Sejarah Dan Perkembangan Paroki

Susilo, SJ yang ditujukan untuk membantu pembinaan umat di paroki Baciro utara. Pada saat Romo Franciscus Assisi Sulio, SJ memulai tugas yaitu tahun 1980, beliau sangat merasakan umat dengan segala kegiatan membutuhkan wadah untuk berkoordinasi. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah “Dewan Stasi” dengan struktur seperti dewan paroki yang di ketuai oleh bapak Gregorius Agung Karyono. Dewan stasi ini secara rutin bersidang dengan berpusat di Kapel Sanata Dharma yang secara informal telah berdiri “Stasi Mrican”. Dengan persetujuan dari provincial SJ pada tahun 1 Juli 1981 keuangan stasi Mrican di kelola sendiri oleh Dewan Stasi. Sejak itu dewan stasi membuat perencanaan anggaran pendapatan dan pengeluaran sendiri. Pada tahun 1982 romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka menerimakan sakramen krisma. Kesempatan ini digunakan oleh para wakil umat stasi Mrican untuk berkomunikasi secara langsung dengan romo Vicaris, dan mengemukakan keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat ditingkatkan menjadi paroki. Keinginan itu ditanggapi positif, dan tahun itu juga romo Vicaris secara resmi mendirikan Pengurus Gereja dan Papa Miskin PGPM di wilayah Gereja St. Ignatius Mrican. Masih pada tahun yang sama, para wakil umat berkesempatan bertemu dengan Provinsial SJ, romo J Darmaatmaja SJ. Kepada beliau dikemukakan permohonan untuk diperkenankan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja paroki. Pada prinsipnya beliau tidak keberatan. Tetapi perlu dibicarakan lebih dahulu dengan pihak Yayasan Sanata Dharma. Dengan Surat Keputusan No. 002II1983, tanggal 1 Februari 1983, PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican, yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Panitia ini mempunyai tugas utama untuk mempersiapkan pembangunan Panti Paroki dan Pastoran, termasuk pengadaan tanah dan dananya. Sementara itu, permohonan penggunaan kapel Sanata Dharma sebagai gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan suratnya No. 042AK84, tanggal 25 Juni 1984. Perkembangan umat pun terjadi dengan dipecahnya lingkungan Kepuh menjadi Kepuh dan Samirono. Setelah enam tahun menjabat sebagai pastor stasi, pada tahun 1986 romo F.A. Susilo, SJ mendapat tugas belajar di Amerika dan tugas beliau dilimpahkan kepada romo Y. Madyasusanta, SJ. Pada tahun ini juga romo paroki Baciro di gantikan oleh A.L Wahya Soedibya, Pr dan di Bantu oleh romo P. Supriyanto, Pr. Pada saat itu pula terjadi perubahan lingkungan yaitu lingkungan Ambarukmo menjadi lingkungan Nologaten masuk stasi Mrican dan daerah selatan jalan masuk paroki Baciro. Perkembangan lain juga terjadi di lingkungan Pringwulung pada tahun 1987 yang semula masuk paroki Banteng kini bergabung dengan stasi Mrican. Dengan penggabungan ini satasi Mrican memiliki 11 lingkungan yaitu lingkungan- lingkungan: Mrican, Kepuh, Kolombo, Samirono, Karangasem, Pringwulung, Kuningan, Pringgodani, Deresan, Ngropoh dan Nologaten. Berikutnya, lingkungan Pringwulung dipecah menjadi tiga lingkungan yaitu Pringwulung I, II dan III, sehingga jumlah lingkungan menjadi 13 lingkungan. Panitia Pembangunan Paroki yang telah dibentuk pada tahun 1983 telah berusaha untuk mendapatkan tanah dan dana untuk membangun panti paroki dan pastoran. Oleh karena masa baktinya berakhir, maka pada tanggal 15 mei 1989 dikeluarkan surat keputusan pastor kepala paroki