Sejarah Singkat Buddhisme Maitreya

sang Buddha Sakyamuni setelah beristirahat di atas gunung Passa pada musim panas, Beliaupun kemudian berkenan berjalan-jalan di pegunungan Passa bersama-sama dengan Sariputra. Dalam perjalanan tersebut Sang Buddha bersabda kepada Sariputra demikian : “Camkanlah dan hayatilah dengan kesadaran Hati Rohani serta dengarkanlah dengan seksama. Ketahuilah O Sariputra ada seorang Pembina diri yang tubuhnya memancarkan sinar cemerlang; sedang melaksanakan samadhi suci. Orang itu mempunyai jasa dan pahala yang sangat besar menjelang saat kelahirannya di dunia ini. Beliau akan mengajarkan Dharma Agung yang akan memuaskan hati semua makhluk, yang mana dengan tekun, penuh semangat akan menghayati Dharma yang agung itu bagaikan orang yang haus mendapatkan jalan kebebasan.” hal 31 Pada saat selesainya kotbah Buddha Sakyamuni yang pertama tentang Buddha Maitreya yang berjudul “Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Mencapai Surga Tusita Mi Lek Sang Sen Cin” Buddha Sakyamuni kemudian bersabda Bodhi, 1994: “Setelah aku mencapai maha pari-nirwana bila ada bhiksu-bhiksuni, upasaka- upasika, deva, naga, yaksa dan sebagainya hingga kelompok rahulata, yang begitu mendengar nama agung Bodhisatva Maitreya terus timbul rasa gembira maka setelah akhir hidupnya dalam waktu yang seketika akan mencapai surga tusita dan berkesempatan mendengarkan Maha Dharma Bodhisatva Maitreya” hal. 32-33 Sang Buddha melanjutkan Bodhi, 1994: “Bila ada bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, deva, naga, yaksa dan sebagainya hingga kelompok rahulata, yang begitu mendengar nama agung Bodhisatva Maitreya terus bersikap anjali dan memberi hormat yang tulus, maka terbebaslah orang atau makhluk ini dari dosa karma samsara 500 kalpa. Dan kepada mereka yang dapat melaksanakan bhakti-puja menghormati Buddha Maitreya maka orang itu akan segera terbebas dari ikatan dosa karma samsara puluhan milyar kalpa, sekalipun tidak berhasil menjumpai Surga Tusita, namun pasti dapat berjumpa dengan Buddha Maitreya pada masa yang akan datang, mendengar Maha Dharma yang tak terhingga dan mencapai kesempurnaan.”hal. 33 Setelah mendengar kotbah Sang Buddha, serta merta massa yang tak terhitung, dengan perasaan yang senang dan puas memberikan hormat pada Bodhisatva Ajita yang terus berdiri dari semula dan mendengarkan kotbah Sang Buddha. Bodhisatva Ajita inilah Buddha Maitreya yang akan datang. Berdasarkan catatan sejarah ini kita dapat menyimpulkan bahwa bibit tradisi pemujaan terhadap Buddha Maitreya telah tertanam dengan kuat pada semua massa yang serta merta berdiri dan bersikap anjali sikap penghormatan dalam agama Buddha serta dipenuhi perasaan gembira dan hormat yang mendalam itu. Tradisi bhakti puja pada Buddha Maitreya berkembang pesat terutama di India bagian Barat Laut kemudian terus menyebar hingga ke negeri Tiongkok, Tibet, Nepal, Mongol dan sekitarnya Bodhi, 1994: 33. Sejalan dengan penyebaran tradisi bhakti puja tersebut, kegiatan-kegiatan terjemahan sutra kitab suciteks-teks keagamaan yang berhubungan dengan Buddha Maitreya pun diadakan. Terjemahan-terjemahan itu dilakukan oleh para bhiksu dan cendekiawan buddhis yang sangat terkenal pada masa itu, seperti Yang Arya Kumarajiva yang menerjemahkan Sutra tentang Kelahiran Bodhisatva Maitreya Mencapai Ke-Buddhaan. Tokoh-tokoh lain yang melaksanakan penerjemahan Sutra dan bhakti puja kepada Buddha Maitreya yaitu antara lain Mahathera Sik Tao An 312-385 SM, Bhiksu Fa Shien 399-415 SM, Bhiksu Tan Sien Cuang, seorang Master Tripitaka Tang abad ke-7 M, dan muridnya Bhiksu Kui Ci, yang menerjemahkan Sutra tentang Bodhisatva Maitreya mencapai Surga Tusita Bodhi, 1994: 33. 2. Siapakah Buddha Maitreya ? Buddha Maitreya dikenal secara umum sebagai Buddha kebahagiaan, Buddha pembawa keberuntungan dan kesukacitaan. Kata Maitreya atau Maitri itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti Cinta Kasih. Dalam Wang Che Kuang 2000 dikatakan bahwa selama berkalpa-kalpa puluhan ribu kali kehidupan, Buddha Maitreya telah membina dan melatih diri secara intensif dengan berfokus pada pengamalan Cinta Kasih Semesta. Sehingga pada masa ini, Buddha Maitreya