Rumusan Masalah Pengkajian Asuhan Keperawatan Diagnosa Asuhan Keperawatan

kategori kurang, 10 rekam medis kategori baik dan 5 rekam medis kategori sedang. Dikatakan pendokumentasian kurang karena pada tahap pengkajian formulir yang tersedia belum terisi lengkap, pada tahap diagnosis dan perencanaan sudah tersedia formulir berdasarkan diagnosa namun masih terdapat 60 perawat yang belum memberi tanda pada kolom yang tersedia, sedangkan pada implementasi tindakan yang dilakukan sesuai dengan shift jaga masih terdapat 55 yang tidak berisi. Dari data dan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah ada Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi beban kerja perawat di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar 2. Mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 3. Menganalisa Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian ini dalam bidang manajemen keperawatan khusunya dalam penghitungan beban kerja perawat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Berguna bagi pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dan dapat memberikan informasi kepada manajemen keperawatan dalam kelengkapan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dan beban kerja perawat yang dialami perawat di Ruang Rawat Inap Angsoka. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan beban kerja dapat dilakukan berdasarkan perhitungan beban kerja Peraturan Pemerintah RI Nomor 97 tahun 2000. Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten 1991 adalah keseluruhan waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler dan Koyner 2000, beban kerja diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau departemen. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen. Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber 2000 adalah pengukuran dari aktifitas kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di rumah sakit terkait dengan dua fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan keperawatan setiap klien per hari Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000. Berdasarkan beberapa literatur diatas, telah banyak pula dilakukan penelitian tentang beban kerja pada perawat di bangsal rawat inap antara lain oleh Irwandy dan Astuti, yang menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan yang dialami oleh perawat terjadi karena adanya tuntutan kerja yang bervariasi dalam pekerjaan, selain itu adanya tugas tambahan lain dan sering melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, misalnya 78,8 perawat melaksanakan tugas kebersihan, 63,6 melakukan tugas administrasi dan lebih dari 90 melakukan tugas non keperawatan misalnya : menetapkan diagnose penyakit, membuat resep, mengambil obat ke apotik dan melakukan tindakan pengobatan dan hanya 50 yang melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan fungsinya Depkes UI, 2005.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya beban kerja seorang perawat diruangan, antara lain sebagai berikut Irwandy, 2007: 1. Perawat melakukan observasi secara terus menerus terhadap perkembangan kondisi pasien selama shift berlangsung. 2. Jumlah pasien yang banyak pada saat shift membuat tindakan keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat lebih banyak sehingga perawat kurang puas dengan tindakan yang dilakukan. 3. Jumlah pasien yang tidak menentu setiap harinya, mempengaruhi kinerja perawat. 4. Rasa takut dan khawatir yang muncul ketika perkembangan kondisi pasien yang dirawat mengalami perubahan yang tidak diharapkan. 5. Banyaknya tindakan keperawatan langsung maupun tidak langsung yang dilakukan perawat saat shift dan dikerjakan berulang setiap harinya membuat perawat bosan. 6. Kondisi dan status medis pasien di unit perawatan berbeda-beda sehingga rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan keperawatan untuk setiap pasien membutuhkan waktu cukup lama, yang mempengaruhi waktu jaga. 7. Jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah perawat yang berjaga di ruangan mengakibatkan tugas yang dikerjakan berlebih. 8. Partner atau rekan kerja dalam satu tim tidak dapat membantu pekerjaan saat shift dan bersikap acuh terhadap pekerjaan menjadikan rekan perawat lainnya dalam satu tim merasa terbebani. 9. Caring kepada pasien kurang optimal dilakukan diakibatkan pekerjaan yang dilakukan lebih banyak. 10. Waktu pendokumentasian berkurang, karena tugas keperawatan yang berlebih sehingga hasil yang didokumentasikan sedikit dan tidak lengkap. 11. Keluarga pasien yang melakukan complaint tentang kondisi pasien 12. Format dokumentasi yang berubah-ubah yang membuat pengerjaan pendokumentasian semakin sulit 13. Fasilitas di ruangan yang tidak mendukung dari kegiatan keperawatan yang dilakukan Hal serupa juga disampaikan oleh Kusmiati 2003, yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Disamping tugas tambahan, beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut Syaer, 2010.

2.1.3 Aspek-aspek Beban Kerja

Beban kerja Irwandy, 2007 meliputi beban kerja fisik, psikologismental dan waktu kerja. a. Aspek fisik Beban kerja fisik merupakan beban kerja yang timbul akibat aktivitas fisik pekerja. Misalnya pada perawat, beban kerja fisik perawat meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart pasien dan sebagainya b. Aspek psikologis Mental Beban kerja mental mental workload merupakan beban kerja yang timbul dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, beban kerja mental terbentuk secara kognitif pikiran. Misalnya pada perawat, beban kerja mental yang dialami perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran, melakukan pengecekan keadaan pasien setiap beberapa jam, hubungan perawat dengan perawat dan membuat laporan asuhan keperawatan pasien sesuai dengan ketentuan masing-masing Rumah Sakit. c. Aspek waktu Lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja, yaitu sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari .

2.1.4 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi –reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari- hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja Suyanto, 2008. Efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari kelebihan beban kerja adalah stress kerja yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Rusman, 2006.

2.2 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti pelayanan keperawatan profesional yang mencakup pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan dan evaluasi, sehingga menggambarkan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan Hidayat, 2001. Dokumentasi asuhan keperawatan menjadi hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya hal ini sangat penting karena menyangkut aspek legal tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam pencatatan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan juga untuk berkomunikasi dengan internal tim perawat sendiri dan tim kesehatan lainnya Asmadi, 2008 . Hal ini dimaksudkan untuk menghindari miscommunication antar perawat. Untuk itu, dalam suatu dokumentasi keperawatan harus terdapat catatan yang jelas, lengkap, objektif, waktu harus tertulis dengan jelas hari, tanggal, bulan, tahun dan jam, dan ditandatangani oleh petugas kesehatan yang melakuka interaksi terapeutik dengan klien dokter, perawat atau petugas lainnya Asmadi, 2008. Artinya intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan negligence dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar Nursalam, 2009. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.

2.2.2 Tujuan Pendokumentasian Keperawatan

Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan professional Asmadi, 2008 dan tujuan pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan yakni : a Mengidentifikasi status kesehatan klien pasien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan. b Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika. Hal ini juga menyediakan: - Bukti kualitas asuhan keperawatan. - Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien. - Informasi terhadap perlindungan individu. - Bukti aplikasi standar praktik keperawatan. - Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien. - Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa datang.

2.2.3 Manfaat Pendokumentasian Keperawatan

Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan menurut Nursalam 2008, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut berikut : a. Aspek hukum Dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat dan institusi. b. Kualitas pelayanan, komunikasi Melalui audit keperawatan dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. c. Keuangan Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakan telah dilakukan oleh perawat dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-masing. d. Pendidikan Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mahasiswa perawat dalam membuat asuhan keperawatan yang benar sesuai dengan kondisi real pasien di lapangan. e. Penelitian Penelitian keperawatan dengan menggunakan data-data sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat.

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian

Baik tidaknya mutu dokumentasi proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh berikut ini: a. Tingkat Pendidikan Penyebab kurang baiknya dokumentasi asuhan keperawatan adalah pengetahuan dan pemahaman perawat yang kurang, perawat lebih memprioritaskan tindakan langsung dan kekurangan tenaga keperawatan. Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kualitas dokumentasi yang dikerjakan berbeda pula karena semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kemampuan secara kognitif dan keterampilan akan meningkat Capenito, 2006. b. Format Dokumentasi. Menurut Capernito 2006 bahwa format dokumentasi masih banyak ragamnya, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan banyak memakan waktu. Maka dalam pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan diperlukan sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku. c. Waktu Faktor waktu atau lama pelaksanaan pendokumentasian yang dibutuhkan perawat mempunyai pengaruh yang signifikan. Waktu pendokumentasian yang sedikit akan membuat perawat tidak maksimal dalam mendokumentasikan kegiatan dan perkembangan pasien saat shift, sehingga beberapa pendokumentasian yang hanya diisikan secara sembarangan Carpenito, 2006.