baciro, Al. Wahyasudibya, Pr. No. 001Rm.P.SK.PDPGKRBV89 tentang pengangkatan panitia pembangunan gereja Mrican masa bakti 1989 s.d. 1992 terhitung sejak 15 Mei 1989. Panitia ini di ketuai oleh bapak J.B. Daliyo, SH, dengan tugas pokok membangun gedung gereja. Saat itu Kapel Sanata Dharma sudah tidak lagi direncanakan untuk gereja paroki. Umat menghendaki memiliki gereja, panti paroki dan pastoran sendiri. Keuskupan mendukung dengan menyediakan sebidang tanah di Pandean Condong Catur, Depok Sleman, seluas 3165 M2. Panitia mengalami kendala untuk mendapat ijin prinsip mendirikan gereja Pandean Condong Catur ini. Ketika terjadi penggantian pejabat Bupati Sleman, panitia mengemukakan kebutuhan umat katolik desa Caturtunggal dan Condong Catur Sleman untuk mendirikan tempat ibadat. Bupati yang baru tanggap dan menaruh perhatian dan mengusahakan tukar guling tanah kas desa di Pringwulung yang mayoritas penduduknya beragama katolik. Dengan tukar guling tanah milik gereja di Pandean dengan tanah kas desa di Pringwulung panitia bekerja keras menghimpun dana untuk membangun gereja. Pada periode kedua panitia pembangunan gereja tahun 1993 s.d. 1996 yang di ketuai oleh bapak J.B. Daliyo, SH dan pengarahan romo stasi Mrican Romo J. Madyasusanto, SJ pembangunan gereja di Pringwulung dapat diselesaikan. Sejalan dengan penyiapan pembangunan gereja di atas, penyiapan umat juga di antisipasi. Dengan selesainya pembangunan gereja umat stasi Mrican di Pringwulung, maka tugas pelayanan umat stasi Mrican ditangani oleh romo paroki Baciro yaitu romo J.M Harjono, Pr. Yang kemudian di gantikan oleh romo Al. Wahyasudibya, Pr di Bantu oleh romo Simon Atas Wahyudi, Pr. Dengan kesepakatan umat stasi Mrican dan panitia gereja di Pringwulung memilih St. Yohanes Rasul sebagai pelindungnya dan akan menjadi paroki Pringwulung sesuai dengan domisili gereja. Setelah pembangunan gedung gereja selesai, pada tanggal 27 Desember1996 turunlah surat keputusan bahwa stasi Mrican di tingkatkan statusnya menjadi Paroki Administratif St. Yohanes Rasul Pringwulung. Dengan berdirinya paroki administratif St. Yohanes Rasul Pringwulung, diangkatlah romo Simon Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif St. Yohanes Rasul Pringwulung. Masa Paroki Administratif ini tergolong singkat. Tidak banyak peristiwa terjadi pada masa paroki administrasi ini. Satu tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 27 Desember tahun 1997 status paroki administratif ditingkatkan menjadi paroki mandiri dengan romo kepala parokinya yaitu Romo Simon Atas Wahyudi, Pr. Berdirinya Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung mempengaruhi pembagian wilayahlingkungan yang semula sudah terbentuk. Umat di Lingkungan Demangan masuk ke Paroki Baciro, sehingga Paroki Pringwulung hanya ada 12 Lingkungan, yakni Lingkungan Deresan, Karangasem, Kepuh,Kolombo, Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgondani, Pringwulung I, Pringwulung II, Pringwulung III, dan Samirono. Pada tahun 1998 Lingkungan Ngropoh yang sebelumnya anggota Paroki banteng, ikut bergabung ke dalam Paroki Pringwulung, sehingga lingkungan di Paroki Pringwulung menjadi 13 Lingkungan. Sejak saat itu, Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung mengalami pergantian Pastor Kepala Paroki, diantaranya Romo.Bonifacius Benny Bambang Sumintarto, Pr. Yang sebelumnya bertugas di Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang pada tahun 2002, Romo