Campuran Aspal Panas TINJAUAN PUSTAKA

aspal panas karena agregat memiliki komposisi hampir 95 berdasarkan berat atau 75-86 berdasarkan volume Sukirman,2007. Pada pengujian campuran aspal panas kekuatan daya tahan terhadap beban mekanis ditunjukkan dari hasil pengujian stabilitas marshallnya, pada umumnya semakin kecil nilai abrasi agregat pencampurnya maka semakin tinggi nilai marshallnya. Pada penelitian Syamsul 2007, nilai stabilitas marshall cenderung mengalami penurunan dengan semakin besarnya nilai abrasi dan nilai stabilitas marshall maksimum sebesar 1.787,477 kg terjadi pada nilai abrasi 20,44. Pada umumnya campuran aspal panas memiliki karakteristik sebagai campuran aspal panas antara lain Sukirman,2003: 1. Stabilitas, adalah kemampuan suatu lapis perkerasan untuk menerima beban lalu lintas tanpa terjadinya perubahan bentuk deformasi seperti gelombang, alur, maupun bleeding. Adapun faktor-faktor yanag mempengaruhi nilai stabilitas campuran antara lain: a. Gesekan internal, yang berasal dari kekasaran permukaan dari butir- butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau betuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal. b. Kohesi, adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya untuk memelihara tekanan kontak antar butir agregat. Daya kohesi ditentukan oleh kualitas unsur aspalnya seperti penetrasi aspal, perubahan viskositas, tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari waktu dan umur aspal. 2. Keawetan Durabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan untuk mencegah perubahan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas, umur aspal, pengaruh air atau kelembaban, keausan agregat dan perubahan temperatur. Dalam campuran aspal panas keawetandurabilitas campuran dipengaruhi oleh: a. Tebal film yang cukup memadai untuk menahan kehausan akibat pengaruh cuaca. Biasanya dapat dilihat dari nilai VMA campuran. Bila terlalu tipis, lapisan aspal mudah teroksidasi udara dan terkelupas, bila terlalu tebal bisa terjadi bleeding. b. Banyaknya pori dalam campuran Void in aggregate dimana bila Porositas VIM nya kecil, lapisan menjadi cukup impermeable dan tidak mudah ditembus oleh udara. Porositas yang kecil juga dapat mengurangi proses oksidasi yang menyebabkan aspal mengelupas c. VMA yang besar, menyebabkan tebal film aspal lebih tebal. 1. Ketahanan terhadap kelelahan fatigue resistance Ketahanan terhadap kelelahan adalah kemampuan menerima beban akibat beban berulang tanpa terjadi perubahan bentuk seperti alur dan retak. Penomena ini bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa hal. Untuk mendapatkan ketahanan terhadap kelelahan dapat dilaksanakan upaya: a. Bila porositas VIM dan VMA tinggi dengan kadar aspal yang lebih ditingkatkan. b. Campuran dengan gradasi yang lebih halus biasanya memiliki ketahanan kelelehan yang lebih baik. 4. Kelenturan Fleksibilitas adalah kemampuan lapisan untuk mengikuti penurunan deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas yang berulang tanpa terjadi retak dan perubahan volume ataupun berat sendiri tanah timbunan yang dibuat diatas tanah asli. Hal ini dapat dicapai dengan: a. Menggunakan agregat bergradasi terbukasenjang, sehingga VMA menjadi lebih besar. b. Menggunakan aspal dengan penetrasi lebih tinggilebih lunak c. Menggunakan aspal yang lebih banyak sehingga VIM menjadi lebih kecil walaupun VMA sedikit besar dan memenuhi syarat Marshall Quotient MQ yang merupakan indikator sifat yang ditentukan dari perbandingan antara stabilitasflow kNmm. 5. KekesatanTahanan Geser skid resistance Kekesatan adalah kemampuan permukaan aspal beton dalam menerima gesekan roda kendaraan sehingga kendaraan tidak mudah mengalami slip terutama pada saat hujan. Perkerasan aspal umumnya memiliki tahanan geser yang baik. Hal ini diperoleh dengan menggunakan: a. Kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding. b. Agregat dengan permukaan kasar, dan berbentuk kubikal c. Kepadatan campuran. d. Penggunaan agregat kasar dalam jumlah yang cukup. Untuk ini, pada campuran aspal bergradasi senjang biasanya ditentukan jumlah agregat kasar yang dipergunakan. 6. Kedap Air impermeabilitas Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara. Air dan udara dapat mempercepat proses oksidasi aspal dan dapat menimbulkan efek pengelupasan film aspal dari permukaan agregat. Oleh sebab itu, kekedapan lapisan aspal sangat diperlukan untuk mencegah masuknya air kedalam perkerasan. 7. Mudah dilaksanakan workability Kemudahan pelaksanaan dimaksudkan untuk kemudahan dalam pencampuran, penghamparan dan pemadatan campuran aspal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh: a. Viskositas aspal b. Gradasi agregat dan kandungan bahan pengisi filler. Bila kadar filler terlalu tinggi bisa mengurangi workability. 8. Tidak mengkilap, tampilan permukaan aspal tidak memantulkan cahaya.

2.3 Bahan Perkerasan Jalan

Bahan material perkerasan jalan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan asal material yang digunakan. Untuk mendapatkan kualitas campuran aspal panas sebagai bahan perkerasan jalan diperlukan pengujian properties material sebelum digunakan.

2.3.1 Agregat

Agregat adalah material berbutir padat yang keras dan solid. Agregat sebagai bahan perkerasan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan stabilitas campuran aspal panas. Adapun cakupan agregat antara lain: batu bulat, batu pecah, abu batu dan pasir. Agregat sebagai bahan perkerasan adalah agregat yang memenuhi syarat properties agregat campuran aspal panas. Secara umum agregat sebagai bahan perkerasan jalan memiliki ketentuan sebagai berikut: a. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 b. Berat jenis specific gravity agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2. c. Memenuhi nilai abrasikeausan yang diijinkan Berdasarkan spesifikasi Bina Marga tahun 2010 revisi 3, nilai abrasi agregat sebagai campuran aspal panas dengan aspal minyak adalah ≤40 sedangkan campuran yang menggunakan aspal mod adalah ≤30. Berdasarkan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Depkimpraswil dalam Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas 2004, agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan proses pengolahannya, serta berdasarkan ukuran butirnya. 2.3.1.1 Klasifikasi agregat berdasarkan proses terjadinya Menurut Sukirman 2003, klasifikasi agregat berdasarkan asal kejadiannya dapat dibedakan atas batuan beku igneous rock, batuan sedimen dan batuan metamorf batuan malihan, yaitu: Batuan beku igneous rock, batuan sedimen, batuan metamorf