Luka Bakar TINJAUAN PUSTAKA

epidermis. Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan. Kelenjar minyak dan folikel rambut berpangkal pada dermis dan lapisan subkutan Ansel, 1989. Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut saraf timbul dari jaringan lemak subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai pada epidermis. Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan jalannya ke permukaan kulit. Kelenjar lemak dan folikel rambut yang berpangkal pada dermis dan lapisan subkutan juga menemukan jalannya ke permukaan dan nampak seperti pembuluh dan rambut berturut-turut Ansel, 1989.

2.7 Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal sampai fase lanjut Moenadjat, 2003. Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kerusakan jaringan, yaitu: Menurut Moenadjat 2003, berdasarkan penyebabnya luka bakar dibedakan menjadi: a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam atau basa kuat d. Luka bakar karena listrik dan petir Universitas Sumatera Utara e. Luka bakar karena radiasi Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka dibedakan atas beberapa jenis, yaitu: 1. Luka bakar derajat I Kerusakan tebatas pada bagian superfisial epidermis. Kulit kering, hiperemik, memberikan eflorosensi berupa eritema. Tidak dijumpai bula. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensori teriritasi. 2. Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa inflamasi akut disertai proses eksudasi. Dijumpai bula. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensori teriritasi. 3. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit. Menurut Sjamsuhidajat dan Wim 1997, proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase, yaitu: 1. Fase inflamasi Universitas Sumatera Utara Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, retraksi, dan reaksi hemostatis. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat dan menyebabkan pembengkakkan. 2. Fase proliferasi Fase profilerasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. 3. Fase terminasi Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang hilang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN