1, No. 1 November 2015, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Kemendikbud. (2013). Pedoman lomba inovasi pembelajaran bagi guru SMP Tahun 2013. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

Sagala, Syaiful (2010). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Slameto, (2008). Proses belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian hasil proses belajar mengajar (cetakan XV), Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Suranto, Basowi, Sukidin. (2002). Manajemen penelitian tindakan kelas.Insan Cendekia Suranto, Mohamad Yunus. (2010). Keterampilan

dasar menulis Modul 1, Jakarta : Universitas Terbuka

Tarigan, Hendri Guntur. (1994). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa

Wiriaadmadja. Rochiati. (2005). Metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen.Bandung : Rosda Karya Zainurrahman. (2011). Menulis: Dari teori hingga


(25)

Pengaruh Perhatian Orangtua dan Interaksi Teman Sebaya

Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Interaksi Teman

Sebaya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia

Lida Betsaida Sipayung E-mail: lidachem@yahoo.co.id SMAK Tirtamarta BPK PENABUR Penelitian

T

Abstrak

ujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh langsung perhatian orang tua terhadap kemampuan pemecahan masalah Kimia, (2) Pengaruh langsung interaksi teman sebaya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah Kimia,(3) Pengaruh langsung perhatian orang tua terhadap interaksi teman sebaya, dan (4) Pengaruh tidak langsung perhatian orang tua terhadap kemampuan pemecahan masalah Kimia melalui interaksi teman sebaya. Metode penelitian adalah metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan angket. Analisa data dengan metode statistika deskriptif koefisien korelasi dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Terdapat pengaruh langsung yang signifikan perhatian orangtua terhadap kemampuan pemecahan masalah kimia siswa dibuktikan dengan nilai th 2,838 > tt 1,980 (2) Terdapat pengaruh langsung yang tidak siqnifikan Interaksi teman sebaya terhadap kemampuan pemecahan masalah kimia siswa dibuktikan dengan nilai th 0,290 < tt 1,980 (3) Terdapat pengaruh langsung yang signifikan perhatian orang tua terhadap Interaksi teman sebaya siswa dibuktikan dengan nilai th 2,370 > tt 1,980. Dan (4) Terdapat pengaruh tidak langsung yang tidak signifikan perhatian orangtua terhadap kemampuan pemecahan masalah kimia melalui interaksi teman sebaya siswa dibuktikan dengan nilai th 0,073 < tt 1,980. Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah kimia di SMA. Kata-kata kunci: perhatian orangtua, interaksi teman sebaya, kemampuan pemecahan masalah kimia.

Influences of Parents’ Attention and Interaction with Peers on Problem Solving in Chemistry Abstract

The objective of this study is to examine: (1) the direct influence of parents’ attention on problem-solving in Chemistry, (2) the direct influence of interaction with peers on problem-solving in Chemistry, (3) the direct influence of parents on interaction with peers, and (4) the indirect influence of parents’ attention on problem-solving in Chemistry through interaction with peers. The methodology used in this study was survey. Data collection was performed by means of a written test and a questionnaire. The data was analyzed using descriptive coefficient correlation statistics and Path Analysis. The findings that the study revealed are as follows: (1) the study showed a significant direct influence between parents’ attention and students’ problem solving in Chemistry proven by the value th 0.2090 < tt 1,980 (2) the study showed a non-significant direct influence between peers interaction on students’ problem-solving in Chemistry as proven by th 0.290 < tt 1.980 (3) the study showed a significant direct influence between parents’ attention and peer interaction as proven by the value th 2.370 > tt 1.980. And (4) the study showed non-significant indirect influence between parents’ attention on problem-solving in Chemistry through peer interaction as proven by the value th 0.073 < tt 1.980. The findings of this study can be recommended to solve problems related to chemistry at the high-school level.