2.2.5 Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Menurut Asmadi, 2008 , terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, sebagai berikut: 1. Isi Informasi yang ditulis harus lengkap , akurat, jelas, mengandung fakta obyektif dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak umum. Informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien sesungguhnya. 2. Waktu Dokumentasikan waktu setiap melakukan intervensi keperawatan. Up to date, laporan yang terlambat merupakan suatu kelalaian yang serius dan penyebab kelambatan dalam memberikan suatu tindakan. Misalnya kesalahan dalam melaporkan penurunan tekanan darah dapat memperlambat pemberian obat yang diperlukan. Pendokumentasian ini mencakup : - vital sign - penatalaksanaan medis - persiapan dilakukan diagnostic test dan pembedahan - perubahan status - waktu masuk, pindah, pulang atau kematian klien - penatalaksanaan untuk perubahan status yang tiba-tiba. 3. Format Gunakan format yang telah ada sesuai dengan kebijaksanaan institusi pelayanan kesehatan 4. Kerahasiaan Komunikasi yang rahasia adalah informasi yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang dipercaya dan merahasiakan bahwa beberapa informasi itu tidak akan diungkapkan. Pasien mempunyai hak untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam catatan kesehatannya terjaga kerahasiaannya. 5. Akuntabilitas Berikan nama dan tanda tangan setiap melakukan intervensi keperawatan. jangan menggunakan penghapus atau tip-ex bila melakukan kesalahan dalam penulisan. Selain itu, menurut Potter and Perry, 2005, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut : a. Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang salah ketika mencatat cara yang benar menggunakan garis pada tulisan yang salah, kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar. b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga kesehatan lain. Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu. c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis diikuti kesalahan tindakan. d. Catatan harus akurat teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulatif atau menulis perkiraan saja. e. Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena dapat menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi, untuk itu buat garis horisontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda tangan dibawahnya. f. Semua catatan harus bisa dibaca dan ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang jelas. g. Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat sedang mengklarifikasikan, karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas kewenangannya dapat di tuntut. h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya. i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum kurang spesifik , karena informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak sengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum. Oleh karena itu tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif. j. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani setiap selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus obyektif, konfrehensif, akurat dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya. 2.2.6 Tahapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Tahapan Dokumenatasi Asuhan Keperawatan Asmadi, 2008 dimulai dari perawat melakukan pengkajian lengkap tentang keadaan klien, dilanjutkan dengan penentuan diagnosa keperawatan terhadap masalah yang dialami klien, setelah itu dilanjutkan dengan membuat perencanaan mengenai tindakan yang akan dilakukan untuk klien dan rasionalnya, kemudian dilakukan implementasi terhadap perencanaan tindakan tersebut, dan diakhiri dengan evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan. Berikut penjelasan lengkap mengenai tahapan dokumentasi asuhan keperawatan :

a. Pengkajian Asuhan Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau masalah Asmadi, 2008. Sedangkan menurut Nursalam 2009 pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tujuan dari pangkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tinjauan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien Potter, 2005. Kriteria pengkajian meliputi: - Pengumpulan data dilakukan secara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang. - Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lainnya.

b. Diagnosa Asuhan Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia status kesehatan atau resiko perubahan pola dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah Nursalam, 2009. Tujuan diagnosia keperawatan yaitu untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah, serta kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah Nursalam, 2009. Dalam merumuskan suatu diagnosa, terdapat tiga komponen yang merujuk pada hasil analisa data, yaitu: - Problem masalah, adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. - Etiology penyebab, adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem masalah. - Signsymptom tanda gejala, adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.

c. Perencanaan Asuhan Keperawatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Beban Kerja Perawat Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

0 72 69

Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

12 139 124

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

0 22 16

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 3 15

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 2 15

Hubungan Implementasi Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

1 15 37

Pengaruh Intervensi Apoteker terhadap Kejadian Medication Error di Ruang Rawat Inap Angsoka RSUP Sanglah Denpasar - Ubaya Repository

0 0 2

Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 18

HUBUNGAN BEBAN KERJA YANG DILAKSANAKAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 2 12

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 16