Ekstrasi Bentuk Sediaan Topikal

dan berkutil. Awalnya berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah masak, warna putih transparan, lunak dan berbau Anonim, 2011 a .

2.1.6 Kandungan kimia

Mengkudu banyak mengandung senyawa terpenoid, acubin, alizarin, beberapa jenis asam asam askorbat, asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprik, nutrisi lengkap karbohidrat, vitamin, protein, dan mineral-mineral essensial, scopoletin, xeronine dan prexeronine, morindon dan morindin, dan saponin Anonim, 2011 b .

2.1.7 Khasiat tumbuhan

Mengkudu berkhasiat sebagai peningkat daya tahan tubuh, menormalkan tekanan darah, anti kanker, analgesik, antiinflamasi dan antiallergen, antimikroba, penyembuh luka seperti luka bakar Anonim, 2011 c . Mengkudu mengandung senyawa saponin yang merupakan senyawa polar yang memiliki sifat seperti sabun. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya busa yang mantap sewaktu mengekstrasi tumbuhan atau sewaktu memekatkan ekstrak tumbuhan. Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan kemampuannya menghemolisis sel darah. Tetapi biasanya lebih baik bila diuji dan dipastikan dengan cara KLT dan pengukuran spektrum Harborne, 1987.

2.2 Ekstrasi

Ekstrasi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia aktif yang dapat larut dalam pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang Universitas Sumatera Utara dikandung simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstrasi yang tepat Ditjen POM, 2000. Metode-metode ekstrasi menurut Ditjen POM 2000 antara lain sebagai berikut, yaitu: a. Cara dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstrasi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi, tahap perkolasi sebenarnya penetesan dan penampungan ekstrak secara terus-menerus sampai diperoleh ekstrak atau perkolat b. Cara panas 3. Refluks Refluks adalah ekstrasi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Sokletasi Universitas Sumatera Utara Sokletasi adalah ekstrasi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan pelarut khusus sehingga terjadi ekstrasi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya pada temperatur 40-50 o C. 6. Infundasi Infundasi adalah ekstrasi dengan pelarut air pada temperatur penangas air 96-98 o C selama waktu tertentu 15-20 menit. 7. Dekoktasi Dekoktasi adalah ekstrasi yang prinsipnya sama dengan infundansi namun dilakukan pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

2.3 Bentuk Sediaan Topikal

Penggunaan obat secara topikal diberikan melalui kulit terutama pada bagian superfisial epidermis untuk tujuan lokal. Bentuk sediaan topikal apabila diberikan bahan aktif akan dilepas dari pembawa dan masuk ke dalam jaringan kulit secara difusi pasif dimana yang berperan adalah laju absorpsi dan jumlah zat yang terabsorpsi Jas, 2004. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semipermebel, dan molekul obat dapat terpenetrasi dengan cara difusi pasif. Bahan yang mempunyai sifat yang larut dalam Universitas Sumatera Utara minyak dan air merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit Ansel, 1989.

2.4 Gel