1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya gambaran keseluruhan kadar natrium dan kalium penderita kontusio serebri di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2012.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar natrium dan kalium penderita kontusio serebri di IGD RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jumlah penderita kontusio serebri di RSUP H. Adam Malik, Medan
2. Untuk mengetahui jumlah penderita kontusio serebri berdasarkan penyebabnya di RSUP H. Adam Malik, Medan
3. Untuk mengetahui gambaran kadar natrium dan kalium kontusio serebri berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam malik, Medan
4. Untuk mengetahui gambaran kadar natrium dan kalium kontusio serebri berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik, Medan
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUP H.Adam Malik dalam mengelola penanganan dan perawatan penderita kontusio
serebri. 1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang
berhubungan dengan kontusio serebri.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Elektrolit
Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks, didalamnya terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti jantung, otak dan ginjal.
Juga ada ‘rumah-rumah’ pelanggan berupa sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan ‘perintah’ dari pembangkit
ke rumah-rumah pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation elektrolit yang bermuatan positif
dan anion elektrolit yang bermuatan negatif. Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau
dibutuhkan tubuh. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008 Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah Natrium Na
+
, Kalium K
+
, Kalsium Ca
2+
, Magnesium Mg
2+
. Sedangkan anion adalah Klorida Cl
-
, HCO
3 -
, HPO
4 -
, SO
4 -
. Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama besar sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel
cairan diluar sel, kation utama adalah Na
+
sedangkan anion utamanya adalah Cl
- .
. Sedangkan di intrasel di dalam sel kation utamanya adalah kalium K
+
. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Disamping sebagai pengantar aliran listrik, elektrolit juga mempunyai banyak manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya :
•
Natrium : fungsinya sebagai penentu utama osmolaritas dalam darah dan pengaturan volume ekstra sel.
•
Kalium : fungsinya mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh.
•
Klorida : fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam
cairan ekstrasel.
Universitas Sumatera Utara
•
Kalsium : fungsi utama kalsium adalah sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini
dapat berpindah ke dalam darah.
•
Magnesium : Berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur pergerakan Ca
2+
ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan kekuatan pembuluh darah tubuh. The College of Emergency
Medicine Doctors.net.uk, 2008 Tidak semua elektrolit akan kita bahas, hanya kalium dan natrium yang
akan kita bahas. Ada dua macam kelainan elektrolit yang terjadi ; kadarnya terlalu tinggi hiper dan kadarnya terlalu rendah hipo. The College of Emergency
Medicine Doctors.net.uk, 2008
2.1.1. Hiponatremia Definisi
Hiponatremia didefinisikan sebagai serum Na ≤ 135 mmol l.
Hiponatremia dilaporkan memiliki insiden dalam praktek klinis antara 15 dan 30. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Penyebab dan klasifikasi
Penyebab hiponatremia lihat Tabel 2.1 diklasifikasikan menurut status cairan pasien euvolemik,hipovolemik, atau hypervolaemic. Pseudohiponatremia
ditemukan ketika ada pengukuran natrium rendah karena lipid yang berlebihan atau protein dalam plasma, atau karena hiperglikemia dimana pergerakan air
bebas terjadi ke dalam ruang ekstraselular dalam menanggapi akumulasi glukosa ekstraseluler Biswas Davies, 2007.
Sistem klasifikasi menyoroti pentingnya menilai status cairan. Sebagai
contoh, pasien dengan Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
Secretion SIADH harus euvolemik, sedangkan pasien dengan cerebral salt wasting dapat memiliki gambaran yang identik dengan SIADH natrium serum
rendah, natrium urin tinggi dengan konsentrasi urin yang tidak tepat kecuali pasien akan menjadi hipovolemik. Penyebab SIADH tercantum dalam Tabel 2.2.
Biswas Davies, 2007
Universitas Sumatera Utara
Hiponatremia hipovolemik yang mungkin paling sering terlihat di UGD, hasil dari hilangnya air dan natrium, tetapi relatif lebih banyak natrium. Ada tiga
penyebab utama hypervolaemic hiponatremia: congestive cardiac failure CCF, gagal ginjal dan sirosis hati. Dalam kasus ini jumlah natrium tubuh meningkat
tetapi jumlah total air dalam tubuh tidak proporsional lebih besar mengarah ke hiponatremia dan edema. Penurunan curah jantung di CCF menyebabkan
penurunan aliran darah ginjal, merangsang produksi ADH dan resorpsi air di collecting ducts. Penurunan aliran darah ginjal juga merangsang sistem renin-
angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan air. Hiponatremia di CCF juga dapat diperburuk oleh penggunaan diuretik. Ini telah ditunjukkan dalam beberapa
penelitian bahwa hiponatremia di CCF adalah faktor prognosis yang buruk Clayton et al, 2006.
