Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Nama Sekolah : SMA MA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas Semester : XI II
Waktu : 4 x 45’ 4 jam pelajaran
A. Standar Kompetensi : Membaca
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
B. Kompetensi Dasar:
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
C. Indikator
1. Siswa mampu mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar 2. Siswa mampu menganalisis perjuangan tokoh utama
3. Siswa mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh utama
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dengan kritis. 2. Siswa dapat mengidentifikasi perjuangan tokoh utama dengan cermat.
3. Siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh dengan baik.
4. Siswa mampu menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis.
A. Materi Pembelajaran
a. Tema Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya sastra
Tarigan, 2002: 7. Tema pada dasarnya merupakan pokok sebuah cerita. Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah sesuatu yang menjadi
dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan hidup, dan sebagainya.
b. Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita Sudjiman, 1990: 79. Pada dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama atau tokoh sentral
dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu cerita Stanton, 1965: 17. Tipe tokoh seperti yang
digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh bawahan sering disebut tokoh antagonis. Tokoh menurut Supriyadi 1997: 411
dibedakan menjadi tiga karakter yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang ingin menghadapi berbagai persoalan dalam
mencapai cita-cita. Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Tritagonis adalah tokoh sebagai pendamai protagonis dan antagonis.
“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain
sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan penciptaan citra tokoh.” Sudjiman, 2002: 58. Setiap pengarang ingin membaca atau
memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkannya. c. Latar Setting
M. Atar Semi 2004: 46 berpendapat bahwa “latar atau landasan tumpu setting adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.” Sejalan dengan itu,
Tarigan 2002: 136 berpendapat bahwa yang dimaksud “latar atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang adalah sebuah cerita.”
Nurgiyantoro 2000: 230 mengatakan unsur-unsur setting dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu dan setting sosial.
Setting tempat adalah setting yang menggambarkan lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu
adalah setting yang berhubungan dengan masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting sosial
menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita.
d. Plot Alur Menurut Nurgiyantoro 2000: 110, plot alur adalah rangkaian peristiwa
yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita. Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak,
berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah dalam suatu cerita. Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan hubungan sebab
akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah cerita. Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu permulaan beginning,
melalui suatu tengahan meddle menuju suatu permulaan ending. ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat ddalam fiksi atau drama.’
Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002: 126.
Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju
atau dapat dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai regresi. Plot pada cerpen
dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian.
Selanjutnya sebuah novel dikatakan regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap
tengah atau bahkan tahap akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Struktur Umum Alur Sudjiman, 1990: 30
Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut: Awal:
1. Paparan exposition 2. rangsangan inciting moment
3. gawatan rising action 4. tikaian conflict
Tengah: 5. rumitan complication
6. klimaks Akhir:
7. leraian falling action 8. selesaian denouement
e. Sinopsis Novel 2 karya Donny Dhirgantoro Novel 2 karya Donny Dhirgantoro menceritakan tentang perjuangan seorang anak
perempuan berbadan besar melawan ketidakadilan fisik yang ada pada dirinya. Perempuan itu bernama Gusni. Gusni lahir di sebuah rumah sakit besar di Jakarta
pada 27 Oktober 1986. Sejak bayi ia sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya, berat 6,25 kilo dan panjang 59 cm.
Gusni tinggal di sebuah rumah sederhana. Ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima Gusni bayi. Papa dan
Mama dengan sabarnya mendampingi Gita untuk dapat menerima Gusni. Kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama
mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Gusni begitu bersyukur hadir di
tengah-tengah keluarga yang menyayanginya dari ketidakadilan yang ia alami. Gusni sanggat suka sekolah, karena ia bisa bertemu dengan banyak teman
dan warung jajan. Makanan favorit Gusni adalah choki-choki dan onde-onde. Di sekolah tersebut Gusni memiliki kedua sahabat yang sama-sama besarya dan terus
bersama-sama dari SD – SMA. Gusni juga kenal dengan Harry, seorang laki-laki yang dekat dengan Gusni waktu kecil, yang selalu menguatkan dan mengenalkan
cita-cita padanya. Mereka berdua sama-sama berbadan besar. Berkat Harry, Gusni mulai memikirkan cita-cita dan memiliki impian.
Di tahun 1998, Gusni membawa keluarganya ke warung bakmi Papa Harry, Restoran Bakmi Nusantara. Berkat Gusni, Papa mengahadirkan Andi
Hariyanto Maulana, pemain bulutangkis yang digemari oleh Papa Harry. Selain kebahagian yang dialami Gusni, di waktu itu juga terjadi peristiwa malapetaka
Jakarta 1998. Saat itu Gusni juga harus menerima kenyataan pahit yang dialami keluarga Harry, dan ia harus kehilangan Harry karena harus pindah ke suatu
tempat. Peristiwa malapetaka Jakarta 1998, membuat keceriaan Gusni pergi dan
banyak melamun sendiri. Sejak saat itu, Papa dan Mama memutuskan untuk selalu lebih dekat dengan Gusni. Ketika pulang dari sekolah, Gusni melewati
taman kecil tidak jauh dari sekolah, ia memberi tahu Papa dan Mama bahwa ia dan Harry sering ngobrol di taman cita-cita. Papa berhenti di tempat tersebut.
Sejak saat itu, Papa dan Mama mengetahui cita-cita Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Papa mengizinkan Gusni bermain bulutangkis, meski di hatinya
begitu berat, itu semua dilakukan untuk membut Gusni tersenyum kembali. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni
untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Pak
Pelatih akhirnya menerima Gusni untuk menjadi anak didiknya. Kebahagian luar biasa datang pada Gusni dan keluarganya. Badan besar tidak menjadi halangan
Gusni untuk meraih cita-citanya. Pada tahun 2003, Gusni berada di SMA. Dia merasakan banyak orang
yang menyayanginya, selain keluarga ia juga memiliki sahabat yang sangat baik dan tulus sejak SD, dan terus bersama-sama hingga SMA. Kedua sahabat itu
adalah Nuni dan Ani. Ketika Gusni SMA, ada seorang teman yang tertarik pada Gusni namanya Ktut, tetapi karena Gusni memiliki badan besar ia tidak jadi
menyukai Gusni. Di tahun 2003 tersebut Gusni bertemu kembali dengan Harry, laki-laki yang selalu ada buat Gusni waktu ia kecil dulu.
Konflik batin dirasakan oleh keluarga Gusni, ketika Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada
Gusni. Suatu kenyataan yang harus dihadapi, Gusni harus mengetahui semuanya. Pergulatan batin terjadi di hati Gusni, mengapa semua terjadi pada dirinya.
Kenyataan itu harus ia hadapi dan lawan. Gusni lahir kembali menjadi manusia yang terus berjuang dalam hidupnya
melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Setiap pagi Gusni berjalan kaki dari rumah ke GOR sejauh lima kilometer. Hari kesembilan puluh
dua selama setelah hari itu, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Pertandingan ketujuh berturut-turut kemenangan berhasil diraih
Gusni. Pertandingan Gusni yang kedelapan, ia merasakan sesak, rongga dadanya menyempit.
Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak
kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi, tetapi niatnya sungguh kuat, ia tetap ingin bermain bulutangkis
agar bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat
Gusni harus melewatinya. Gita ketika itu tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita
menghampiri Gusni ke kamarnya dan marah. Gita semakin marah ke Gusni.
Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal
dan marah pada kakaknya. Gita yang memiliki sifat keras, ia manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya menangis seperti itu. Suasana haru
terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari
Harry, lelaki yang sangat ia cintai. Ketidakadilan fisik yang dihadapi Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut.
Meskipun tantangan yang dihadapi Gusni sangat berat, ia tetap ingin berjuang hidup, membahagiakan orang-orang yang dicintainya dan yang telah
memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi ketidakadilan fisik yang ada
pada dirinya. Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Gusni
bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati
hidupnya. Keikhlasan untuk menjalani semuanya ada di benak Gusni, melawan dan
berjuang untuk tetap hidup. Berjuang dan terus percaya, itulah yang ingin ditunjukkan Gusni, dan saat irulah kebahagiaan akan datang. Harry kembali lagi
pada Gusni, kenyataan pahit yang dialami Gusni, Harry juga ingin bersamanya melewati saat-saat suka maupun duka nantinya.
Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul
dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya.
Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga
saat ini.
B. Metode