Agregat Bahan Perkerasan Jalan
meningkatkan stabilitas campuran aspal panas. Adapun cakupan agregat antara lain: batu bulat, batu pecah, abu batu dan pasir. Agregat sebagai bahan perkerasan
adalah agregat yang memenuhi syarat properties agregat campuran aspal panas. Secara umum agregat sebagai bahan perkerasan jalan memiliki ketentuan sebagai
berikut: a. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3
b. Berat jenis specific gravity agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
c. Memenuhi nilai abrasikeausan yang diijinkan Berdasarkan spesifikasi Bina Marga tahun 2010 revisi 3, nilai abrasi agregat
sebagai campuran aspal panas dengan aspal minyak adalah ≤40 sedangkan campuran yang menggunakan aspal mod adalah ≤30. Berdasarkan Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah Depkimpraswil dalam Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas 2004, agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan
proses pengolahannya, serta berdasarkan ukuran butirnya. 2.3.1.1 Klasifikasi agregat berdasarkan proses terjadinya
Menurut Sukirman 2003, klasifikasi agregat berdasarkan asal kejadiannya dapat dibedakan atas batuan beku igneous rock, batuan sedimen dan
batuan metamorf batuan malihan, yaitu: Batuan beku igneous rock, batuan sedimen, batuan metamorf
2.3.1.2 Klasifikasi agregat berdasarkan proses pengolahannya Menurut Sukirman 2003, berdasarkan proses pengolahannya agregat
dapat dibedakan menjadi agregat siap pakai atau agregat alam, agregat yang perlu diolah.
1. Agregat siap pakaiagregat alam Agregat alam merupakan agregat yang dapat dipergunakan sebagai
perkerasan jalan yang diambil dari alam dengan sedikit proses pengolahan. Biasanya agregat alam terbentuk melalui proses alam seperti erosi dan
degradasi sehingga
bentuk partikelnya
ditentukan oleh
proses pembentukannya. Agregat yang mengalami proses erosi akibat air biasanya
terjadi di sungai mempunyai bentuk partikel yang bulat-bulat dengan permukaan yang halus. Agregat yang mengalami proses alam dengan
degradasi biasanya terjadi di daerah yang berbukit-bukit, biasanya mempunyai bentuk partikel yang bersudut dengan permukaan yang kasar.
Agregat alam yang sering dipergunakan yaitu pasir dan kerikil. Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel 14 inci 6,35 mm sedangkan pasir
adalah agregat dengan ukuran partikel 14 inci tetapi lebih besar dari 0,075 mm saringan no. 200.
2. Agregat yang perlu diolah Agregat yang melalui proses pengolahan merupakan agregat yang terdapat
di permukaan bumi biasanya berasal dari bukit-bukit maupun sungai, karena bentuknya kurang sesuai dengan yang diinginkan atau melebihi
ukuran yang diinginkan harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu
dengan menggunakan mesin pemecah batu Stone Crusher atau secara manual agar diperoleh:
a. Bentuk partikel yang bersudut dan kubikal. b. Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
c. Gradasi sesuai yang diinginkan. Yang termasuk juga agregat olahan adalah semen dan kapur, atau limbah
industri seperti abu terbang. 2.3.1.3 Klasifikasi agregat berdasarkan ukuran butirnya
Ditinjau dari ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi filler. Ketentuan dan ukuran butiran agregat
yang dapat digunakan menurut Departemen Pekerjaan Umum 2010 dalam spesifikasi Bina Marga 2010 antara lain:
1. Agregat kasar a. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan ayakan No.4 4,75 mm.
b. Fraksi agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan. Angularitas agregat kasar sidefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75mm dengan muka bidang pecah .
2. Agregat halus
a. Agregat halus adalah agregat terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah yang lolos dari ayakan No.4 4,75mm dan tertahan pada
saringan No.200 0,075mm b. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15 terhadap berat total campuran. c. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. 3. Bahan pengisi Filler
a. Bahan pengisi yang ditambahkan filler added terdiri atas debu batu kapur lomestone dust, Calcium Carbonate,
, atau debu kapur padam yang sesuai dengan AASHTO M303-892006, semen atau
mineral yang berasal dari asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika digunakan aspal modifikasi dari jenis asbuton
yang diproses maka bahan pengisi yang ditambahkan Filler added haruslah berasal dari mineral yang diproleh dari asbuton tersebut.
b. Bahan pengisi filler, bagian dari agregat halus yang lolos saringan No.200 0,075 mm tidak kurang dari 75 terhadap beratnya kecuali
untuk mineral asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.100 150 micron tidak kurang 95 terhadap beratnya, non-plastis,
tidak mengandung bahan organik, tidak menggumpal. c. Semua campuran beraspal yang mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan filler added harus dalam rentang 1-2 dari berat total campuran agregat.
Tabel 2. 1 Ketentuan agregat kasar Pengujian
Standar Nilai
Kekekalan bentuk
agregat terhadap
larutan Natrium sulfat
SNI 3407:2008 Maks. 12
Maks. 18 Magnesium sulfat
Campuran AC Mod 100
Putaran
SNI 2417:2008 Maks. 6
Maks. 30 Abrasi
dengan mesin Los
Angeles 500
putaran
Semua jenis campuran 100
Putaran Maks. 8
aspal bergradasi
lainnya 500
Putaran Maks.40
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-
1991 Min. 95
Butir pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012
9590
Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791
Maks. 10 Perbandingan
1:5 Material lolos ayakan no.200
SNI 03-4142- 1996
Maks. 2 Sumber: Dep.PU.2014
Tabel 2. 2 Ketentuan agregat halus Pengujian
Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min.60 Angularitas Dengan Uji Kadar
SNI 03-6877-2002 Min 45
Gumpalan Lempung dan Butir-Butir SNI 03-4141-1996
Maks.1 Agregat lolos Ayakan No.200
SNI 03-4428-1997 Maks.10
Sumber: Dep.PU.2014