Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

Keuangan dan Akuntansi Paroki PTKAP, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang digunakan oleh Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung sudah sesuai, akan tetapi jika sistem tersebut terdapat perbedaan dengan Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki PTKAP, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang digunakan tidak sesuai. Item yang diperbandingkan adalah : 1. Fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung. 2. Catatan-catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung. 3. Dokumen-dokumen yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung. 4. Prosedur yang membentuk sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung. 5. Unsur pengendalian intern yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung. 73

BAB IV GAMBARAN UMUM PAROKI SANTO YOHANES RASUL PRINGWULUNG

A. Sejarah Dan Perkembangan Paroki

Menurut buku Pedoman Dasar Dewan Paroki PDDP, Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung tahun 2008, sejarah Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung berkaitan erat dengan keberadaan Perguruan Tinggi Sanata Dharma di Mrican. Keberadaan Universitas tersebut membawa perkembangan baru dalam kehidupan gereja paroki Kristus Raja Baciro. Ketika itu, sekitar tahun 1964, pastor paroki Banciro dipegang oleh Romo Joannes Stormmesand, SJ. Di sekitar Universitas Sanata Dharma terdapat dua lingkungan dulu: Kring di wilayah Baciro yaitu lingkungan Mrican dan lingkungan Kolombo. Untuk mengikuti perayaan ekaristi, termasuk pada hari minggu, umat di kedua lingkungan tersebut tidak perlu jauh-jauh pergi ke gereja Baciro, melainkan ke kapel Sanata Dharma yang setiap hari merayakan perayaan ekaristi, termasuk pada hari minggu. Melihat adanya benih perkembangan umat tersebut, romo J. Strommesand SJ mulai membina umat di wilayah paroki Baciro bagian utara tersebut agar menjadi stasi tersendiri, dengan harapan kelak kemudian hari berkembang menjadi paroki. Usaha itu diwujudkan antara lain dengan memberkati suatu ruangan di rumah keluarga Bapak A.M Djyus menjadi kapel untuk peribadatan, dan sekaligus sebagai tempat pendidikan agama. Pada tahun 1967 terjadi pergantian romo paroki Baciro dari romo Joannes Stormmesand , SJ ke romo Antonius Pradjasuto, SJ. Pergantian ini membawa perbedaan kebijakan dalam pembinaan jemaat. Romo ini menghendaki agar kegiatan di seluruh wilayah paroki Baciro dipusatkan di gereja paroki. Akan tetapi, kebijakan itu berubah lagi ketika beliau di gantikan oleh Romo Franciscus Xaverius Tan Soe Ie, SJ pada tahun 1970. Beliau sangat menekankan agar kegiatan-kegiatan umat berkembang di lingkungan- lingkungan. Hal itu di teruskan oleh pengganti beliau pada tahun 1977 yaitu romo Aloysius Utoyo Pr. Bahkan Romo Aloysius Utoyo memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan-lingkungan yang berada di bagian utara paroki Baciro. Pada masa kepemimpina romo Romo Franciscus Xaverius Tan Soe Ie, SJ dan romo Aloysius Utoyo, Pr lingkungan Mrican dan Kolombo dibina dan dikembangkan. Pada tahun 1978 lingkungan Mrican dikembangkan menjadi 4 lingkungan yaitu Mrican, Pringgodani, Karangasem dan Deresan. Lingkungan Kolombo dikembangkan menjadi lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan dan Ambarukmo serta Janti. Pengembangan tersebut dilakukan karena meningkatnya jumlah umat yang mengikuti perayaan Ekaristi di Kapel Sanata Dharma. Perkembangan jumlah umat tersebut menimbulkan gagasan menjadikan wilayah ini sebuah stasi yaitu stasi Mrican. Perkembangan umat dengan segala kegiatan ini menuntut cara pembinaan yang berkembang pula, yaitu ditunjuknya salah seorang Romo Sanata Dharma yaitu romo Franciscus Assisi Susilo, SJ yang ditujukan untuk membantu pembinaan umat di paroki Baciro utara. Pada saat Romo Franciscus Assisi Sulio, SJ memulai tugas yaitu tahun 1980, beliau sangat merasakan umat dengan segala kegiatan membutuhkan wadah untuk berkoordinasi. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah “Dewan Stasi” dengan struktur seperti dewan paroki yang di ketuai oleh bapak Gregorius Agung Karyono. Dewan stasi ini secara rutin bersidang dengan berpusat di Kapel Sanata Dharma yang secara informal telah berdiri “Stasi Mrican”. Dengan persetujuan dari provincial SJ pada tahun 1 Juli 1981 keuangan stasi Mrican di kelola sendiri oleh Dewan Stasi. Sejak itu dewan stasi membuat perencanaan anggaran pendapatan dan pengeluaran sendiri. Pada tahun 1982 romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka menerimakan sakramen krisma. Kesempatan ini digunakan oleh para wakil umat stasi Mrican untuk berkomunikasi secara langsung dengan romo Vicaris, dan mengemukakan keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat ditingkatkan menjadi paroki. Keinginan itu ditanggapi positif, dan tahun itu juga romo Vicaris secara resmi mendirikan Pengurus Gereja dan Papa Miskin PGPM di wilayah Gereja St. Ignatius Mrican. Masih pada tahun yang sama, para wakil umat berkesempatan bertemu dengan Provinsial SJ, romo J Darmaatmaja SJ. Kepada beliau dikemukakan permohonan untuk diperkenankan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja paroki. Pada prinsipnya beliau tidak