angkutan sungai sedangkan angkutan laut hanya menghubungkan Pangkalan Susu, Pulau Kampai dan Pulau Sembilan.
Untuk angkutan darat telah tersedia terminal bus atau angkutan di Kota Kabupaten maupun Kota Kecamatan. Kereta api mempunyai lintasan dari Binjai ke
Kuala, Padang Tualangan dan Pangkalan Brandan tetapi angkutan kereta api tidak popular sebagai sarana angkutan umum.
3.7 Penduduk
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen
pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen.
Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk
periode 2005-2010 Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak
83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat
penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per
km2.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki
sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.
Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa 56,87 persen, diikuti dengan suku Melayu 14,93 persen, Karo 10,22
persen, Tapanuli Toba 4,50 persen, Madina 2,54 persen dan lainnya 10,94 persen. Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas
agama Islam 90,00 persen, Kristen Protestan 7,56 persen, Kristen Katolik 1,06 persen, Budha 0,95 persen dan lainnya 0,34 persen.
3.8 Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Langkat
Dilihat dari kondisi wilayah Kabupaten Langkat secara keseluruhan daerah ini dapat dijadikan objek wisata yang sangat menjanjikan dan dapat dijadikan salah satu
tujuan objek wisata nasional. Hanya saja memang diperlukan keseriusan dari berbagai pihak seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat. Keseriusan
pemerintah untuk pengelolaan kepariwisataan merupakan hal dasar agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan sehingga menghasilkan pendapatan daerah dan
mendatangkan devisa negara serta menambah pendapatan dari masyarakat setempat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi seperti jalan-jalan
agar dapat diperbaiki, objek wisata yang perlu perawatan secara berkesinambungan dan pendukung lainnya seperti hotel dan restoran yang dikuatkan melalui peraturan
daerah.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu ada juga potensi-potensi objek wisata lain yang dapat dikembangkan di Kabupaten Langkat yang diantaranya adalah Bukit Lawang. Wisata
alam Bukit Lawang menjadi tujuan wisata andalan di Leuser dikarenakan memiliki daya tarik satwa langka orang utan sumatera semi liar dan panorama hutan hujan
tropis. Bukit Lawang atau lebih dikenal sebagai pusat pengamatan orangutan
Sumatera memiliki luas 200 ha, berada di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Dulunya Bukit
Lawang merupakan pusat rehabilitasi orang utan jinak untuk dilepasliarkan kembali kealam.
Bukit Lawang hingga kini diakui sebagai pintu gerbang terbaik untuk menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Leuser yang mempesona. Walaupun
bukan lagi sebagai tempat rehabilitasi dan pelepasliaran orangutan, hutan di sekitar kawasan Bukit Lawang masih menyisakan peluang untuk dilakukanya aktivitas
wisata dan pengamatan orang utan sumatera dan juga spesies tumbuhan dan satwa lainnya.
Untuk mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari Kota Medan ibuKota Provinsi Sumatera Utara melewati Kota Binjai dengan
kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kedaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 2.5 jam perjalanan dengan jarak sekitar 80 km. kondisi
jalan menuju kawasan Bukit Lawang sangat baik dan telah diaspal. Di Bukit Lawang dapat dijumpai beberapa jenis tumbuhan dan satwa Seperti
Kantong Semar, Meranti, Keruing, Dammar Laut, Anggrek Hutan, Rafflesia, Bunga
Universitas Sumatera Utara
Bangkai, Cendawan Harimau, aneka ragam Kupu-Kupu, Orang utan, Siamang, Kedih, Beruang Madu, Kambing Hutan dan lainnya yang nerupakan khas Hutan
Hujan Tropis. Mata pencaharian masyarakat di Bukit Lawang heterogen, tidak ada yang
dominan antara suku Melayu, Karo, Jawa, dan Batak. Panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan orang
utan sumatera menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa melihat satwa langka orang utan sumatera di Feeding Site,
mengarungi jeram sungai Bahorok dengan ban tubbing dan Rubber Boat, menikmati kendahan air terjun, menjelajah gua, menyegarkan badan dengan mandi di
sungai yang jernih, berkemah di areal Camping Ground, berpetualang dan menyingkap rahasia hutan hujan tropis sumatera, mengamati atraksi satwa,
menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas lokal.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB IV POTENSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ARUNG JERAM DI
KABUPATEN LANGKAT
4.1 Gambaran Umum Sungai Bingei
Sungai merupakan aliran air yang bermuara ke laut, melintasi berbagai batuan dengan topografi yang bervariasi dan memiliki kesuburan yang dibutuhkan
oleh biota tumbuhan, hewan, dan manusia. Menurut Irvita 2004 sungai mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata atau
sarana rekreasi alam terbuka outdoor recreation. Sungai Bingei merupakan salah satu sungai yang dimanfaatkan sebagai
sarana atraksi wisata arung jeram dan tempat pemandian alam yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Air Sungai
Bingei berasal dari Gunung Sibayak, mengalir dengan deras karena disekitar air terdapat batu batu besar dan air sungainya jernih, menyegarkan, dan sejuk.
Sungai ini memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting, baik dari segi hidrologis maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di sepanjang
daerah aliran Sungai Bingei. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Langkat menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan perkebunan.
Selian itu sungai Bingei merupakan sumber air irigasi yang mengaliri persawahan hingga ratusan hektar di dua kabupaten yaitu: Kabupaten Langkat dan
Kabupaten Deli Serdang. Masyarakat juga memanfaatkan saluran irigasi ini sebagai penyedia sumber air bersih keluarga. Berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat
seperti mandi, menyuci, kakus MCK menggunakan aliran sungai atau irigasi ini.
Universitas Sumatera Utara