Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu

11 I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu

4.1.1. Kinerja Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di I ndonesia yang sejak lama telah berusaha di bidang usaha tani kopi dan memberikan kontribusi yang cukup untuk perkopian di I ndonesia. Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menghasilkan kopi yang cukup besar dan menjadikan kopi sebagai produk unggulan di bidang Pekebunan. Kegiatan usaha tani kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 . Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu. I nput produksi ini berupa input tradable terdiri dari pupuk dan pestisida dan input non tradable terdiri dari bibit biaya penyambungan, lahan, dan tenaga kerja. Sejauh ini walaupun komoditas kopi menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Faktor -faktor yang mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani kopi adalah adanya kesempatan kerja yang tersedia, adanya kemampuan kerja yang dimiliki, status lahan yang digarap, luas areal lahan yang digarap, pendapatan yang di terima dari tanaman kopi. Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah terutama Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong telah melaksanakan kegiatan program yang dilakukan dalam bentuk intensifikasi usaha pembagian pupuk, penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon varietas kopi unggul nasional kopi SE dari jember, pembagian mesin pengola hasil panen dan kopi luwak jual biji kopi, kakao, lada pemerintah Kabupaten Kep kopi di Provinsi Bengkulu m peraturan daerah pelarang Kabupaten Kepahiang, Program kegiatan yang be penyambungan dengan pola petani disetiap kecamatan ujan mas, petani kopi leb kecamatan Bermani ilir dan pucuk. 4.1.2. Rekomendasi Kebijak 4.1.2.1. I dentifikasi Potensi I dentifikasi dilakuka aspek biofisik, sosial buday 18 permasalan Gambar 1. Gambar 1. I d Kondisi sistem per Walaupun tiap tahunnya lu harga yang terus meningka yang masih rendah, bera asalan, yaitu sekitar 83 d 12 olah kopi, peningkatan nilai tambah melalui p ak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 te da dan kemiri basah dan resi gudang yang Kepahiang. Dari beberapa kegiatan program masih banyak yang belum berjalan di tingka ngan jual kopi basah dan resi gudang yang pemupukan, teknik budidaya yang m berjalan di tingkat petani seperti peremajaa pola sambung tunas dan pucuk. Peremajaan n berbeda-beda. Seperti di Kabupaten Kepah lebih banyak menggunakan sambung tunas an Kecamatan Muara Kemumu pet ani menggu jakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu nsi dan Permasalahan kan untuk menginventarisir potensi dan per aya, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil ident 1. 1. I dentifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu erkopian Bengkulu ini cenderung sangat m luas areal lahan senantiasa meningkat kare kat. Kualitas yang dihasilkan dari para petani ras kopi yang diperdagangkan umumnya m dan sisa dengan kualitas super. Hal ini yang i perbaikan mutu tentang larangan g dilakukan oleh m pengembangan kat petani seperti ng belum aktif di masih rendah. jaan kopi melalui an kopi ditingkat ahiang kecamat an as sedangkan di gunakan sambung ulu ermasalahan dari ntifikasi diperoleh memprihatinkan. arena dipengaruhi ni adalah kualitas memiliki kualitas ang menyebabkan 13 harga biji kopi Bengkulu dinilai masih rendah. Penilaian itu dikarenakan sebagaian besar kualitas kopi berasal dari petani. Penurunan kualitas tersebut dipicu karena penanganan proses pasca panen yang kurang memadai. Biasanya para petani hanya melakukan penjemuran biji kopi yang telah di panen, hal ini mengakibatkan kualitas yang buruk. Sistem perdagangan kopi di Provinsi Bengkulu dimulai dari produsen yaitu perkebunan rakyat petani. Hasil panen biji kopi dari para petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul ini kemudian sebagian besar akan di jual ke Lampung dan Palembang sisanya akan dijual di pasar lokal maupun industri pengolahan kopi. Harga kopi yang berlaku dipengaruhi oleh pasar ekspor yang ada di Provinsi Lampung. Pedagang besar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang memberlakukan 2 harga beras kopi, yaitu “beras kopi asalan” dengan harga Rp 18.500 kg dan “beras kopi super” dengan harga Rp 19.000 kg. Beras kopi asalan ditandai dengan kadar air sekitar 21-25 dan beras kurang bersih, sedangkan kopi super ditandai dengan kadar air maksimal 20 dan beras kopi bersih. Padagang besar kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang umumnya melakukan pengujian kadar air dengan alat pengukur yang masih sederhana namun menjadi penentu mut lak kualitas dan harga kopi. Kondisi ini menegaskan posisi tawar yang tinggi pada pedagang besar untuk menentukan harga, terutama untuk beras kopi dengan kualitas sangat rendah yang tidak akan ditampung. Margin harga kopi ditingkat pedagang kabupaten lebih tinggi Rp 500 – Rp 1.000 kg dibandingkan tingkat petani. Kendala terbesar dalam perdagang kopi Provinsi Bengkulu adalah mutu beras kopi yang masih rendah, kondisi ini disebabkan penanganan pascapanen yang belum sesuai anjuran. Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi yang diusahakan oleh petani sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis sesuai dengan anjuran, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah, sebagian tanaman kopi sudah rusak tua, terserang hama penyakit. Selain itu produk kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering sedangkan pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut memberikan nilai tambah yang cukup tinggi. 4.1.2.2. Analisis Kebutuhan Komponen Analisis kebutuhan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Hasil wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan produksi kopi terdapat 6 enam pelaku yang secara sistem terkait, dan peran dari masing-masing pelaku dapat dikaji berdasarkan kebutuhan dapat dilihat pad Tabel 1. Analisis kebutuhan usahatanikopi di No Pelaku 1 Petani Kopi 2 Kelompok Tani Kopi 3 Pedagang Pengumpu 4 Pemerintah Daerah 5 Lembaga penelit penyuluhan Sumber : data primer diolah 2 4.1.2.3. I dentifikasi I nput d Dalam proses penin berpikir secara sistem, yan memenuhi kebutuhan dari dijabarkan dalam bentuk d pada Gambar 3. G 14 an kebutuhan masing-masing. Secara le ada Tabel 1. an komponen yang berperan pada pengemban di Provinsi Bengkulu. Kebutuhan Pendapatan meningkat, harga jual kop produktivitas kopi meningkat, kem modal, stabilnya harga kopi. pi Kemudahan modal kerja, kemu teknologi, kemudahan akses pasar. pul Kontuinuitas pasokan kopi, mutu kop jual ke eksportir stabil. h Pendapatan Asli Daerah PAD men kopi stabil, Daya saing produk tinggi. litian Sosialisasi inovasi teknologi hasil perta 2014 t dan Output ningkatan produksi kopi harus dilandasi de ang melihat hubungan antar komponen yang ari masing-masing komponen. Untuk melih diagram input dan output yang secara lengk Gambar 3. diagram input dan output lengkap analisis angan kopi meningkat, mudahan akses udahan akses opi stabil, harga eningkat, Harga i. rtanian. dengan kerangka ang terlibat untuk lihat hal tersebut gkap dapat dilihat 15 Dalam input-output diagram ini yang pertama untuk input tak terkendali ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas sistem produksi kopi, namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai input tersebut. Pada umumnya input tak terkendali merupakan faktor eksternal sistem. Beberapa variabel yang menjadi input tak terkendali dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah Produktivitas lahan, harga pasar, bunga bank, permintaan kopi dunia. I nput terkendali merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh sistem agar dapat menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa variabel yang termasuk kelompok input terkendali yaitu usaha peningkatan mutu kopi, peran kelembagaan, klon unggul, pupuk, penyuluhan, pemeliharaan kebun, intensifikasi dan pengendalian OPT. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat dikontrol oleh sistem, tetapi tidak dapat dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel yang termasuk dalam kelompok lingkungan yaitu kebijakan pemerintah dan iklim. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. I nput tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya stabilitas mutu kopi, stabilitas harga kopi, keuntungan optimal, PAD meningkat, produksi yang memadai serta Konsumsi Kopi meningkat. Sedangkan outuput tak dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input dikehendaki seperti penurunan jumlah produksi dan produktivitas. 4.1.2.4. Struktur Model Analisa causal loop diagram berikut dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Dari variabel yang telah digambarkan diatas dapat diketahui seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan pendapatan petani kopi. Pendekatan sistem produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen dalam sistem yang berikutnya akan digambarkan dalam causal loop diagram pada gambar 4. 16 Gambar 4. struktur model Analisa causal loop diagram merupakan gambaran yang digunakan untuk menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel. Causal loop diagram yang ditunjukkan dalam penelitian ini hanya menggambarkan variabel-variabel secara umum dalam bentuk yang utuh dan belum terbagi ke dalam sub sistem sebagaimana dilakukan pada saat simulasi. Untuk memperjelas hubungan sebab akibat yang terjadi, maka pada bagian analisa ini causal loop diagram akan dijelaskan dalam bentuk causal tree diagram. Gambar 5. Causal Tree diagram Produksi Kopi Bengkulu Harga Kopi Lampung Harga kopi Bengkulu Harga Kopi Palembang Extensifikasi Luas Lahan Produksi kopi Biaya operasional Harga kopi nasional Pendapatan Petani Kualitas petani Produktivitas lahan Produktivitas Lahan Hama PBK I ntensifikasi Provitas Kopi Klon OPT Luas Lahan Kopi Produksi kopi + Sosial-Budaya Mutu + + + Tenaga kerja pertanian + Jumlah penduduk Pertambahan jumlah penduduk + + + Grafting + + Penanganan Pasca panen Pemangkasan + Emisi GRK Populasi + Limbah Pertanian + HARGA KOMODITI HARGA SAPRODI B IAYA USAHATANI P ENDAPATAN P ETANI KEBIJAKAN HARGA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH P ETANI + - - - + PERKEMBANGAN INDUSTRI - - + PERKEMBANGAN PARIWIS ATA SUB MODEL EKONOMI SUB MODEL PRODUKSI - + + + - Naungan + + pupuk + + + Penyuluhan + 17 Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa causal loop tree diagram produksi kopi di Bengkulu dipengaruhi oleh variable harga kopi nasional, luas lahan, dan produktivitas lahan kopi. Produktifitas dipengaruhi hama PBK sebagai pengurang produktivitas dan intensifikasi sebagai faktor yang meningkatkan produktivitas. Sedangkan pendapatan petani mempengaruhi produksi kopi, karena semakin tinggi pendapatan petani kopi maka akan memacu minat petani untuk kembali menanam kopi, sehingga produksi kopi nasional akan semakin naik. Gambar 6. Causal Tree diagram Pendapatan Petani Pendapatan petani kopi ini dapat dilihat dari diagram causal-tree pada gambar 6, bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya operasional perkebunan kopi tiap hektar-nya, harga kopi nasional, kualitas kopi, dan produktivitas lahan. Perolehan petani ini merupakan perolehan yang didapatkan petani dalam satu hektar lahan kopi. Kualitas kopi berpengaruh terhadap perolehan petani karena apabila kualitas buruk maka perolehan petani akan turun karena terdapat perbedaan pada setiap level kualitas. Sehingga dari diagram tersebut faktor biaya dan kualitas kopi akan menjadi pengurang perolehan petani, sedangkan harga dan produktivitas lahan akan menambah perolehan petani. Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut. Pendapatan Petani Biaya Bibit Biaya Operasional Produktivitas Lahan Harga kopi Palembang Harga kopi Lampung Kualitas Petani Harga kopi Bengkulu Biaya Pasca Panen Biaya Pengendalian Hama Penyakit Biaya Pupuk Hama PBK I ntensifikasi 4.1.2.5. Analisa Hasil Simula Setelah tahapan-tahapan p perangkat komputer diperole Untuk mencapai pe ton ha, perlu dilakukan Berdasarkan hasil simulasi, kopi di Bengkulu dapat di c yang terlihat pada gambar SAPRAS 474.50 INDEKS HARGA 0.00 Total REGULASI 3,279.00 PANEN PASCA PANEN 35.74 12 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 P ro d u k s i_ K o p i PEREMAJAAN 65.00 18 ulasi penyusunan model dilakukan analisis dengan roleh model simulasi eksisting seperti gambar Gambar 7. Hasil Kondisi Eksisting peningkatan produksi kopi dari 700.000 kg n simulasi model dengan pendekatan sist si, diperoleh gambaran bahwa target pening i capai melalui pendekatan inovasi teknologi p r 8. Gambar 8. Hasil Simulasi KLON 2 Reko pup 3 Penyu 1 Pengen 9 Produksi ton 480,295.87 tal Luas Lahan ha 125,941.40 Losses 6 12:33:28 AM 12:33:29 AM 12:33:30 AM 12:33:31 AM 12:33:32 AM 12:33:33 AM Tahun Time Luas_tanam Produksi_padi 12:33:28 AM 12:33:29 AM 12:33:30 AM 12:33:31 AM 12:33:32 AM 12:33:33 AM 12:33:34 AM 137,629.46 136,105.04 134,655.44 133,277.81 131,969.41 126,502.92 125,941.40 478, 323. 57 488, 619. 77 511, 700. 65 516, 645. 76 502, 277. 99 482, 437. 32 480, 295. 87 KONDISI EKSISTING Pro d u ksi_ Ko p i 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 an menggunakan r berikut. g ha menjadi 1,5 sistem dinamik. ingkatan produksi i pertanian seperti N UNGGUL 25.00 komendasi upuk 35.00 yuluhan 10.00 endalian OPT 96.76 es panen 6.44 19 Dari hasil simulasi data eksisting dilanjutkan dengan menguji sensitivitas setiap variabel. Variabel yang mempengaruhi produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah regulasi, sapras, indeks harga, panen dan pasca panen, peremajaan, pengendalian OPT, penyuluhan, klon unggul dan rekomendasi pupuk. 