Pendekatan Ruang Lingkup Metode Pengkajian a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data

8 I I I . METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study. Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei. Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada selanjutnya di sintesakan untuk dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Survei adalah mengukur gejala gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk pemecahan masalah Sevilla et al., 1993. Secara umum metode yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah melalui survei pada institusi pendukung pelaksanaan pengembangan kopi dan masyarakat petani di 2 Kabupaten. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

3.2. Ruang Lingkup

Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2014 dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Ruang lingkup kegiatan dibatasi untuk mengkaji pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijakan. Meskipun demikian, metode pengkajian ini akan tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk rumusan alternatif kebijakan dan pelaporan hasil akhir penelitian

3.3. Metode Pengkajian a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Simple Sampling Methode. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih keluarga kepala keluarga dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden pengkajian. 9 Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi Dinas Perkebunan, tingkat kabupaten Dinas Perkebunan, dan pelaksana di tingkat lapangan PPL, petani, pedagang dan pengolah kopi. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut: 1 Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan output, rantai pemasaran dan kelembagaan kelompok tani, koperasi, lembaga pasar, dll 2 Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi. Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari dinas instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi wilayah biofisik, sosial ekonomi dan budaya, laporan akhir tahun dinas perkebunan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi. b. Analisi Data Untuk menjawab tujuan pertama analisis data dilakukan secara deskriptif. Sedangkan tujuan kedua alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem Model Dynamic System. Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. I dentifikasi potensi dan permasalahan Mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari sistem yang akan diamati. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka dan pengumpulan data awal. Dari identifikasi awal terhadap sistem perkopian di Bengkulu, telah dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu diindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas kopi selama ini belum begitu dirasakan manfaatnya oleh pelaku perkopian di Bengkulu. I dentifikasi juga digunakan untuk melihat hubungan nyata antar elemen agar mudah dilakukan diagnosa terhadap sistem. 2. Pemetaan Masalah Black Box Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan berpengaruh dalam model, maka dilakukan pembuatan model awal dan diagram sebab akibat dari sistem perkopian Bengkulu dan hubungannya dengan kesejahteraan petani kopi. Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai variabel input dan asumsi dalam model perkopian Bengkulu. Diagram input - output disusun untuk mengetahui deskripsi skematis dari sistem perkopian di Provinsi Bengkulu yang menjadi objek amatan dalam penelitian ini. 10 3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop Analisa causal loop diagram dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Pendekatan sistem produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen dalam sistem. 4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab akibat menjadi diagram alir flow diagram yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak komputer yang akan digunakan sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan. 5. Verifikasi dan validasi model Verifikasi dan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dari model yang dibuat dengan sistem nyata. Cara yang digunakan dalam validasi model ini adalah membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya. Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan kesalahan kuadran rata-rata. 6. Analisis sensitivitas Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel-variabel yang mempengaruhinya. 7. Rencana Rekomendasi Kebijakan Pembuatan skenario Rekomendasi kebijakan dilakukan untuk pengambil penentu kebijakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan masukan, sebagai bahan bagi pengambil kebijakan. Untuk menjawab tujuan yang ketiga dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : 1. Pembentukan tim penyusun ROK 2015-2019 2. Pembagian tugas tim penyusun ROK 2015-2019 3. Pendalaman materi yang berasal dari lingkup a. Kementerian Pertanian : RPJP , RPJM dan Renstra Badan Litbang, Puslitbangtan, dan BB Pengkajian. b. Permasalahan Daerah : RPJM, RPJP pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu, instansi terkait Dinas Pertanian, Bakorluh, Dinas Peternakan, Dinas perkebunan, dan BKP, Renstra Bapeda, BPP Stada. 4. FGD, konsultasi dan pematangan konsep. 5. Sosialisasi 6. Pencetakan dan publikas renstra. 11 I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu