Hakikat Manusia Konseling Berpusat Pribadi

8 menerapkan prinsip-prinsip yang sama pada semua pribadi —normal, neurotik, dan psikotik, 3 konseling dan psikoterapi hanyalah salah satu contoh hubungan yang konstruktif, dan 4 sikap-sikap konselor —genuineness, nonpossessive acceptance, dan accurate empathy – merupakan kondisi yang mutlak diperlukan dan mencukupi bagi efektivitas konseling, 5 teori KBP berkembang melalui penelitian tentang proses dan hasil konseling, dan 6 menekankan pada kekuatan dari dalam diri individu dan dampak revolusioner dari kekuatan tersebut.

3. Struktur dan Perkembangan Kepribadian

Kepribadian terdiri atas organisme, medan fenomena, dan self. Organisme merupakan suatu kebulatan diri: Pikiran, perasaan, tingkahlah laku, wadah fisik baik disadari maupun tidak, mereaksi sebagai kebulatan terhadap medan fenomena untuk memuaskan kebutuhannya, dan dalam menghadapi pengalaman, organisme mungkin melambangkan dalam kesadaran, menolak atau mengabaikannya Hansen, Stefic, Warner, 1982. Medan fenomena adalah semua yang dialami individu yang disebut dunia pribadi dan menjadi sumber kerangka acuan internal dalam memandang kehidupan, dan dunia pengalaman individu tersebut terus berubah baik internal maupun eksternal, dan beberapa peristiwa ada yang diamati secara sadar dan ada yang tidak. Self Diri adalah konsep paling penting dalam teori kepribadian Rogers. Diri merupakan bagian terdeferensiasi dari medan fenomena yang terdiri dari serangkaian persepsi dan nilai-nilai yang berkaitan dengan diri. Self tersebut selalu dalam proses yang terus berubah dan berkembang karena interaksi dengan dunia pengalaman. Rogers tidak mengemukakan tahap-tahap perkembangan secara rinci, namun ia menekankan pentingnya penilaian orang lain terhadap anak dalam proses perkembangannya. Jika penilaian orang lain semata-mata positif terhadap anak, maka kesenjangan antara organisme dan self tidak akan terjadi. Jika individu hanya menerima penghargaan positif tanpa syarat, maka conditions of worth tidak akan berkembang sehingga self regard menjadi tidak bersyarat, kebutuhan terhadap positive self regard tidak akan berbeda dengan organismic evaluation sehingga individu berkembang menjadi fully functioning person. Sebaliknya jika individu hanya menerima penghargaan positif