Sirosis hati merupakan salah satu faktor menyebabkan hiponatremia. Ini termasuk pengurangan volume sirkulasi, hipertensi portal menyebabkan ascites,
dan kegagalan hati untuk metabolisme zat vasodilatasi. Perubahan ini mengakibatkan stimulasi sistem renin-angiotensin dan retensi natrium dan air.
Hiponatremia terjadi karena konsumsi berlebihan air dan ekskresi natrium yang relatif lebih rendah seperti pada pelari maraton, tetapi mekanisme lain yang
dijelaskan dalam literature lain meliputi peningkatan ADH, dan menurunnya motilitas usus Barsaum levine, 2002.
Table 2.1. Klasifikasi hiponatremia
Euvolaemic Hypovolaemic
Hypervolaemic Other
SIADH Psychogenic
polydipsia
GIT loss:
Diarrhoea and vomiting
Bowel obstruction
GI sepsis CCF
Liver cirrhosis Nephrotic
syndrome Hyperglycaemia
Mannitol administration
Universitas Sumatera Utara
The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008 Table 2.2 Penyebab SIADH
The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Gejala klinis
Gejala-gejala dan tanda-tanda hiponatremia dapat sangat halus dan non spesifik lihat Tabel 2.3. Hal ini penting untuk menentukan apakah hiponatremia
ini akut memburuk dalam ≤ 48 jam atau kronis memburuk dalam ≥ 48 jam.
Tingkat toleransi natrium jauh lebih rendah jika hiponatremia berkembang menjadi kronis. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Renal loss :
Addison’s disease
Renal tubular acidosis
Salt wasting nephropathy
Diuretic use cerebral salt
wasting
CNS Malignancy
Pulmonary disease
Drugs not exhaustive
Miscellaneous
Stroke Meningitis
Encephalitis Neurosurgery
Trauma Malignancy
Lung oat cell Pancreas
Prostate Urological
Leukaemia Lymphoma
Infection TB
Abscess Cystic
fibrosis Pulmonary
vasculitis Carbamazepine
Tricyclic antidepressants
Phenothiazines Omeprazole
Vincristine Opiates
SLE
Universitas Sumatera Utara
Etiologi hiponatremia harus dipertimbangkan ketika melakukan anamnesa dan melakukan pemeriksaan pasien, misalnya cedera kepala, bedah saraf,
abdominal symptoms and signs , pigmentasi kulit terkait dengan penyakit Addison, riwayat obat, dll. Status cairan pasien sangat penting untuk diagnosis
dan pengelolaan selanjutnya. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Tabel 2.3 Gambaran klinis dari hiponatremia
Severity Expected plasma
sodium Clinical features
Mild 130 – 135 mmol l
Often no features, or, anorexia, headache,
nausea, vomiting, lethargy Moderate
120 – 129 mmol l Muscle cramps, muscle
weakness, confusion, ataxia, personality change
Severe ≤ 120 mmol l
Drowsiness, reduced reflexes, convulsions,
coma, death The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Pemeriksaan
Pertama, pastikan bahwa hiponatremia cocok dengan gambaran klinis. Pemeriksaan laboratorium awal harus mencakup glukosa, natrium plasma,
osmolalitas plasma, fungsi ginjal dan hati, ditambah natrium urin dan osmolalitas urin. Berbagai kombinasi dari status volume klinis dinilai dan konsentrasi natrium
urin pada pasien dengan hiponatremia disajikan pada Tabel 2.4. Tes-tes lain untuk mendiagnosa penyebabnya mungkin diperlukan seperti fungsi tiroid, lipid, dan
fungsi adrenal. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008 Tabel 2.4 Kombinasi khas hasil
Volume status Urinary sodium
Likely diagnosis
Universitas Sumatera Utara
The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Pengobatan
Pengobatan hiponatremia harus dipertimbangkan dari kronisitasnya, keseimbangan cairan pasien, dan potensi etiologinya. Dalam hiponatremia akut
durasi ≤ 48 jam , pengobatan yang cepat dan koreksi natrium disarankan untuk
mencegah edema serebral. Hal ini berbeda dengan hiponatremia kronis, di mana koreksi harus lambat untuk mencegah central pontine myelinolysis yang dapat
menyebabkan kerusakan saraf permanen. Target yang harus dicapai untuk meningkatkan natrium ke tingkat yang aman
≥ 120 mmol l. Natrium tidak harus mencapai level normal dalam 48 jam pertama. The College of Emergency
Medicine Doctors.net.uk, 2008 Central pontine myelinolysis adalah suatu kondisi dimana terjadi
demielinasi fokus di daerah pons dan extrapontine. Hal ini menyebabkan dampak serius dan ireversibel gejala sisa neurologis yang cenderung dilihat satu sampai
tiga hari setelah natrium telah diperbaiki. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Pada pasien dengan hiponatremia akut dan gejala sisa neurologis kejang atau koma pengobatan dapat dimulai dengan 3 saline Androgue dan Madias,
Hypovolaemia Low
≤ 10 mmol l Extrarenal sodium loss e.g.
GIT loss, burns, fluid sequestration peritonitis,
pancreatitis Hypovolaemia
High
≥ 20 mmol l Renal salt wasting e.g. salt
losing nephropathy, hypothyroidism, adrenal
insufficiency Hypervolaemia
Low
≤ 10 mmol l CCF, liver cirrhosis, nephrotic
syndrome sodium retention due to poor renal perfusion –
see text Euvolaemia
High
≥ 40 mmol l SIADH
Universitas Sumatera Utara
2000. Tidak ada konsensus universal untuk penggunaan atau dengan rezim yang harus diberikan: bisa dimulai pada 1-2 ml kg jam dengan pengukuran rutin
natrium serum, urin dan status kardiovaskular. Disarankan agar natrium dikoreksi tidak lebih dari 8 mmol dalam 24 jam. Furosemide juga dapat digunakan untuk
mengeluarkan air yang berlebihan. Androgue Madias, 2000 Ada berbagai formula yang digunakan untuk menghitung volume cairan
dan natrium yang akan diberikan. Salah satu contoh adalah rumus Madias Androgue, tetapi ada beberapa variasi yang juga dapat digunakan Barsaum
Levine, 2002. Hiponatremia hipovolemik terkait penyakit Addison harus ditangani
dengan saline isotonik dan menggunakan hormon pengganti dengan hidrokortison. Pasien-pasien ini dapat memerlukan sejumlah besar penggantian
cairan ketika mereka berada dalam keadaan krisis. Hiponatremia kronis dapat diobati dengan menghilangkan penyebab misalnya diuretik dan pembatasan
cairan menjadi sekitar 500-800 ml hari. Vasopresin antagonis reseptor adalah kelompok baru obat untuk pengobatan hiponatremia. Mereka bekerja dengan
menghalangi pengikatan ADH AVP - arginin vasopressin di nefron distal, sehingga mempromosikan ekskresi air bebas. Tolvaptan adalah salah satu obat
tersebut dan telah terbukti efektif meningkatkan natrium serum pada euvolemik atau hypervolaemic hiponatremia kronis Schrier et al, 2006.
2.1.2. Hipernatremia
Definisi
Hipernatremia didefinisikan sebagai natrium serum lebih besar dari 145 mmol l dan selalu dikaitkan dengan keadaan hiperosmolar. Ada morbiditas dan
mortalitas yang signifikan terkait dengan hipernatremia yang sulit untuk dihitung karena hubungannya dengan komorbiditas serius lainnya. Beberapa studi telah
Universitas Sumatera Utara
mengutip angka kematian setinggi 75 akibat hipernatremia. Semenovskaya Z, 2007.
Hipernatremia menyebabkan dehidrasi sel yang menyebabkan sel-sel menyusut. Sel-sel merespon dengan mengangkut elektrolit melintasi membran sel
dan mengubah potensial membran menjadi istirahat. Sekitar satu jam kemudian jika masih ada hipernatremia, larutan organik intraseluler dibentuk untuk
mengembalikan volume sel dan mencegah kerusakan struktural. Oleh karena itu ketika mengganti air harus dilakukan dengan sangat perlahan untuk
memungkinkan akumulasi zat terlarut untuk menghindari edema serebral. Semenovskaya Z, 2007.
Jika hipernatremia berlanjut dan sel-sel mulai menyusut, perdarahan otak dapat terjadi karena peregangan dan pecahnya pembuluh darah menjembatani
subdural, subarachnoid atau intraserebral. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Penyebab dan klasifikasi
Penyebab hipernatremia dapat dibagi menjadi tiga kategori besar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5. Ini sering memiliki penyebab iatrogenik dan
yang paling berisiko pada pasien yang diintubasi , bayi yang hanya meminum susu formula, atau orang tua dan orang-orang dalam perawatan yang tidak
memiliki cairan yang tersedia bagi mereka atau mereka yang memiliki penurunan reseptor kehausan. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Tabel 2.5 Penyebab hipernatremia
Reduced water intake Loss of free water
Sodium gain
Unwell infants e.g. with diarrhoea and vomiting
Intubated patients Institutionalised elderly
1. Extra-renal:
Dehydration Burns
Exposure Gastrointestinal losses
2. Renal:
Osmotic diuretics e.g. Primary
hyperaldosteronism Conns
Secondary hyperaldosteronism e.g.
