kategori kurang, 10 rekam medis kategori baik dan 5 rekam medis kategori sedang. Dikatakan pendokumentasian kurang karena pada tahap
pengkajian formulir yang tersedia belum terisi lengkap, pada tahap diagnosis dan perencanaan sudah tersedia formulir berdasarkan diagnosa
namun masih terdapat 60 perawat yang belum memberi tanda pada kolom yang tersedia, sedangkan pada implementasi tindakan yang
dilakukan sesuai dengan shift jaga masih terdapat 55 yang tidak berisi. Dari data dan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah ada Hubungan Beban Kerja Perawat
dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi beban kerja perawat di Ruang Rawat Inap Angsoka
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar 2.
Mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. 3.
Menganalisa Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Angsoka Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian ini dalam bidang manajemen keperawatan
khusunya dalam penghitungan beban kerja perawat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Berguna bagi pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dan dapat memberikan informasi kepada manajemen keperawatan dalam
kelengkapan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dan beban kerja perawat yang dialami perawat di Ruang Rawat Inap Angsoka.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban Kerja
2.1.1 Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan beban kerja dapat dilakukan berdasarkan perhitungan beban kerja Peraturan
Pemerintah RI Nomor 97 tahun 2000. Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten 1991 adalah keseluruhan waktu yang
digunakan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler dan Koyner 2000, beban kerja diartikan sebagai volume kerja
dari suatu unit atau departemen. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan
untuk melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen. Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber 2000 adalah pengukuran dari aktifitas
kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di rumah sakit terkait dengan dua fungsi variabel,
yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan keperawatan setiap klien per hari Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000.
Berdasarkan beberapa literatur diatas, telah banyak pula dilakukan penelitian tentang beban kerja pada perawat di bangsal rawat inap antara
lain oleh Irwandy dan Astuti, yang menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan yang dialami oleh perawat terjadi karena adanya tuntutan kerja
yang bervariasi dalam pekerjaan, selain itu adanya tugas tambahan lain dan sering melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, misalnya 78,8
perawat melaksanakan tugas kebersihan, 63,6 melakukan tugas administrasi dan lebih dari 90 melakukan tugas non keperawatan
misalnya : menetapkan diagnose penyakit, membuat resep, mengambil obat ke apotik dan melakukan tindakan pengobatan dan hanya 50 yang
melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan fungsinya Depkes UI, 2005.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya beban kerja seorang perawat diruangan, antara lain sebagai berikut Irwandy, 2007:
1. Perawat melakukan observasi secara terus menerus terhadap
perkembangan kondisi pasien selama shift berlangsung. 2.
Jumlah pasien yang banyak pada saat shift membuat tindakan keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat lebih banyak
sehingga perawat kurang puas dengan tindakan yang dilakukan. 3.
Jumlah pasien yang tidak menentu setiap harinya, mempengaruhi kinerja perawat.
4. Rasa takut dan khawatir yang muncul ketika perkembangan kondisi
pasien yang dirawat mengalami perubahan yang tidak diharapkan. 5.
Banyaknya tindakan keperawatan langsung maupun tidak langsung yang dilakukan perawat saat shift dan dikerjakan berulang setiap
harinya membuat perawat bosan. 6.
Kondisi dan status medis pasien di unit perawatan berbeda-beda sehingga rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan
keperawatan untuk setiap pasien membutuhkan waktu cukup lama, yang mempengaruhi waktu jaga.
7. Jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah perawat yang berjaga di
ruangan mengakibatkan tugas yang dikerjakan berlebih. 8.
Partner atau rekan kerja dalam satu tim tidak dapat membantu pekerjaan saat shift dan bersikap acuh terhadap pekerjaan menjadikan
rekan perawat lainnya dalam satu tim merasa terbebani. 9.
Caring kepada pasien kurang optimal dilakukan diakibatkan pekerjaan yang dilakukan lebih banyak.
10. Waktu pendokumentasian berkurang, karena tugas keperawatan yang
berlebih sehingga hasil yang didokumentasikan sedikit dan tidak lengkap.
11. Keluarga pasien yang melakukan complaint tentang kondisi pasien
12. Format dokumentasi yang berubah-ubah yang membuat pengerjaan
pendokumentasian semakin sulit 13.
Fasilitas di ruangan yang tidak mendukung dari kegiatan keperawatan yang dilakukan
Hal serupa juga disampaikan oleh Kusmiati 2003, yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien
yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas
tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Disamping tugas
tambahan, beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat
melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut Syaer, 2010.
2.1.3 Aspek-aspek Beban Kerja
Beban kerja Irwandy, 2007 meliputi beban kerja fisik, psikologismental dan waktu kerja.
a.
Aspek fisik
Beban kerja fisik merupakan beban kerja yang timbul akibat aktivitas fisik pekerja. Misalnya pada perawat, beban kerja fisik perawat
meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke
kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur
pasien, mendorong brankart pasien dan sebagainya
b.
Aspek psikologis Mental
Beban kerja mental mental workload merupakan beban kerja yang timbul dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, beban kerja mental
terbentuk secara kognitif pikiran. Misalnya pada perawat, beban kerja mental yang dialami perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran,
melakukan pengecekan keadaan pasien setiap beberapa jam, hubungan perawat dengan perawat dan membuat laporan asuhan keperawatan
pasien sesuai dengan ketentuan masing-masing Rumah Sakit.
c.
Aspek waktu Lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja,
yaitu sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja berkaitan dengan waktu yang
digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari .
2.1.4 Dampak Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi
–reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu
sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-
hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan
pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja Suyanto, 2008. Efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari
kelebihan beban kerja adalah stress kerja yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Rusman,
2006.
2.2 Dokumentasi Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu
bukti pelayanan
keperawatan profesional yang mencakup pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan dan evaluasi,
sehingga menggambarkan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan Hidayat, 2001. Dokumentasi asuhan keperawatan menjadi hal yang
penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya hal ini
sangat penting karena menyangkut aspek legal tindakan keperawatan, perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat dalam pencatatan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
juga untuk berkomunikasi dengan internal tim perawat sendiri dan tim kesehatan lainnya
Asmadi, 2008
.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari miscommunication antar perawat. Untuk itu, dalam suatu dokumentasi keperawatan harus terdapat catatan
yang jelas, lengkap, objektif, waktu harus tertulis dengan jelas hari, tanggal, bulan, tahun dan jam, dan ditandatangani oleh petugas kesehatan
yang melakuka interaksi terapeutik dengan klien dokter, perawat atau
petugas lainnya Asmadi, 2008. Artinya intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan negligence dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan
pendokumentasian yang akurat dan benar Nursalam, 2009. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
2.2.2 Tujuan Pendokumentasian Keperawatan
Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerjasama dan
komunikasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan professional
Asmadi, 2008
dan tujuan pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan yakni :
a Mengidentifikasi status kesehatan klien pasien dalam rangka
mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan.
b Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika. Hal ini
juga menyediakan: -
Bukti kualitas asuhan keperawatan.
- Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada
klien. -
Informasi terhadap perlindungan individu. -
Bukti aplikasi standar praktik keperawatan. -
Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien.
- Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa datang.
2.2.3 Manfaat Pendokumentasian Keperawatan
Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan menurut Nursalam 2008,
dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut berikut :
a. Aspek hukum
Dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan
yang diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat dan institusi.
b. Kualitas pelayanan, komunikasi
Melalui audit keperawatan dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam membandingkan antara tindakan yang
diberikan dengan standar yang dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
c. Keuangan
Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakan telah dilakukan oleh perawat dan dengan dokumentasi ini maka
besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-masing.
d. Pendidikan
Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mahasiswa perawat dalam membuat asuhan keperawatan yang benar
sesuai dengan kondisi real pasien di lapangan. e.
Penelitian Penelitian keperawatan dengan menggunakan data-data sekunder akan
sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat.
2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian
Baik tidaknya mutu dokumentasi proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh berikut ini:
a. Tingkat Pendidikan
Penyebab kurang baiknya dokumentasi asuhan keperawatan adalah pengetahuan dan pemahaman perawat yang kurang, perawat lebih
memprioritaskan tindakan
langsung dan
kekurangan tenaga
keperawatan. Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kualitas dokumentasi yang dikerjakan berbeda pula
karena semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kemampuan secara kognitif dan keterampilan akan meningkat Capenito, 2006.
b. Format Dokumentasi.
Menurut Capernito 2006 bahwa format dokumentasi masih banyak ragamnya, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan banyak
memakan waktu. Maka dalam pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan
diperlukan sistem
dokumentasi yang
efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam
waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku. c.
Waktu Faktor waktu atau lama pelaksanaan pendokumentasian yang
dibutuhkan perawat mempunyai pengaruh yang signifikan. Waktu pendokumentasian yang sedikit akan membuat perawat tidak
maksimal dalam mendokumentasikan kegiatan dan perkembangan pasien saat shift, sehingga beberapa pendokumentasian yang hanya
diisikan secara sembarangan Carpenito, 2006.
2.2.5 Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Menurut Asmadi, 2008 , terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1.
Isi
Informasi yang ditulis harus lengkap , akurat, jelas, mengandung fakta obyektif dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak
umum. Informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan harus
sesuai dengan kondisi pasien sesungguhnya.
2.
Waktu
Dokumentasikan waktu setiap melakukan intervensi keperawatan. Up to date, laporan yang terlambat merupakan suatu kelalaian yang serius
dan penyebab kelambatan dalam memberikan suatu tindakan. Misalnya kesalahan dalam melaporkan penurunan tekanan darah dapat
memperlambat pemberian obat yang diperlukan. Pendokumentasian ini
mencakup :
-
vital sign
-
penatalaksanaan medis
-
persiapan dilakukan diagnostic test dan pembedahan
-
perubahan status
-
waktu masuk, pindah, pulang atau kematian klien
-
penatalaksanaan untuk perubahan status yang tiba-tiba.
3.
Format
Gunakan format yang telah ada sesuai dengan kebijaksanaan institusi pelayanan kesehatan
4.
Kerahasiaan
Komunikasi yang rahasia adalah informasi yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang dipercaya dan merahasiakan bahwa
beberapa informasi itu tidak akan diungkapkan. Pasien mempunyai hak untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam catatan
kesehatannya terjaga kerahasiaannya. 5.
Akuntabilitas
Berikan nama dan tanda tangan setiap melakukan intervensi keperawatan. jangan menggunakan penghapus atau tip-ex bila
melakukan kesalahan dalam penulisan.
Selain itu, menurut Potter and Perry, 2005, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut : a.
Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang salah ketika mencatat cara yang benar menggunakan garis pada tulisan
yang salah, kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar.
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun
tenaga kesehatan lain. Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak
profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis
diikuti kesalahan tindakan.
d. Catatan harus akurat teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis adalah
fakta, jangan berspekulatif atau menulis perkiraan saja.
e. Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena
dapat menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi, untuk itu buat garis horisontal sepanjang area yang
kosong dan bubuhkan tanda tangan dibawahnya.
f. Semua catatan harus bisa dibaca dan ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang jelas.
g. Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat
sedang mengklarifikasikan, karena jika perawat melakukan tindakan di
luar batas kewenangannya dapat di tuntut.
h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum kurang spesifik ,
karena informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak sengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum.
Oleh karena itu tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.
j. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani
setiap selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus obyektif, konfrehensif, akurat dan menggambarkan
keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya. 2.2.6
Tahapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tahapan Dokumenatasi Asuhan Keperawatan Asmadi, 2008 dimulai dari perawat melakukan pengkajian lengkap tentang keadaan klien, dilanjutkan
dengan penentuan diagnosa keperawatan terhadap masalah yang dialami
klien, setelah itu dilanjutkan dengan membuat perencanaan mengenai tindakan yang akan dilakukan untuk klien dan rasionalnya, kemudian
dilakukan implementasi terhadap perencanaan tindakan tersebut, dan diakhiri dengan evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan. Berikut
penjelasan lengkap mengenai tahapan dokumentasi asuhan keperawatan :
a. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau
masalah Asmadi, 2008. Sedangkan menurut Nursalam 2009 pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tujuan dari pangkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan,
tinjauan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien Potter, 2005. Kriteria pengkajian meliputi:
- Pengumpulan data dilakukan secara anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
- Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lainnya.
b. Diagnosa Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia status kesehatan atau resiko perubahan pola dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah Nursalam, 2009. Tujuan diagnosia keperawatan yaitu untuk
mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang menunjang atau
menyebabkan suatu masalah, serta kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah Nursalam, 2009. Dalam merumuskan
suatu diagnosa, terdapat tiga komponen yang merujuk pada hasil analisa data, yaitu:
-
Problem masalah, adalah gambaran keadaan klien dimana
tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak
terjadi. -
Etiology penyebab, adalah keadaan yang menunjukkan
penyebab terjadinya problem masalah. -
Signsymptom tanda gejala, adalah ciri, tanda atau gejala
relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.
c. Perencanaan Asuhan Keperawatan