Keywords: parent’s attention, interaction with friends within the same age group, ability to solve problems related to chemistry


(26)

Pendahuluan

Kemajuan zaman di berbagai lini mengakibatkan perubahan budaya manusia dan menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja, dan manusia tetap berusaha hidup lebih baik. Emansipasi wanita dalam dunia kerja tentu saja akan berdampak pada keluarga. Motivasi belajar siswa berkurang, semangat belajar menurun, perkelahian antar pelajar dan bullying semakin biasa. Berdasarkan data, nilai SKHUN hasil belajar siswa SMA menurun drastis 2 tahun belakangan. Kompetensi dasar kimia SMA dan MA seperti tercantum dalam Kurikulum 2013 adalah memahami, menerap-kan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Dalam belajar kimia, kemampuan pemecahan masalah menjadi hal yang sangat penting dan merupakan indikator keberhasilan dalam pelajaran Kimia (Nastiti dkk, 2012:1). Siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba memecahkan masalah (Santyasa, 2008: 4).

Pada tingkat SMA di Indonesia mata pelajaran Kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan di antaranya selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran Kimia dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Menurut Slameto (2010: 54) ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pertama, faktor intern terdiri dari faktor jasmani yaitu kondisi fisik dan kondisi panca indera, dan faktor psikilogi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Kedua, faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga , faktor sekolah dan

faktor masyarakat. Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, perhatian orang tua, relasi antaranggota. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah. Faktor masyarakat seperti media massa, teman bergaul, dan kegiatan siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, guru, dan siswa saja tetapi juga menjadi tanggung jawab orangtua dan masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan lingkung-an pendidiklingkung-an pertama ylingkung-ang mempunyai perlingkung-an besar dalam membentuk karakteristik anak. Keluarga sendiri mencerminkan bagaimana masa depan anak karena pengaruhnya sangat besar bagi perjalanan hidup anak. Lingkungan keluarga (orangtua dan saudara) adalah sangat dominan dalam keberhasilan belajar siswa. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan orang tua. Orang tua memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, dan sebagai guru bagi anaknya. Orang tua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan menjadi inspirasi bagi anak. Orang tua harus memperhatikan pendidikan dan perkembangan belajar anaknya. Perhatian orang tua adalah pemusatan perbuatan orang tua terhadap anak yang timbul karena kesadaran akan tujuan dan kegunaan yang diperolehnya. Perhatian orangtua dalam konteks kegiatan belajar anak, dapat dimaknai sebagai upaya atau perbuatan orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak dalam kegiatan belajarnya agar anak mampu meraih prestasi belajar yang optimal. Dalam konteks terhadap perkembangan anak, perhatian orang tua dapat dimaknai sebagai usaha orang tua untuk membantu anak supaya dapat menjalani masa perkembangannya. Menurut Pratikno (2012: 21), ada 5 bentuk perhatian orang tua terhadap anaknya, yaitu: pemberian bimbingan dan nasehat, pengawasan terhadap anak, pemberian penghargaan dan hukuman, pemenuhan fasilitas belajar, serta penciptaan suasana rumah yang tenang, nyaman, dan tenteram.

Yang dimaksud perhatian di sini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan


(1)

Tabel 5

Daftar Kegiatan Eskul

Jenjang Eskul Pilihan Eskul Wajib Pendamping

TKK - - Tari

- Komputer - Berhitung

- Guru les tari - Guru TIK - Guru kelas masing-masing

SDK - Mipa - English club - Seni musik - Seni tari - Seni lukis - Calistung - Basket Futsal

- Pramuka Disesuaikan dengan kompetensi guru yang dibutuhkan (diambil dari luar sekolah)

SMPK - Vocal grup - IPA - Matematika

- Pramuka - Bhs. Inggris - Komputer - Tataboga

Disesuaikan dengan kompetensi guru yang ada

yang ada di BPK PENABUR Indramayu mulai dari jenjang TK, SD, dan SMPK PENABUR Indramayu, dapat dilihat pada tabel 5.