FX. Sumantoro S, Pr pada tahun 2003, Romo Yohanes Iswahyudi, Pr pada tahun 2004, Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya, Pr pada tahun 2005. Pada tahun 2009 sampai dengan 2010 Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya, Pr digantikan oleh Romo Ig.Sukawalyana, Pr sebagai Romo Paroki yang baru dan dibantu oleh Romo M.Sukmawanto, Pr. Pada tahun ini berdasarkan arah dasar dan Surat Arahan dari Keuskupan Agung Semarang, untuk pengembangan kegiatan umat, lingkungan-lingkungan yang ada dimekarkan. Paroki Pringwulung yang semula berjumlah 13 Lingkungan, secara bertahap dimekarkan, sehingga kemudian menjadi lima wilayah dan di dalamnya terdapat 22 Lingkungan. B. Letak Paroki Keuskupan Agung Semarang KAS merupakan metropolit Provinsi Gerejani dalam kesatuan dengan tiga keuskupan sufragan di dekatnya, yaitu keuskupan Malang, keuskupan Surabaya dan keuskupan Purwokerto. Keuskupan Agung Semarang membagi wilayahnya menjadi empat kevikepan yaitu Kevikepan Semarang, Kevikepan Kedu, Kevikepan Surakarta, dan Kevikepan Yogyakarta. Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung merupakan salah satu paroki yang berada dalam naungan Keuskupan Agung Semarang yang masuk dalam Kevikepan Yogyakarta. Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung terletak di Jalan Panuluh 377A Pringwulung, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283. Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung memiliki 5 wilayah dengan 22 lingkungan didalamnya yaitu: 1. Wilayah I, terdiri dari Lingkungan Santa Angela Merici, Santo Antonius, Santo Mikael, SantoYosep. 2. Wilayah II, terdiri dari LIngkungan Santa Clara, Santa Perawan Maria, Santa Theresia, Santo Fransiskus Asisi. 3. Wilayah III, terdiri dari Lingkungan Santa Maria Karmel, Santo Agustinus, Santo Bonaventura, Santo Fransiskus Xaverius. 4. Wilayah IV,terdiri dari Lingkungan Emanuel, Santo Mateus, Santo Paulus, Santo Yusup. 5. Wilayah V: terdiri dari Lingkungan St.Albertus Magnus, St.Christophoru, St.Philipus, St.Stanislaus, St.Stephanus, dan St.Thomas Aquina

C. Struktur Dewan paroki

Struktur Dewan Paroki akan membentuk sebuah susunan dan hubungan dimana setiap pekerjaan di organisasi maupun di perusahaan akan di bagi, dikelompokkan dan di koordinasikan secara formal Pedoman Dasar Dewan Paroki PDDP Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung, 2008. Struktur Dewan Paroki juga akan menunjukkan sebuah pola mengenai tugas dan tanggungjawab yang berbeda-beda sesuai dengan posisinya. Menurut PDDP Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung tahun 2008, struktur Dewan Paroki Paroki Santo Yohanes Pringwulung dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.1: Skema Dewan Paroki Sumber: Pedoman Dasar Dewan Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung tahun 2008 Ketua-ketua Lingkungan Ketua-ketua kelompok kategorial Wakil organisasi Wakil Biara Ketua-Ketua Wilayah Koordinator- Koordinator Tim Kerja Tokoh-tokoh Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Ketua-Ketua Bidang Sekretaris 1- 2 Bendahara-1-2-3 DEWAN HARIAN DEWAN INTI U M A T Ketua Koordinasi Kategorial Karya Pastoral Khusus DEWAN PLENO Semua tugas yang dilakukan oleh bagian-bagian di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung dibuat berdasarkan PDDP Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung tahun 2008. Dalam Struktur Dewan paroki tugas dan tanggungjawab setiap bagian yaitu: