Hati Nurani yang Paling Bajik

terikat dengan salah satu warna tertentu mata memanifestasikan pribadi kosong , barulah ia bisa berfungsi sempurna sehingga dapat melihat semua warna mata menghasilkan kesempurnaan mukjizat Karena ‘kosong’, barulah menghasilkan mukjizat Seandainya saja mata terikat pada satu warna tertentu tidak memanifestasikan pribadi kosong , maka mata tak akan dapat melihat semua warna dengan sempurna tak menghasilkan kesempurnaan mukjizat Inilah salah satu contoh sederhana tentang bekerjanya Hukum Tak Dilahirkan dalam kehidupan sehari-hari. p.8-9 6. Kebenaran Agung ini telah ada pada mata, telinga, mulut, hidung, badan, lidah, dan pikiran kita secara sempurna. Mau kemana lagi mencari Kebenaran Sejati. p.9 7. Adanya berbagai pikiran responsif ini menandakan bahwa hati kita belum ‘kosong’. Dari sini terbentuklah jalinan sebab jodoh yang buruk dengan orang lain. p.10 SP 8. Tak dilahirkan mencerminkan kebijaksanaan, sedangkan mampu melahirkan segalanya , mencerminkan kasih. p.11 SP 9. Pembina yang mencapai puncak kebijaksanaan akan menginsafi bahwa segalanya adalah kosong tiada. Ia menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah fana, dan tak ada apapun yang menjadi miliknya yang abadi. cetak tebal sesuai aslinya p.11 SP 10. Dengan menginsafi dan memanifestasikan pribadi ‘kosong’ sejati, pribadi yang tiada keakuan dan tiada keterikatan, barulah ia dapat memancarkan kasih yang tiada batas, kasih yang tak terhingga, kasih tanpa diskriminasi. Inilah pribadi para buddha dan orang- orang suci. cetak tebal sesuai aslinya p.11 DKS 11. Tanpa menginsafi ‘kosong sejati’, maka apa yang dilakukan bukanlah ‘mukjizat’. Jika hati masih dipenuhi keterikatan, diskriminasi, keakuan, ataupun kepentingan pribadi, maka kasih sejati tak dapat terpancar. p.11 12. Demikianlah pribadi Sang Tiada Tara, Sang Abadi, Dia yang Tak Dilahirkan. Demikianlah perpaduan antara kebijaksanaan tertinggi dengan cinta kasih yang tiada batas. Keduanya sesungguhnya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dimana kebijaksanaan tertinggi termanifestasi kosong sejati, di sana pula cinta kasih yang tak terbatas mukjizat sempurna terealisasi. Saat sesorang mampu mencapai pribadi ‘kosong’, barulah ia dapat memancarkan fungsi yang tak terbatas. Karena ia tak terikat pada suatu bentuk, maka ia mampu melahirkan segala bentuk. Karena ia memancarkan pribadi ‘Tak Dilahirkan’, maka mampu ‘melahirkan segalanya’. p.12 13. Bila kita dapat mengamalkan Hukum ‘Tak Dilahirkan’ ini dalam kehidupan sehari-hari secara mendetail, baik di kala bergerak maju atau mundur, aktif atau pasif, dalam ucapan, perbuatan, sikap duduk, berdiri, berjalan, atau berbaring, niscaya setiap perbuatan kita akan menjadi Hukum ‘Tak Dilahirkan’ itu sendiri, menjadi Hukum Kebenaran yang hidup. Dengan demikian kita telah merealisasikan kemuliaan Emanasi Roh Tuhan di dalam diri kita. p.12-13 14. Seorang pembina Ketuhanan adalah dia yang berjuang untuk kembali ke pribadi asal – roman sejatinya. Perjuangan seorang pembina Ketuhanan adalah agar jati dirinya dapat terbebas dari dosa karma. p.14 DKS 15. Perjuangankanlah tingkat keinsafan kekosongan dosa dan karma mulai sekarang, jangan menunggu sampai tibanya masa penentuan akhir zaman. Sebab semuanya akan menjadi terlambat dan sia-sia.Mulai sekarang belajarlah untuk berpijak secara mantap dalam Hati Nurani. Misalnya bila kita masih merasa marah, benci, dan timbul niat untuk membalas dendam saat mengalami penghinaan, makian, fitnahan, cemoohan, maka seketika itu juga ingatkanlah diri sendiri bahwa Tuhanlah yang berkuasa dan telah mengatur segalanya termasuk yang sedang terjadi sekarang ini.Permasalahan yang hadir di hadapanku adalah sebab jodoh yang harus dituntaskan. Inilah kesempatan untuk melunasi titik demi titik dosa karma di masa lampau. p.15 16. Imanilah bahwa pengaturan Tuhan adalah wujud kasih-Nya, adalah yang terbaik untuk diri kita. Dengan menginsafi hal ini, kita akan senantiasa berjuang melunasi dosa dan karma dengan hati yang penuh rasa syukur, rela dan bahagia, hingga akhirnya mencapai tahap kosongnya dosa karma. p.16 17. Saat terwujudnya negeri Buddha nanti, semua bentuk manggala berkah dan karma baik tidak lagi bersifat dualis dan karma baik tidak lagi bersifat dualis dan samsarik lahir- mati, muncul-musnah. Bahkan kehidupan pada masa itu bebas dari ikatan karma dan samsara. p.26 18. Pada setitik kesempatan yang tersisa dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan, hendaklah kita terus berjuang memanifestasikan pribadi ‘Tak Dilahirkan’ Sebelum tiba masa penentuan terakhir, kita harus dapat berpegang teguh pada hati yang kosong tiada sesuatu. Catatlah dalam hati, bahwa hal yang paling mendesak untuk direalisasikan sekarang adalah menjiwai Kebenaran ‘Tak Dilahirkan’, dengan tidak lagi melakukan perbuatan yang membuahkan karma buruk, dan juga tidak terikat dengan amal perbuatan bajik. Dengan inilah kita terbebas dari segala pembalasan karma. Dengan inilah kita dapat terbebas dari segala roda pembalasan tumimbal lahir, menuju kehidupan abadi Dunia Sukhavati – Nirwana di dunia yang penuh dengan kebahagiaan ilahi. p.29 DKS

i. Hati Nurani yang Paling Bahagia

No. Unit data Kode 1. Sejak dimulainya peradaban, manusia selalu beranggapan bahwa kebahagiaan dicari dan didapatkan di luar diri. Namun dengan pandangan seperti ini, apa yang didapat pada akhirnya sungguh bertolak belakang dengan apa yang diharapkan, yaitu penderitaan dan kilesa. p.2 SP 2. Apa yang ada di luar diri adalah fana adanya. Makanya kebahagiaan di luar diri pun tak ada yang kekal sifatnya. p.3-4 3. Walaupun kita bisa menghiasi dan mengisi kekosongan jiwa dengan segala kebahagiaan di luar diri itu, tetapi jauh di dasar hati sesungguhnya kita sangat miskin, kesepian dan menderita, karena kebahagiaan yang didapatkan bukanlah kebahagiaan yang bersumber dari pokok-akar tetapi dari cabang-ranting, sehingga kebahagiaan yang sesungguhnya tak mungkin dirasakan. p.4-5 4. Hati Nurani yang Paling Bahagia ada di dalam diri. Ini berarti sumber dari segala kebahagiaan sejati ada di dalam Hati Nurani kita…kita harus senantiasa berpaling ke dalam diri dan berintrospeksi agar bisa menemukan Kebahagiaan Nurani itu. p.7 DKS 5. Kebahagiaan Nurani bukanlah kebahagiaan semu yang diciptakan oleh sebab-jodoh yang ada di luar diri. p.7 6. Semua sifat dan sikap buruk kita, serta semua dosa dan kesalahan kita, telah menutupi kecemerlangan Nurani sehingga kebahagiaan yang ada di dalamnya tak dapat berpancar. Hampir semua yang kita bicarakan dan kerjakan setiap harinya tak sesuai dengan Hati