masyarakat di suatu tempat yang membentuk perjuangan Gusni dalam melawan penyakitnya, yaitu keluarga, sahabat, keluarga Harry, dan Pak Pelatih. Latar
waktu pada bagian awal cerita diceritakan tentang kelahiran Gusni di Jakarta, 27 Oktober 1986, Jakarta 1992, Jakarta 1998 , Jakarta 2003, dan Jakarta 2004.
Tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dinyatakan secara implisit tersirat yang didukung oleh pelukisan alur, latar, dan tersirat dalam lakuan tokoh
atau dalam penokohan. Tema novel tersebut adalah perjuangan untuk melawan
keterbatasan dalam mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani.
D. Perjuangan Tokoh Utama
Perjuagan tokoh utama, yaitu Gusni dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dapat dilihat dari keempat unsur alur, tokoh dan penokohan, latar,
dan tema yang telah dipaparkan di atas, terlebih pada tema dari novel ini yaitu melawan keterbatasan untuk terus berjuang mencapai impian dan mencintai hidup
dengan berani. Gusni menjadi cermin salah satu wanita yang tidak pernah menyerah dan selalu berjuang untuk melawan penyakit yang membawanya pada
kematian. Perjuangan Gusni berada di tubuh besarnya tidaklah mudah. Pandangan aneh selalu tertuju padanya sejak kecil. Keberadaannya dalam keluarga bersama
Papa. Mama, dan Gita membuatnya kuat menghadapi kenyataan. Cita-cita Gusni menjadi mimpi baginya untuk terus hidup. Pikiran positif
senantiasa ia bangun untuk menghadapi kehidupan yang ada di depannya, berjuang dan tidak menyerah. Penyakit yang ada pada dirinya tidak membuatnya
menyerah untuk membuat orang-orang yang ia cintai bangga dan bahagia padanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan:
1 “Seorang anak yang ingin membuat orang tuanya senang dengan
bermain bulutangkis....” Mendengar kalimat Pak Pelatih, Papa mengangguk dan tertunduk.
“Waktu dia minta izin untuk latihan bulutangkis lagi, subuh-subuh sebelum dia lari ke sini, Gusni bilang sesuatu yang nggak pernah
saya dan mamanya lupa, Pak. Da bilang,...biar Mama sama Papa jad saksi kalau nanti Gusni pergi, Gusni pergi dalam keadaan berjuang,
bukan dalam keadaan menyerah....” hlm. 308 – 309
Bermain bulutangkis dengan berat badan 125 kilo, sangatlah tidak mudah, tetapi Gusni tidak pernah putus asa. Ia mencoba melawan ketidakadilan yang ada
pada dirinya. Semangatnya selalu ia tunjukkan dalam setiap langkahnya. Ditunjukkan dalam kutipan:
2 “FUH”Gusni membuang gelisahnya–ia bisa merasakan ratusan kilo
berat tubuhnya membebani telapak kakinya. hlm.233
Gusni harus menghadapi kenyataan dan harus siap suatu saat penyakit itu menyeragnya kapan saja. Kegigian dan semangatnya terus tumbuh dalam setiap
perjuangannya, tidak ada yang bisa menghentikan perjuangan itu. Keterbatasannya menjadikan kelebihan bagi dirinya, karena tidak ada sesuatu
yang tidak mungkin. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: 3
“Anak perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang di sekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa,
bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpihak padanya....” hlm. 310
Semangat Gusni melawan penyakitnya terlihat dari perjuangannya untuk terus hidup dari bermain bulutangkis, cita-cita yang bisa terwujud dengan usaha
keras. Hal tersebut ditunjukkan Gusni dalam kutipan: 4
Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh,
bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka
mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. hlm. 408
Perjuangan Cerita dalam novel 2 ini diangkat pengarang dari kisah nyata. Terlihat dari akhir cerita novel ini, ditunjukkan dalam kutipan:
5 Gusni Annisa Puspita terus melawan pemyakitnya dengan berlari
setiap pukul 05.00 sampai hari ini.... Bila mata kita jeli, setiap subuh datang kita bisa melihatnya berlari
dari rumahnya ke Kemang, menuju Gelanggang Olahraga Cilandak, Jakarta Selatan. hlm. 417
Perjuangan Gusni tidak pernah mati, dan terus tumbuh dari setiap nafasnya. Perjuangan itu tidak lepas dari orang-orang disekitarnya, Papa, Mama,
Gita, Harry, kedua sahabatnya Nuni dan Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Dalam novel ini pengarang berusaha menampilkan perjuangan Gusni malalui
permasalahan sosial yang dialami sebuah keluarga sederhana, yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya. Peneliti berusaha mendekati perjuangan tokoh
utama melalui pendekatan struktural, melihat permasalahan dari dalam karya sastra itu sendiri.
Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini diangkat dari kisah nyata. Kisah perjuangan seorang perempuan berbadan besar, yang hidupnya
dengan bulutangkis. Semangat dan perjuangannya terus ada hingga saat ini. Gusni
Annisa Puspita, yang “kelebihannya” adalah keterbatasannya. Kenyataan pahit yang datang pada dirinya, terasa bahwa hidup tidak berpihak padanya. Perempuan
besar itu berusaha melawan penyakitnya dengan segala keterbatasannya, memutuskan untuk terus berjuang demi impiannya dan mencintai hidup dengan
berani.
E. Relevansi Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA