1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah
kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian I ndonesia di pasar
global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi
sebagian besar negara berkembang Kasryno et al, 2002. Untuk mendukung arah pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor
pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi
perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung sumberdaya pertanian.
Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, berbagai permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat.
Permasalahan- permasalahan seperti lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya pengangguran,
bencana alam dan gempa bumi. Beberapa isu kebijakan pertanian penting lainnya yang perlu dicermati misalnya pengurangan subsidi pupuk, bantuan langsung tunai
kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing komoditas unggulan daerah. Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut
memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang.
Untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika dalam rentang waktu 2015- 2019, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Bengkulu memerlukan rencana
strategis renstra. Renstra berguna untuk memfokuskan program kerj a dan pelaksanaan kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi secara efektif
dan efisien. Program strategis BPTP Bengkulu diarahkan untuk terlaksananya pemanfaatan potensi sumberdaya spesifik wilayah Provinsi Bengkulu yang berbasis
inovasi dengan produk pertanian yang lebih berkualitas dan bernilai tambah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan pengguna lainnya. Struktur
rencana strategis secara komprehensif akan dijabarkan dalam visi, misi, strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.
2
Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Bengkulu ialah memberikan
pertimbangan dan
rekomendasi kebijakan
pertanian kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai
tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah SI Da. Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan
tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan
sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi. Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi I ndonesia dengan luas
areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di I ndonesia adalah Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul
Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah
kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha 21,27 dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga 19,18 . Kopi
termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US 7.972.061,9 atau 0,03 dari total nilai ekspor yang mencapai US 267.493.793,40 BPS, 2013.
Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total luas 95.016 ha atau 99,17 , sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha.
Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi robusta dengan luas tanam mencapai 90.441 ha atau 95,19 dengan produksi 54.201 ton produktivitas 0,71
ton ha, luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton ha. Produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton ha.
Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu belum sepenuhnya dapat diukur dalam hubungan timbal balik yang dinamis. Beberapa
masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks.
Dengan demikian peran pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di Provinsi Bengkulu kopi sebagai produk unggulan dibidang perkebunan. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun
sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 . Peningkatan luas
3
lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya
dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Beberapa permasalahan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah
kehidupan petani sulit dengan panen satu tahun satu kali. Produktivitas kopi rendah 0,7 ton ha tahun. Masyarakat hanya mengandalkan kebun-kebun kopi yang umumnya
sudah tua dan kurang terawat, budidaya turun temurun, tradisional, menanam bibit asalan.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten mengeluarkan kebijakan berupa penyuluhan teknik budidaya,
membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon varietas kopi unggul
nasional kopi SE dari jember, pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no
02 tahun 2007 tentang larangan jual bij i kopi basah dan resi gudang. Sampai sejauh mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan ditingkat petani sehingga akan
berdampak terhadap peningkatan mutu dan produktivitas perlu dilakukan pengkajian.
1.2. Tujuan