1. Regulasi Pelarangan Petik Hijau Regulasi pelarangan petik hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi. Regulasi yang sudah ada adalah peraturan daerah tentang pelarangan jual beli biji kopi basah di kabupaten kepahiang. Tetapi regulasi ini belum diterapkan oleh petani kopi di Kabupaten Kepahiang. Untuk itu perlu perbaikan ditingkat pelaksana dan sosialisasi tingkat petani perlu di tingkatkan. 2. Sarana dan Prasarana Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dalam mendukung sarana dan prasarana adalah pembagian pupuk organik dan an organik, perbaikan klon kopi yang di datangkan dari jember, bantuan mesin pengolahan kopi dan pembuatan jalan produksi. Kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik di tingkat petani terutama bantuan pupuk dan perbaikan varietas unggul baru kopi SE dari jember. Hal ini disebabkan sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan terutama petani kopi yang didataran tinggi. Bantuan pupuk diterima tetapi dijual ke petani lain atau ke kios tani, dengan alasan kebutuhan hidup tuntutan ekonomi. Sedangkan untuk perbaikan varietas unggul baru Kopi SE tidak diminati petani karena buahnya kecil, batangnya pendek, cabangnya pendek dan pertumbuhannya lambat. Kedua kebijakan tersebut perlu dilakukan perbaikan dengan cara meningkatkan penyuluhan kepada petani mengenai manfaat pemberian pupuk dan perbaikan varietas unggul lokal. Perbaikan jalan produksi dan bantuan mesin pengolah kopi sangat bermanfaat bagi petani kopi. 3. I ndeks Harga Pemerintah daerah belum membuat kebijakan yang mengatur tentang harga kopi di tingkat petani. Harga kopi yang di petik merah dengan kopi yang dipetik hijau tidak ada perbedaan. Harga kopi disesuaikan dengan harga pasar. Untuk itu diperlukan upaya agar pemerintah dapat melindungi harga di tingkat petani dengan cara membuat resi gudang yang sesuai dengan standar penyimpanan kopi. 20 4. Panen dan Penanganan Pasca Panen Penangan pasca panen akan mempengaruhi kualitas produk dan harga yang akan diterima. Pada daerah pengkajian saat ini penangan pasca panen 35,75 sedangkan hasil simulasi penangan pasca panen cukup 11 saja. Karena banyak perlakuan yang dilakukan petani hanya menambah jumlah biaya namun tidak menambah jumlah produksi dan harga. Semua petani tidak melakukan pemanenan dengan waktu yang dianjurkan, ketika sudah ada yang tua maka semua buah akan di panen karena alasan keamanan. Setelah di panen petani mengeringkan buah dengan menjemurnya dengan matahari pada pekarangan rumah petani. 14 petani menggunakan lantai jemur yang permanen untuk pengeringan sedangkan 86 mengeringkan buah di atas tanah. Tetapi 30 petani yang tidak memiliki lantai jemur menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70 petani lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal ini akan mempengaruhi kualitas produk dan waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama. 5. Graffting Peremajaan tanaman kopi sudah banyak dilakukan oleh petani kopi di Provinsi Bengkulu terutama di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Program kegiatan peremajaan tanaman kopi dimulai tahun 2007 dan petani banyak yang menerapkannya. Hampir setiap tahun pemerintah daerah membuat program peningkatan produksi kopi melalui peremajaan dengan cara penyambungan. Kondisi eksisting 65 petani sudah melakukan penyambungan. Program ini sangat diminati petani di Provinsi Bengkulu. Dari hasil simulasi program peremajaan ini perlu ditingkat menjadi 82 . Peremajaan tanaman kopi dilakukan dengan cara penyambungan. Ada 2 macam penyambungan yang dilakukan oleh petani yaitu sambung tunas dan sambung batang. 6. Pengendalian OPT Sebagian besar petani sudah melakukan usaha penanggulangan organism pengganggu tanaman OPT. Hasil simulasi Gambar 5 menunjukkan 96,76 melakukan penanggulangan OPT, hal ini sangat baik dipertahankan untuk meningkatkan produktivitas usahatani kopi. Petani melakukan penyemprotan dengan pestisida untuk penanggulangan hama penyakit adalah sebanyak 35 sedangkan sisanya tidak melakukan penanggulangan hama penyakit dengan pestisida. Tanaman kopi sedapat mungkin dihindarkan dari serangan hama dan penyakit, karena faktor tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Adapun jenis 21 hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang coklat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro dan kutu tempurung serta kutu loncat. 