Prestasi yang telah dicapai BPK PENABUR Indramayu selama ini telah membawa nama Lembaga Pendidikan BPK PENABUR Indramayu dikenal oleh masyarakat luas, baik itu Lembaga Pendidikan maupun masyarakat sekitar dan hal ini menambah semangat para karyawan, guru dan pengurus untuk tetap memberikan yang terbaik dalam dunia pendidikan. Prestasi yang telah diperoleh juga menjadi salah satu jembatan untuk menarik minat calon peserta didik baru pada masa yang akan datang dan prestasi ini diharapkan terus meningkat sehingga BPK PENABUR Indramayu dapat menjadi pilihan bagi calon peserta didik baru, bahkan tak hanya menarik minat penganut agama minoritas saja tetapi juga agama mayoritas, data prestasi dapat dilihat pada Tabel 6 (untuk jenjang TKK), Tabel 7 (untuk jenjang SDK), dan Tabel 8 (untuk jenjang SMPK).

Motivasi dari pemimpin juga menjadi salah satu hal yang tak kalah penting dalam pelaksanaan setiap program kerja yang ada di BPK PENABUR Indramayu, oleh karena itu

dukungan Kepala Sekolah yang saat ini menjabat menjadi salah satu faktor dimana setiap kegiatan dapat berjalan baik dan hal ini juga didukung dengan ada-nya pengurus setempat yang selalu mendukung setiap program kerja di BPK PENA-BUR Indramayu.

Tabel 9 -10 memaparkan nama Pengurus BPK PENA-BUR Indramayu dan Tabel 11 memaparkan Kepala Sekolah yang menjabat dan yang saat ini menjabat di BPK PENABUR Indramayu.

Prestasi ini akan terus berkembang jika ditunjang dengan sarana dan prasa-rana yang lengkap dan BPK PENABUR Indramayu tetap berupaya memberikan fasili-tas terbaik bagi para siswa dan siswi BPK PENABUR Indramayu.

Berikut beberapa

penunjang kegiatan belajar mengajar yang berada di BPK Penabur Indramayu:

1. Laboratorium IPA

2. Laboratorium Bahasa

3. Laboratorium Komputer

4. Perpustakaan

5. UKS

6. Lapangan serba guna

7. Ruang multi

Ilmu Pengetahuan Alam yang didapatkan peserta didik melalui penyampaian materi akan lebih maksimal jika didukung dengan adanya alat-alat praktikum dimana pemanfaatan Lababoratium menjadi upaya untuk meningkatkan keterampilan dibidang ilmiah melalui praktikum dengan pemantauan dari guru yang berkompeten dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi hal dasar yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik dan pendidik juga dituntut agar mendapatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai perkembangan IPTEK di masa globalisasi yang saat ini terus berkembang


(2)

122 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 27/Tahun ke-15/Desember 2017 Profil BPK PENABUR Indramayu

dengan sangat cepat. Oleh karena itu BPK

PENABUR Indramayu menyediakan

laboratorium komputer guna mendukung perkembangan IPTEK para peserta didik dan pengajar.

Adanya kebijakan literasi yang dicanang-kan oleh Pemerintah guna meningkatdicanang-kan minat baca peserta didik menjadi sorotan utama yang saat ini berusaha dikembang oleh BPK PENABUR Indramayu melalui program wajib membaca, pojok baca, story telling dan program lain yang tujuannya adalah untuk menarik minat baca peserta didik.

Hal ini didukung dengan buku-buku menarik yang disesuiakan dengan usia peserta didik di BPK PENABUR Indramayu. Lalu BPK PENABUR Indramayu juga memaksimalkan penggunaan UKS sebagai sarana penyampaian perkembangan kesehatan peserta didik serta berbagai kegiatan positif seperti seminar kesehatan yang dilakukan BPK PENAUR Indramayu dengan melibatkan Puskesmas terdekat sebagai sarananya. Memanfaatkan lapangan serbaguna dan ruang multi menjadi alternatif untuk menyalurkan semangat peserta didik ketika ketika ada kegiatan guna meningkatkan kesehatan jasmani maupun rohani.