CCF, liver cirrhosis, renal failure, nephrotic
Universitas Sumatera Utara
Glucose, urea, mannitol Diabetes Insipidus see
table 6 syndrome
Iatrogenic –
Sodium bicarbonate
administration; hypertonic saline administration
The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Presentasi klinis
Gambaran klinis hipernatremia non spesifik seperti anoreksia, mual, muntah, kelelahan dan mudah tersinggung. Seperti natrium meningkat akan ada
perubahan dalam fungsi neurologis yang lebih menonjol jika natrium telah meningkat pesat dan tingkat tinggi. Bayi cenderung menunjukkan takipnea,
kelemahan otot, gelisah, tangisan bernada tinggi, dan kelesuan menyebabkan koma. Diagnosis diferensial utama untuk gejala-gejala tersebut pada populasi ini
adalah sepsis yang bisa diperparah oleh hipernatremia. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Investigasi
Investigasi harus mengikuti pendekatan yang sama untuk hiponatremia dengan perhitungan kesenjangan osmolar, natrium urin dan osmolalitas bersama
dengan penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari. The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Dengan ginjal penyebab kehilangan air, osmolalitas urin akan sangat rendah, sedangkan pada penyebab ekstra-ginjal, osmolalitas urin akan sangat
tinggi ≥ 400 mosm l, ginjal mencoba untuk menghemat air. The College of
Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Pengobatan
Manajemen terdiri dari mengobati penyebab yang mendasari dan memperbaiki hipertonisitas tersebut. Seperti dengan hiponatremia, aturan umum
adalah untuk memperbaiki tingkat natrium pada tingkat di mana ia naik. Jika
Universitas Sumatera Utara
natrium tersebut diperbaiki terlalu cepat ada risiko mengakibatkan edema serebral. Saran yang baik adalah bertujuan untuk 0,5 mmol l jam dan maksimal 10 mmol
l hari dalam semua kasus kecuali onsets sangat akut. Dalam hipernatremia akut ≤ 48 jam natrium dapat diperbaiki dengan cepat tanpa menimbulkan masalah.
Namun, jika ada keraguan untuk tingkat onset, natrium harus diperbaiki perlahan selama setidaknya 48 jam. The College of Emergency Medicine
Doctors.net.uk, 2008
2.1.3. Hipokalemia Definisi
Hipokalemia kadar kalium yang rendah dalam darah adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEqL darah.
The College of Emergency Medicine Doctors.net.uk, 2008
Penyebab
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi
secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar dalam waktu yang lama atau
polip usus besar. Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari. Kalium bisa hilang
lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium,
air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Dawodu S, 2004
Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang
menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar. Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang yang
mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Penderita sindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi terlahir dengan penyakit ginjal bawaan dimana mekanisme ginjal untuk menahan kalium
terganggu. Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma albuterol, terbutalin dan teofilin, meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan
mengakibatkan hipokalemia. Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia. Dawodu S, 2004
Gejala Klinis
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang lebih berat kurang dari 3 mEqL darah bisa menyebabkan
kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak
normal, terutama pada penderita penyakit jantung. Dawodu S, 2004
Pengobatan
Tingkat-tingkat serum kalium diatas 3.0 mEqliter tidak dipertimbangkan bahaya atau sangat mengkhawatirkan; mereka dapat dirawat
dengan penggantian potassium melalui mulut. Tingkat-tingkat yang lebih rendah dari 3.0 mEqliter mungkin memerlukan penggantian intravena. Keputusan-
keputusan adalah spesifik pasien dan tergantung pada diagnosis, keadaan-keadaan dari penyakit, dan kemampuan pasien untuk mentolerir cairan dan obat melalui
mulut. Dawodu S, 2004 Melalui waktu yang singkat, dengan penyakit-penyakit yang membatasi
sendiri seperti gastroenteritis dengan muntah dan diare, tubuh mampu untuk mengatur dan memulihkan tingkat-tingakt potassium dengan sendirinya.
Bagaimanapun, jika hypokalemia adalah parah, atau kehilangan-kehilangan potassium diperkirakan berjalan terus, penggantian atau suplementasi potassium
mungkin diperlukan. Dawodu S, 2004
Universitas Sumatera Utara
Pada pasien-pasien yang meminum diuretiks, seringkali jumlah yang kecil dari potassium oral mungkin diresepkan karena kehilangan akan berlanjut selama
obat diresepkan. Suplemen-suplemen oral mungkin dalam bentuk pil atau cairan, dan dosis-dosisnya diukur dalam mEq. Dosis-dosis yang umum adalah 10-20mEq
per hari. Secara alternatif, konsumsi dari makanan-makanan yang tinggi dalam potassium mungkin disarankan untuk penggantian. Pisang-pisang, apricot-aprocit,
jeruk-jeruk, dan tomat-tomat adalah tinggi dalam kandungan potassiumnya. Karena potassium diekskresikan dikeluarkan di ginjal, tes-tes darah yang
memonitor fungsi ginjal mungkin diperintahkan untuk memprediksi dan mencegah naiknya tingkat-tingkat potassium yang terlalu tinggi. Dawodu S,
2004 Ketika potassium perlu diberikan secara intravena, ia harus diberikan
secara perlahan-lahan. Potassium mengiritasi vena dan harus diberikan pada kecepatan dari kira-kira 10 mEq per jam. Begitu juga, menginfus potassium
terlalu cepat dapat menyebabkan iritasi jantung dan memajukan irama-irama yang berpotensi berbahaya seperti ventricular tachycardia. Dawodu S, 2004
2.1.4. Hiperkalemia Definisi Hiperkalemia
Secara teknis, hiperkalemia berarti tingkat potassium dalam darah yang naiknya secara abnormal. Tingkat potassium dalam darah yang normal adalah 3.5-
5.0 milliequivalents per liter mEqL. Tingkat-tingkat potassium antara 5.1 mEqL sampai 6.0 mEqL mencerminkan hyperkalemia yang ringan. Tingkat-
tingkat potassium dari 6.1 mEqL sampai 7.0 mEqL adalah hyperkalemia yang sedang, dan tingkat-tingkat potassium diatas 7 mEqL adalah hyperkalemia yang
beratparah. Dawodu, S 2004
Gejala-Gejala Hiperkalemia
Universitas Sumatera Utara
Hiperkalemia dapat menjadi asymptomatic, yang berarti bahwa ia tidak menyebabkan gejala-gejala. Adakalanya, pasien-pasien dengan hyperkalemia
melaporkan gejala-gejala yang samar-samar termasuk:
•
mual,
•
lelah,
•
kelemahan otot, atau
•
perasaan-perasaan kesemutan. Gejala-gejala hyperkalemia yang lebih serius termasuk denyut jantung
yang perlahan dan nadi yang lemah. Hyperkalemia yang parah dapat berakibat pada berhentinya jantung yang fatal. Umumnya, tingkat potassium yang naiknya
secara perlahan seperti dengan gagal ginjal kronis ditolerir lebih baik daripada tigkat-tingkat potassium yang naiknya tiba-tiba. Kecuali naiknya potassium
adalah sangat cepat, gejala-gejala dari hyperkalemia adalah biasanya tidak jelas hingga tingkat-tingkat potassium yang sangat tinggi secara khas 7.0 mEql atau
lebih tinggi. Dawodu S, 2004
Penyebab Hyperkalemia
Penyebab-penyebab utama dari hyperkalemia adalah disfungsi ginjal, penyakit-penyakit dari kelenjar adrenal, penyaringan potassium yang keluar dari
sel-sel kedalam sirkulasi darah, dan obat-obat. Dawodu S, 2004
Disfungsi ginjal
Potassium nornmalnya disekresikan dikeluarkan oleh ginjal-ginjal, jadi penyakit-penyakit yang mengurangi fungsi ginjal-ginjal dapat berakibat pada
hyperkalemia. Ini termasuk:
•
gagal ginjal akut dan kronis,
•
glomerulonephritis,
Universitas Sumatera Utara
•
lupus nephritis,
•
penolakan transplant, dan
•
penyakit-penyakit yang menghalangi saluran urin kencing, seperti urolithiasis batu-batu dalam saluran kencing.
Lebih jauh, pasien-pasien dengan disfungsi-disfungsi ginjal terutama adalah sensitif pada obat-obat yang dapat meningkatkan tingkat-tingkat potassium
darah. Contohnya, pasien-pasien dengan disfungsi-disfungsi ginjal dapat mengembangkan perburukan hyperkalemia jika diberikan pengganti-pengganti
garam yang mengandung potassium, jika diberikan suplemen-suplemen potassium secara oral atau intravena, atau obat-obat yang dapat meningkatkan tingkat-
tingkat potassium darah. Contoh-contoh dari obat-obat yang dapat meningkatkan tingkat-tingkat potassium darah termasuk:
•
ACE inhibitors,
•
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs NSAIDs,
•
Angiotensin II Receptor Blockers ARBs, dan
•
Diuretics hemat potassium lihat dibawah. trauma, penyebab lain:
•
Luka-luka bakar,
•
Operasi,
•
Hemolysis disintegrasi atau kehancuran sel-sel darah merah,
•
Massive lysis dari sel-sel tumor, dan
•
Rhabdomyolysis kondisi yang melibatkan kehancuran sel-sel otot yang adakalanya dihubungkan dengan luka otot, alkoholisme, atau
penyalahgunaan obat.
Obat-Obat
Suplemen-suplemen potassium, pengganti-pengganti garam yang mengandung potassium dan obat-obat lain dapat menyebabkan hyperkalemia.
