Perhitungan jumlah material yang dibutuhkan Pemanasan material dan mould

Tabel 2. 9 Ketentuan viskositas temperatur pencampuran pemadatan No. Prosedur Pelaksanaan Viskosit as Aspal Pas Perkiraan Temperatur Aspal º C Tipe I Tipe II B 1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1 165 ± 1 2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1 155 ± 1 3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 – 155 155 - 165 4 Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk ± 0,5 135 – 150 145 - 160 5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 – 150 140 - 160 6 Pemadatan Awal roda baja 1 – 2 125 – 145 135 – 155 7 Pemadatan Antara roda karet 2 – 20 100 – 125 110 – 135 8 Pemadatan Akhir roda baja ˂ 20 ˃ 95 ˃ 105 Sumber: Dep. PU. 2014

2.5.8 Jumlah sampel dan pemanasan

Untuk setiap variasi kadar aspal, idealnya dibuat minimal 3 sampel, kemudian karakteristik campuran diambil dari nilai rata-rata dua sampel yang memberi hasil terbaik. Bila pencampuran dilaksanakan secara manual, agregat ditempatkan dalam waskom metal dan diaduk rata sebelum dipanaskan. Setelah panas 2-3 jam dalam oven kemudian dituangi aspal sejumlah yang diperlukan, lalu diaduk dengan sendok metal serata mungkin. Untuk mengurangi kehilangan temperatur, yang bisa berakibat agregat tidak terselimuti aspal dengan merata maka material campuran dipanaskan lebih dulu beberapa saat 2-5 menit, kemudian diaduk kembali sampai rata.

2.5.9 Pemadatan sampel

Sebaiknya semua peralatan dipanaskan untuk mempertahankan temperatur dan kemudahan pelaksanaan workability. Nilai kepadatan menunjukkan kerapatan suatu massa campuran, sifatnya rapat atau padat dan sebaliknya. Kepadatan dipengaruhi oleh jenis bahan susun, kualitas dan proses pemadatannya yang dilakukan sesuai dengan jumlah tumbukan sebagai berikut: 1. Pemadatan dengan lalu lintas berat: 2 x 75 2. Berat alat tumbuk: 4,5 kg 3. Tinggi jatuh: 18” = 45,7 cm

2.5.10 Pengukuran volumetrik sampel

Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri atas aspal dan agregat. Proporsi masing-masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan aspal beton yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh lingkungan selama masa pelayanan. Ini berarti campuran beraspal haruslah: 1. Mengandung cukup kadar aspal agar awet. 2. Mempunyai stabilitas yang memadai untuk menahan beban lalu lintas. 3. Mengandung cukup rongga udara VIM agar tersedia ruangan yang cukup untuk menampung ekspansi aspal akibat pemadatan lanjutan oleh lalu lintas dan kenaikan temperatur udara tanpa mengalami bleeding atau deformasi plastis. 4. Rongga udara yang ada harus juga dibatasi untuk membatasi permeabilitas campuran.