Selalu berusaha memberikan pelayanan yang tulus merupakan salah satu ciri yang dilekatkan oleh lembaga pendidikan BPK PENABUR Indramayu bagi setiap peserta didik maupun orang tua yang telah mempercayakan putra-putri mereka untuk mengenyam pendidikan di BPK PENABUR Indramayu dan hal ini selalu dilandaskan pada nilai dasar yang ditanamkan oleh seluruh PENABUR yaitu N2K. Demikian profil singkat Lembaga Pendidikan BPK PENABUR Indramayu dan berharap profil singkat ini memberikan informasi mengenai Sekolah BPK PENABUR Indramayu agar lebih dikenal. Tuhan memberkati.

Tabel 6

Data Prestasi Siswa TKK Tahun 2014 -2016 No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2012 Lomba mewarnai

Juara I Kecamatan

2. 2012 Lomba mewarnai

Harapan I

Kecamatan

3. 2013 Lomba mewarnai

Harapan I

Kecamatan 4. 2013 Lomba foto

sleek

Juara III Kecamatan

5. 2013 Lomba mewarnai

Harapan II

Kecamatan

6. 2014 Menyalin kalimat

Juara I Kecamatan 7. 2014 Matematika

dasar

Juara II Kecamatan

8. 2014 Matematika dasar

Juara III Kecamatan

9. 2014 Matematika dasar

Harapan I

Kecamatan

10. 2014 Mewarnai Juara II Kecamatan 11. 2014 Duet anak Juara III Penabur

Rayon Matius 12. 2014 Tari kreasi Juara II Penabur

Rayon Matius 13. 2014 Tari kreasi

guru

Juara II Penabur Rayon Matius 14. 2014 Duet guru Harapan

I

Penabur Rayon Matius 15. 2014 Mewarnai

majalah ceria

Juara III Kecamatan

16. 2015 Matematika dasar

Juara I Kecamatan

17. 2015 Matematika dasar

Juara II Kecamatan 20. 2015 Matematika

dasar

Harapan I

Kecamatan

21. 2015 Matematika dasar

Harapan 4


(3)

Tabel 7

Data Prestasi Siswa SDK Tahun 2014 -2016 No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2015 Pesta Siaga Harapan I

Kabupaten

2. 2016 Matematika Juara II Kecamatan

3. 2016 Taekwondo Juara I Wilayah III Cirebon 4. 2016 IPA Juara III Kecamatan 5. 2016 Olimpiade

Matematika

Juara III Kabupaten

6. 2016 IPA Juara II Kecamatan

Tabel 8

Data Prestasi Siswa SMPK Tahun 2009 -2016 No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat 12. 2010 Menyanyi

Solo

Juara I Kabupaten

13. 2010 Menyanyi Solo

Juara III Kabupaten 14. 2011 English Tets

Competition

Juara I Wilayah III Cirebon 15. 2011 English Tets

Competition

Juara III Wilayah III Cirebon 16. 2011 Olimpiade

Matematika

Harapan II

Wilayah III Cirebon 17. 2011 O2SN Karate Juara I Kabupaten 20. 2011 O2SN Cipta

Lagu

Juara I Kabupaten

21 2011 O2SN catur Juara II Kabupaten 22 2011 O2Sn

Renang

Juara III Kabupaten 23 2011 OSN

Matematika

Juara I Kabupaten

24 2011 OSN Fisika Juara III Kabupaten 25 2011 Cipta Lagu Harapan

I

Provinsi

26 2012 Olimpiade Matematika

Juara I Wilayah III Cirebon 27 2012 English Tets

Competition

Juara I Wilayah III Cirebon 28 2012 English Tets

Competition

Juara III Wilayah III Cirebon

29 2012 Modern

Dance

Juara III Wilayah III Cirebon 30 2013 Taekwondo Juara II Wilayah III

Cirebon 31 2014 Video Profil Juara III Penabur 32 2014 Melukis

Topeng

Juara I Penabur

33 2014 OOSN Catur Juara III Kab -Indramayu Tabel 8

Data Prestasi Siswa SMPK Tahun 2009 -2016 No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2009 FLS2N Cipta lagu

