Teori Kedaulatan Negara Landasan Teoritis

Teori kedaulatan negara digunakan dalam landasan teori penulisan skripsi ini karena berkaitan dengan negara sebagai subyek hukum internasional penuh yang dalam hal ini memiliki hak dan kewajiban yang paling sempurna dalam sistem hukum internasional. Dalam teori ini memberikan gambaran bahwa tidak ada satu negara manapun di dunia ini yang dapat menikmati kedaulatannya tanpa menghormati kedaulatan negara lain. Konvensi Montevideo 1933 yang mengatur tentang hak dan kewajiban negara telah berhasil menetapkan kesepakatan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi negara sebagai subyek hukum. Adapun syarat-syarat itu ialah penduduk yang tetap, wilayah yang pasti, pemerintah dan kemampuan untuk mengadakan hubungan internasional. Menurut Kelsen negara adalah sama dengan sistem hukum. Starke menganggap bahwa pengertian negara menurut Kelsen ini merupakan kondensasi empat syarat negara menurut Konvensi Montevideo. Sistem hukum itu diciptakan dan dipertahankan oleh pemerintah negara yang bersangkutan. Di samping itu, adanya sistem hukum merupakan syarat utama bagi adanya negara. 23 Menurut teori kedaulatan negara kekuasaan tertinggi terletak pada negara.Sumber kedaulatan adalah negara yang merupakan lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa. Kedaulatan timbul bersamaan dengan berdirinya suatu negara. Hukum dan konstitusi lahir berdasarkan kehendak negara dan diabdikan demi 23 F. Sugeng Istanto, 2010, Hukum Internasional, Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, h. 30. kepentingan negara. Para penganut teori ini melaksanakan pemerintahan tiran, teirstimewa melalui kepala negara yang bertindak sebagai diktator. 24 Suatu negara dianggap memiliki kemerdekaan dan kedaulatan terhadap warga negaranya dan urusan-urusannya serta dalam batas-batas wilayah teritorialnya. Kedaulatan pada saat ini mempunyai arti yang lebih sempit dibandingkan dengan masa abad XVIII dan XIX. Dewasa ini sulit bagi suatu negara sehubungan dengan kepentingan masyarakat internasional, untuk tidak menerima pembatasan-pembatasan yang dikenakan terhadap kebebasan bertindaknya. 25 Oleh karena itu, lebih tepat dikatakan bahwa saat ini kedaulatan suatu negara merupakan sisa dari kekuasaan yang dimilikinya dalam batas-batas yang diterapkan hukum internasional. 26

1.7.2 Teori Pertanggungjawaban Negara

Teori pertanggungjawaban negara digunakan sebagai landasan teori dalam skripsi ini karena dari sudut pandang hukum internasional publik terdapat keterkaitan atau imputabilitas imputability suatu negara dalam hal ini Malaysia dalam kasus yang menjadi fokus kajian skripsi ini, yakni tertembaknya pesawat MH-17 di wilayah udara Ukraina. Keterkaitan atau imputabilitas tersebut, dalam hal ini adalah kedudukan Malaysia sebagai negara bendera flag state dari pesawat MH-17 tersebut. 24 Abu Daud Busroh, 2010, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta, h. 71. 25 T. May Rudy, 2010, Hukum Internasional I, Refika Aditama, Jakarta, h. 27. 26 Ibid. Dalam hukum internasional publik, sesuatu dapat dimintakan pertanggungjawaban apabila sesuatu itu berkedudukan sebagai subyek hukum internasional. Secara teoritis, menurut hukum internasional yang dapat dikatakan sebagai subyek hukum internasional hanyalah negara saja. 27 Boer Mauna menyatakan bahwa negara merupakan subjek utama hukum internasional. Ia juga menambahkan bahwa hukum internasional adalah hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban negara. 28 Berbeda halnya dengan Friedmann, menurutnya beberapa tahun silam telah terjadi perubahan struktur dan perkembangan dimensi-dimensi baru hukum internasional. Perubahan serta perkembangan tersebut adalah sebagai akibat dari anggota masyarakat bangsa-bangsa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan kesejahteraan internasional. 29 Walaupun mengalami perubahan dan perkembangan, hingga saat ini, negara- negara tetaplah merupakan pelaku utama dalam hukum internasional. Artinya hingga saat ini negara masih tetap menikmati kepribadian hukum internasional international legal personality yang penuh. 30 Oleh karena itu, negara-negara dapat menciptakan 27 Mochtar Kusumaatmadja, 1990, Pengantar Hukum Intenasional, Bina Cipta, Jakarta, h.68. 28 Boer Mauna, 2011, op.cit, h. 17. 29 Friedmann, 1964, The Changing Structure of International Law, Columbia University Press and Stevens Sons Ltd, h. 67- 68. Dikutip dari I Dewa Gede Palguna, 2008, “Tanggung Jawab Negara dan Individu”, disampaikan dalam acara Penataran Hukum Humaniter Internasional dan Hak Asasi Manusia bagi Perwira Kostrad, bertempat di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat KOSTRAD, h. 1, diakses pada tanggal 17 Nopember 2014, 08.30 PM. 30 Jeffrey L. Dunoff, et.al., 2006, International Law: Norms, Actors, Process, A Problem-oriented Approach, Aspen Publishers, New York, h. 111.