7. Penyuluhan. Penyuluhan akan sangat bermanfaat bagi petani dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan. 20 petani kopi mengaku mendapatkan penyuluhan dari petugas ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan penyuluh pertanian sedangkan 11 petani menerima penyuluhan secara rutin. Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya tanaman kopi dari petugas penyuluhan. Dari hasil simulasi penyuluhan harus di tingkatkan menjadi 48 untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian saat ini yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan penyuluhan permasalahan pertanian dapat dihadapi oleh petani. 8. Klon bibit Unggul Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang telah bekerja sama engan Puslit Kopi dan Kakao untuk melepas klon kopi unggul lokal. Untuk peningkatan hasil yang maksimal harus dilakukan peningkatan pemanfaatan klon unggul. Klon anjuran kopi disesuaikan dengan lingkungan yaitu pada ketinggian 0-400 m dpl untuk iklim basah klon BP 42, BP 234, BP 409, iklim kering klon BP 42, BP 288, BP 409, BP 234 dan ketinggian tempat 400-800 m dpl untuk iklim basah klon BP 42, BP 358, SA 237, iklim kering klon BP 234, BP 42, BP 358, BP 409,Sulkani,2013. Jenis klon unggul lokal yang banyak ditanam petani adalah klon tipe c, kromoan, misranan, kirmanan, juremian, taminan dan erlangan. 9. Rekomendasi Pemupukan Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil, pada gambar 5 hasil simulasi dapat dilihat pemupukan harus ditingkatkan menjadi 84 dengan dosis dan waktu yang tepat. Pada saat ini petani kopi yang melakukan pemupukan adalah 35 , dengan waktu pemupukan rata-rata pada bulan juni sampai agustus dengan dosis pemupukan yang berbeda-beda setiap petani. Bahkan ada petani yang mencampur pupuk dengan herbisida kemudian di semprotkan pada gulma hal ini menunjukkan pemahaman petani akan tata cara pemupukan belum begitu baik. Seharusnya pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK berupa campuran urea, TSP dan KCL 22 masing-masing setengah dari dosis 100 gr urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL, pada saat tanaman berumur 2 tahun selanjutnya ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk yang tepat jenis, dosis, cara dan waktu akan sangat menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial maupun kesehatan lingkungan. 4.1.2.6. Skenario Rekomendasi Kebijakan Skenario rekomendasi kebijakan dilakukan untuk memilih kebij akan yang tepat dan operasional spesifik lokasi berdasarkan hasil simulasi. Dari 9 alternatif solusi diperoleh yang disimulasikan tidak seluruhnya operasional dan dapat diimplementasikan untuk kondisi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil simulasi dengan pendekatan sistem dinamik tersebut, ada 5 skenario yang secara signifikan dapat meningkatkan produksi kopi Bengkulu. Hasil simulasi tersebut dirumuskan dalam suatu skenario rekomendasi peningkatan produksi kopi di Provinsi Bengkulu sebagai berikut : 1. Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan. Kondisi eksisting baru 10 petani yang menerima penyuluhan dan perlu ditngkatkan menjadi 48 . Peningkatan penyuluhan dapat ditempuh melalui penambahan jumlah penyuluh atau peningkatan frekuensi penyuluhan. Pendekatan dengan peningkatan frekuensi penyuluhan dirasakan dipandang lebih rasional dalam jangka pendek. 2. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25 menjadi 69 melalui program bantuan bibit. Produktivitas dan produksi sangat dit entukan oleh bibit. Varietas unggul lokal yang direkomendasikan yaitu Sehasence klon tipe c, Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3, taminan dan erlangan. 3. Peningkatan peremajaan grafting dari 65 menjadi 82 melalui penyambungan. Rekomendasi peremajaan dilakukan dengan cara penyambungan yaitu sambung tunas dan sambung batang. 4. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu. Rekomenasi pemupukan harus sesuai dengan anjuran tepat dosis dan waktu. Kondisi eksisting baru 35 yang menerapkan rekomendasi pemupukan dan akan ditingkatkan menjadi 84 . 5. Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 menjadi 14 . Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap petani adalah dengan memberikan pelatihan teknis terhadap upaya perbaikan mutu misalnya dengan perbaikan teknik pra panen keseragaman tingkat kematangan dan mendorong pedagang untuk membedakan harga kopi yang di petik merah dengan yang dipetik hijau. 23

4.2. Rencana Operasional Kegiatan BPTP 2015-2019