Juara I Provinsi 2. 2009 FLS2N Cipta

lagu

Finalis II Nasional

3. 2009 FLS2N Nyanyi Solo

Juara III Kabupaten 4. 2009 Olimpiade

Matematika

Juara II Kabupaten

5. 2009 News Reader Harapan I

Wilayah III Cirebon 6. 2009 News Reader Harapan

II

Wilayah III Cirebon 7. 2009 Speech

Contest

Harapan I

Wilayah III Cirebon 8. 2009 Matematika

Pasiat

Juara I Kabupaten

9. 2010 OSN Matematika

Juara I Kabupaten 10. 2010 O2SN Karate Juara II Kabupaten 11. 2010 Siswa

Berprestasi

Harapan I


(4)

124 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 27/Tahun ke-15/Desember 2017 Profil BPK PENABUR Indramayu

Tabel 10

Pengurus Periode 2014 - 2018

No Nama Jabatan

1 Pdt. Markus Hadinata, S.Si.Teol.

Penasihat

2 Prajitno K e t u a 3 Fredy Max Mihaballo Sekretaris 4 Gunawan Wiyono Bendahara 5 Hadi Budiman Anggota 6 Nirah Wijaya Anggota

Tabel 11

Kepala TKK-SDK-SMPK

Jenjang Tahuan

Pelajaran Nama

TKK 2010 - 2016 Tinawati Indra

Wijaya

2017-sekarang Janti Budiman, BA

SDK 2010 - 2011 Suparjo, S.Pd

2011 -2015 Darmaji, S.Pd.SD

2016-sekarang Subani H.S, S,PdSD

SMPK 2010 - 2011 Etis Suparjo, S.Pd

2011-sekarang Widyawati Agustin, S.Pd Tabel 9

Pengurus Periode 2010 - 2014

No Nama Jabatan

1 Pdt. Edwin Nugraha

Tandraputra, S. H

Penasihat

2 Drs. Damenta

Sembiring

K e t u a

3 Drs. Usaha Sembiring Sekretaris

4 Nirah Wijaya Bendahara 1

5 Gemi Kasio Bendahara 2

6 Hadi Budiman Bagagian

Pendidikan

7 Andreas Daniel

Pelupessy

Bagian Pendidikan

8 Gunawan Wiyono Bagian Sarpras

Tabel 8

Data Prestasi Siswa SMPK Tahun 2009 -2016

No Tahun Jenis

Lomba Juara Tingkat

34 2015 Semaphore Penggalang Putra

Juara I

PENABUR

35 2015 LKBB

Tingkat Penggalang

JuaraI PENABUR

36 2015 Jelajah

Internet

Juara III

Wilayah III Cirebon

37 2016 Singing

Contest

Juara III

Wilayah III Cirebon

38 2016 Singing

Contest

Hara-pan II

Wilayah III Cirebon


(5)

Acuan Penulisan Ilmiah

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka 2. Kajian Empiris 3. Kajian/ Studi Kasus 4. Evaluasi 5. Kajian Kebijakan 6. Kajian Pengembangan 7. Analisis Deskriptif/Opini 8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar b. Alamat e-mail Pribadi c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu v. Hasil & Saran

b. Panjang 150 -200 kata Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata Kunci Minimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasa i. Bahasa Indonesia ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan a. Isi

i. Latar Belakang Masalah ii. Rumusan Masalah iii. Manfaat Penelitian iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuk i. Deskriptif ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Data i. Kualitatif ii. Kuantitatif

b. Pembahasan

i. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasi i. Makro/Umum ii. Mikro/Khusus

7. Penutup

a. Kesimpulan b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA b. Jumlah referensi minimal 5 c. Dirujuk langsung dlm tulisan d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

1. Format: A4


(6)