Pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan Kondisi dan Tuntutan Wilayah

26 e. Pengembangan karier dan kemasyarakatan: membelajarkan anak untuk peduli terhadap dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat sebagai orang yang memiliki kewajiban bekerja, produser, konsumer, anggota keluarga, dan partisipan dalam suatu komunitas. 3. Sekolah Menengah Pertama Kondisi anak Sekolah Menengah Pertama yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat mengalami masalah yang lebih kompleks daripada anak-anak sekolah dasar. Tugas konselor di sekolah menengah menurut Gibson dan Mitchell 1981: 67 adalah sebagai berikut: a. asesmen terhadap potensi individu dan karakteristik-karakteristik lainnya b. konseling individual c. konseling kelompok dan kegiatan-kegiatan bimbingan d. bimbingan kaier termasuk menyediakan informasi pendidikan-jabatan e. penempatan, tindak lanjut, evaluasi-akontabilitas f. konsultasi dengan guru dan personel sekolah lainnya, orangtua, ketua kelas, dan lembaga- lembaga kemasyarakatan yang sesuai 4. Sekolah Menengah Atas Siswa Sekolah Menengah Atas di samping mengalami masalah umum seperti di SMP, mereka menglami masalah yang lebih khusus sehubungan dengan peminatan bidang studi dan perencanaan karier, dan persiapan hidup berkeluarga. Sehubungan dengan kondisi demikian, tugas konselor di SMA: a. Orientasi siswa: memperkenalkan pada siswa dan orang tuanya tentang program studi di SMA b. Kegiatan Penilalan atau Asesmen: konselor menggunakan observasi dan teknik pengumpulan data lain untuk mengidentifikasi sifat dan kemampuan individu selama di SMA c. Konseling individual dan kelompok d. Konsultasi. Sehubungan perkembangan kebutuhan dan penyesuaian diri siswa, konselor dapat memberikan informasi pada bagian pengajaran, orangtua, tenaga administrasi. 27 e. Penempatan: menelaah peminatan secara mendalam terhadap siswa, memberikan informasi yang luas dan mendalam terhadap pilihan studi di pendidikan tinggi, memberi informasi tentang kursus atau pelatihan bagi siswa yang ingin bekerja f. memberi bimbingan pada siswa-siswa yang ingin mempersiapkan diri untuk hidup berkeluarga. 5. Sekolah Menengah Kejuruan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan dipersiapkan untuk masuk dalam dunia kerja sesuai dengan jurusan atau konsentrasi studinya. Sehubungan dengan kondisi demikian, tugas konselor secara umum: a. Orientasi bidang kejuruan yang ada pada SMK b. Asesmen atau penilaian, apakah siswa cocok pada bidang pilihannya c. Konseling karier d. Penempatan e. Peningkatan kepuasan kerja 6. Pendidikan tinggi Menurut Gibson dan Mitchell 1980, tugas konselor di perguruan tinggi adalah sebagai berikut. a. Penempatan sesuai minat studi b. Layanan konseling vokasional c. Layanan pribadi d. Layanan akademik: Kegiatan perluasan program, workshop e. Konseling sebaya 28 DAFTAR PUSTAKA Burks, H. M. Stefflre, Bufford. 1979. Theories of counseling. 3 Ed. New York: McGraw- Hill Book Company. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: Depdiknas. Gibson, R.L., Mitchell, M.H. 1981. Introduction to guidance. USA: Macmillan Publishing Gysbers, Norman C. Henderson, Patricia. 2006. Developing Managing Your School Guidance and Counseling Program. 4ed. Alexandria, LA: ACA. Miller, F.W., Fruchling, J.A., Lewis, G.J. 1978. Guidance Principles and Services. 3ed. Columbus, Ohio: Charler E. Merril Publishing Company. Mortensen D.G. Schmuller, A.M. 1976. Guida ce i today’s schools. New York: John Willey Sons.Inc Pietrofesa, J.J. 1980. Guidance: An Introduction. USA: Rand McNally College Publishing Company. Prayitno Amti, E. 1994. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: PPMTK Dikti. Sciara, D.T. 2004. School counseling: Foundations and contemporary issues. Australia: Thomson Brookscole. Shertzer, B. Stone, S.C. 1981. Fundamentals of guidance. 4ed. Boston: Houghton Mifflin Company. Stoops, E. Wahlquist, G.L. 1958. Principles and practices in guidance. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. Worzbyt, J.C., O’Rouke, K., Da de eau, C.J. 2 . Elementary school counseling: A commitment to caring and community building. New York and Hove: Brunner- Routledge. 1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARANPAKET KEAHLIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

M. Ramli Nur Hidayah

Ella Faridati Zen Elia Flurentin Blasius Boli Lasan Imam Hambali KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 2

BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

KOMPETENSI INTI Mengembangkan program bimbingan dan konseling KOMPETENSI DASAR 1. Merencanakan program bimbingan dan konseling 2. Melaksanakan program bimbingan dan konseling komprehensif 3. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling URAIAN MATERI PEMBELAJARAN A. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling 1. Analisis Kebutuhan Konseli Pengembangan program yang akuntabel dan relevan dimulai dengan asesmen populasi target. Program bimbingan dan konseling yang baik pada lembaga pendidikan merupakan buah dari perencanaan yang dilakukan dengan baik. Dalam rangka merencanakan program yang dimaksud perlu dilakukan analisis kebutuhan need assessment, untuk mendapatkan informasi- informasi yang akurat mengenai kebutuhan program. Kegiatan analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling mencakup informasi-informasi mengenai kebutuhan peserta didik, lingkungan peserta didik, dan layanan bimbingan dan konseling. Misalnya dalam jenjang pendidikan yang sama dan kelas yang juga sama, namun yang satu sekolah ada di tengah kota dan yang lain di pinggiran kota, maka kebutuhan dan harapan peserta didik dan orangtuanya pasti berbeda. Analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses mengenali kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Analisis kebutuhan adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkanseharusnya atau diharapkan dengan kondisi yang ada. Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau 3 kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Dengan kata lain, analisis kebutuhan adalah kegiatan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat kesenjangan proses pelayanan untuk menetapkan materi, media yang tepat dan relevan dalam mencapai tujuan pelayanan yang mengarah pada pencapaian tugas perkembangan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan paradigma lama: permasalahan diri peserta didik, lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pencapaian tugas-tugas perkembangan secara optimal. Pelaksanaan analisis kebutuhan dalam program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan mengelompokkan masalah yang berkaitan atau yang ada pada peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi melalui mengenali: 1 Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik kesehatan dan keberfungsiannya, kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, temperamen periang, pendiam, pemurung, atau mudah tersinggung, dan karakternya seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab; 2 Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi dan materi pengembangan kompetensi yang ada. Mengenali kebutuhan peserta didik dan lingkungan dapat dilakukan dengan memberikan angket kebutuhan, mengamati, dan mewawancarai subjek. Pada prinsipnya apapun pendekatan yang digunakan, pengukuran kebutuhan bertujuan untuk menentukan prioritas kebutuhan yang akan diprogramkan dalam layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kriteria yang digunakan untuk menganalisis dan mengkonversi data yang menjadi prioritas. Misalnya dengan menggunakan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik SKKPD, atau bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier. Kegiatan pengumpulan data tentang program akan memberikan informasi kualitatif tentang program, dan detail yang menujukkan isi dari stuktur program bimbingan yang sedang berlaku Gysbers, 2006. Dengan demikian dapat pula diketahui