Universitas Sumatera Utara
Pada individu-individu yang normal, ginjal-ginjal yang sehat dapat beradaptasi pada pemasukan potassium oral yang berlebihan dengan meningkatkan ekskresi
potassium urin, jadi mencegah perkembangan dari hyperkalemia. Bagaimanapun, memasukan terlalu banyak potassium melalui makanan-makanan, suplemen-
suplemen, atau pengganti-pengganti garam yang mengandung potassium dapat menyebabkan hyperkalemia jika ada disfungsi ginjal atau jika pasien meminum
obat-obat yang mengurangi ekskresi potassium urin seperti ACE inhibitors dan diuretics hemat potassium. Dawodu S, 2004
Contoh-contoh dari obat-obat yang mengurangi ekskresi potassium urin termasuk:
•
ACE inhibitors,
•
ARBs,
•
NSAIDs,
•
Diuretics hemat potassium seperti:
o
Spironolactone Aldactone,
o
Triamterene Dyrenium, dan
o
Trimethoprim-sulfamethoxazole Bactrim. Meskipun hyperkalemia yang ringan adalah umum dengan obat-obat ini,
hyperkalemia yang parah biasanya tidak terjadi kecuali obat-obat ini diberikan pada pasien-pasien dengan disfungsi ginjal. Dawodu S, 2004
2.2. Trauma Kepala 2.2.1. Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis.
Hasan Sjahrir,2004. Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut
bersifat non-degeneratif non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta
berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran. Dawodu dan Sutantoro 2004. Trauma kepala merupakan trauma pada kepala yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kerusakan kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala, selaput otak dengan pembuluh darahnya, dan jaringan otak itu sendiri. Dawodu
S, 2004.
Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
accelerasi – descelarasi yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan, serta
rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Trauma kepala adalah suatu gangguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak Brunner
Suddarth, 2002
Trauma kepala adalah trauma mekanik pada kepala baik secara langsung atau tidak langsung yang dapat menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen. Kadri A, 2007
2.2.2. Anatomi Otak dan Anatomi Trauma Kepala Anatomi Otak
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Gambaran otak Ranchman S, 2009
Gambar. 2.2 Bagian – bagian otak Ranchman S, 2009
Anatomi Tauma kepala
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.3 Brain hematom Medical.net, 2009
Gambar. 2.4 Indikasi trauma kepala Ranchman S, 2009
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.5 lokasi hematoma Ranchman S, 2009
2.2.3. Klasifikasi Trauma Kepala
Ada beberapa jenis klasifikasi trauma kepala, tetapi dengan berbagai pertimbangan dari berbagai aspek, maka bagian neurologi menganut pembagian
sebagai berikut : a. Trauma kepala yang tidak membutuhkan tindakan operatif 95 terdiri
atas : 1. Komosio serebri
2. Kontusio serebri 3. impressi fraktur tanpa gejala neurologis 1 cm
4. Fraktur basis kranii 5. Fraktur kranii tertutup
Universitas Sumatera Utara
b. Trauma kepala yang memerlukan tindakan operatif 1-5 1. Hematoma intra kranial yang lebih besar dari 75 cc Epidural Subdural
Intraserebral 2. Fraktur kranii terbuka + laserasio serebri
3. Impressi fraktur dengan gejala neurologis 1 cm 4. Likuorrhoe yang tidak berhenti dengan pengobatan konservatif
Sebagai penambah pengetahuan perlu dijelaskan bahwa ada beberapa sentra yang membagi klasifikasi atas dasar sehubungan dengan Glasgow Coma
Scale yaitu : Mild head injury GCS score : 13-15 Moderate head injury GCS score : 9-13 Severe head injury GCS score : 8
Jika angka GCS dibawah 8 dan komanya lebih dari 6 jam maka menunjukkan kerusakan otak yang parah dan prognosa biasanya jelek. Lebih
dalam dan lama komanya juga menggambarkan atau mempunyai korelasi dengan lebih dalamnya letak kerusakan otaknya.Sjahrir H, 2004
2.3. KONTUSIO SEREBRI
Definisi
Kontusio serebri yaitu suatu keadaan yang disebabkan trauma kepala yang menimbulkan lesi perdarahan interstisial nyata pada jaringan otak tanpa
terganggunya kontinuitas jaringan dan dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang menetap. Jika lesi otak menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, maka
ini disebut laserasio serebri.Sjahrir H, 2004
Kontusio serebri adalah memar pada jaringan otak yang disebabkan oleh trauma tumpul maupun cedera akibat akselerasi dan deselerasi yang dapat
menyebabkan kerusakan parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar kapiler pembuluh darah otak. Pada kontusio serebri terjadi perdarahan di dalam jaringan
otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Pada beberapa kasus kontusio serebri dapat
berkembang menjadi perdarahan serebral. Namun pada cedera berat, kontusio
Universitas Sumatera Utara
serebri sering disertai dengan perdarahan subdural, perdaraham epidural, perdarahan serebral ataupun perdarahan subaraknoid. Indharty S, 2013
Freytag dan Lindenberg 1957 mengemukakan bahwa pada daerah kontusio serebri terdapat dua komponen, yaitu daerah inti yang mengalami
nekrosis dan daerah perifer yang mengalami pembengkakan seluler yang diakibatkan oleh edema sitotoksik. Pembengkakan seluler ini sering dikenal
sebagai pericontusional zone yang dapat menyebabkan keadaan lebih iskemik sehingga terjadi kematian sel yang lebih luas. Hail ini disebabkan oleh kerusakan
autoregulasi pembuluh darah di pericontusional zone sehingga perfusi jaringan akan berkurang akibat dari penurunan mean arterial pressure MAP atau
peningkatan tekanan intrakranial. Proses pembengkakan ini berlangsung antara 2 hingga 7 hari. Penderita yang mengalami kontusio ini memiliki risiko terjadi
kecacatan dan kejang di kemudian hari. Indharty S, 2013
Gambar 2.6. Mekanisme Terjadinya Kontusio Kepala Indharty S, 2013 Penyebab penting terjadinya lesi kontusio adalah akselerasi kepala yang juga
menimbulkan pergeseran otak dengan tulang tengkorak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat akan menyebabkan hiperekstensi
kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularisdifus. Akibat hambatan itu, otak tidak mendapat input aferen sehingga kesadaran hilang
selama blockade reversible berlangsung. Indharty S, 2013
Patofisiologi dan Gejala
Pasien tidak sadar 20 menit
Fase I = fase shock
Keadaan ini terjadi pada awal 2 x 24 jam disebabkan : -
kolaps vasomotorik dan kekacauan regulasi sentral vegetatif - tempesratur tubuh menurun, kulit dingin, ekstremitas dan muka sianotik
- respirasi dangkal dan cepat
- nadi lambatsebentar kemudian berubah jadi cepat, lemah dan iregular -
tekanan darah menurun -
refleks tendon dan kulit menghilang -
babinsky refleks positif - pupil dilatasi dan refleks cahaya lemah
Fase II = fase hiperaktif central vegetatif
- temperatur tubuh meninggi
- pernafasan dalam dan cepat
- takikardi
- sekret bronkhial meningkat berlebihan
- tekanan darah menaik lagi dan bisa lebih dari normal
- refleks-refleks serebral muncul kembali
Fase III = cerebral oedema
Fase ini sama bahayanya dengan fase shock dan dapat mendatangkan kematian jika tidak ditanggulangi secepatnya.
Fase IV = fase regenerasirekonvalesens
Temperatur tubuh kembali normal, gejala fokal serebral intensitas berkurang atau menghilang kecuali lesinya luas.
Pada contusio cerebri memar otak terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun
Universitas Sumatera Utara
neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan
pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang
batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input
aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung. Sjahrir H, 2004
Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate menimbulkan gejala defisit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang
positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran puli kembali, si penderita biasanya menunjukkan organic brain syndrome. Lesi akselerasi-deselerasi, gaya
tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai bagian tubuh yang lain, namun kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan densitas antar tulang
kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot densitas yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung dan tulang kepala akan bergerak lebih dulu
sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, pada dasar tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan antara jaringan otak dan tonjolan
tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial berupa hematom subdural, hematom intra serebral, hematom intravertikal, kontra coup kontusio.
Selain itu gaya akselerasi dan deselarasi akan menyebabkan gaya tarik atau robekan yang menyebabkan lesi diffuse berupa komosio serebri, diffuse axonal
injuri. Sjahrir H,2004 Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme- mekanisme yang beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi
pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga
karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul. Sjahrir H, 2004
Gejala lain : Fokal neurologik :
Universitas Sumatera Utara
• Hemiplegia, tetraplegia, decerebrate rigidity • Babinsky reflex
• Afasia, hemianopsia, kortikal blindness • Komplikasi saraf otak :
- fraktur os criribroformis : gangguan N. I olfaktorius - fraktur os orbitae : gangguan N. III, IV dan VI
- herniasi uncus, gangguan N. III - farktur os petrosum hematotympani : gangguan N. VII dan N.
VIII - perdarahan tegmentum : batang otak ; opthalmoplegia total
- fraktur basis kranii post : gangguan N. X, XI, XII • Tanda rangsang meningeal : akibat iritasi daerah yang mengalir ke
arachnoid • Gangguan organik brain sindroma : delirium
Kontusio Serebri pada Anak-anak
Kontusio serebri pada anak-anak dibawah 6 tahun kadang-kadang gejalanya berbeda dengan dewasa antara lain :
1. adanya fase latent, dimana anak tersebut tak menunjukkan kelainan kesadaran dan tingkah laku. Fase latent ini dapat berlangsung sampai 16 jam.
2. sesudah fase latent, diikuti serangan akut gejala fokal serebral serta kehilangan kesadaran dan kejang-kejang.
3. jika kondisi kontusionya tidak berat maka sesudah 4 hari sang anak pulih normal bermain-main seakan tidak ada apa-apa lagi.
Hal ini disebabkan anak-anak tidak melalui fase I shock, tapi langsung ke fase II. Di duga hal tersebut dikarenakan tulang kranium anak masih elastis
sehingga berfungsi sebagai shock absorber yang baik terhadap trauma. Mardjono M Priguna S, 2004
Diagnostik bantu : 1. Brain CT-Scan, MRI
Universitas Sumatera Utara
2. LP bercampur darah 3. EEG abnormal
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut nyeri kepala, pusing berhubungan dengan agen injuri fisik, biologis, psikologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dan fisiologis .
c. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler. d. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah
jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli.
Terapi
Tindakan yang diambil pada keadaan kontusio berat ditujukan untuk mencegah meningginya tekanan intracranial.
1. Usahakan jalan nafas yang lapang dengan: • Membersihkan hidung dan mulut dari darah dan muntahan
• Melonggarkan pakaian yang ketat • Menghisap lender dari mulut, tenggorokan dan hidung suction
• Untuk amannya gigi palsu harus dilepaskan jika ada • Bila perlu pasang pipa endotrakea atau lakukan trakeotomi
• Oksigen diberikan bila tidak ada hiperventilasi
2. Hentikan perdarahan 3. Bila ada fraktur, pasang bidai untuk fiksasi
4. Letakkan pasien pada posisi miring, hingga bila muntah dapat bebas keluar dan tidak mengganggu jalan nafas
5. Berikan profilaksis antibiotika bila ada luka-luka yang berat 6. Bila ada shock, infuse dipasang untuk memberikan cairan yang sesuai. Bila tidak
ada shock, pemasangan infuse tidak perlu dilakukan dengan segera. Pada hari
Universitas Sumatera Utara
pertama, pemberian infuse berikan 1,5L cairanhari, 0,5L adalah NaCl 0,9. Bila digunakan glukosa, pakailah yang 10 untuk mencegah menghebatnya edema
otak dan kemungkinan timulnya edema pulmonal. Setelah hari keempat jumlah cairan perlu ditambah hingga 2,5L24jam. Bila bising usus sudah terdengar, baik
diberikan makanan cair per sonde. Mula-mula dimasukan glukosa 10 100cm³ tiap 2 jam untuk menambah kekurangan cairanyang telah masuk dengan infus.
Pada hari berikutnya diberi susu dan makanan cair lengkap 2-3 kali perhari, 2000 kalori, kemudian infus dicabut.
7. Pada keadaan edema otak yang hebat diberikan manitol 20 dalam infus sebanyak 250cm³ dalam waktu 30menit yang dapat diulang tiap 12-24 jam.
8. Furosemide intramuscular 20mg24jam, selain meningkatkan dieresis berkhasiat mengurangi pembentukan cairan otak
9. Untuk menghambat pembentukan edema serebri diberikan deksametason dalam rangkaian pengobatan sebagai berikut:
• Hari 1 : 10mg intravena diikuti 5mg tiap 4 jam
• Hari 2 : 5mg intravena tiap 6 jam
• Hari 3 : 5mg intravena tiap 8 jam
• Hari 4-5 : 5mg intramuskular 12 jam • Hari 6
: 5mg intramuskular 10. Pemantauan keadaan penderita, selain keadaan umumnya perlu diperiksa secara
teratur PCO ₂ dan PO₂ darah. Keadaan yang normal adalah PCO₂ sekitar 42mmHg
dan PO ₂ diatas 70mmHg. Harsono, 2005
prognosis
Prognosis setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar, terutama pada pasien dengan cedera berat. Skor GCS waktu masuk rumah sakit memiliki
nilai prognostik yang besar: skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan meninggal 85 atau tetap dalam kondisi vegetatif, sedangkan pada pasien dengan GCS 12
atau lebih kemungkinan meninggal atau vegetatif hanya 5 – 10. Sindrom pascakonkusi berhubungan dengan sindrom kronis nyeri kepala, keletihan, pusing,
Universitas Sumatera Utara
ketidakmampuan berkonsentrasi, iritabilitas, dan perubahan kepribadian yang berkembang pada banyak pasien setelah cedera kepala. Sering kali berturnpang-
tindih dengan gejala depresi. Mansjoer et al, 2000
2.4. Dampak kadar natrium dan kalium pada kontusio serebri