Tokoh dan Penokohan Novel 2

bulutangkis, dan akhirnya dia menikah dengan Harry teman laki-laki yang dicintainya dan selalu ada untuk Gusni. Alur tersebut begitu jelas diceritakaan oleh pengarang, dan ceritanya mengalir dari awal hingga akhir cerita.

2. Tokoh dan Penokohan Novel 2

1 Tokoh Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita Sudjiman, 1990: 79. Istilah “tokoh” menujuk pada orangnya, pelaku cerita Nurgiyantoro, 2007: 165. Karya fiksi akan terasa hidup dengan hadirnya tokoh yang menjadi pembangun dalam menghadirkan sebuah peristiwa. Peneliti menemukan adanya beberapa tokoh yang membentuk cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Gusni Tokoh Gusni dalam novel ini sejak lahir sudah memiliki tubuh yang besar gendut. Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Kenyataan berat harus dialaminya. Kasih sayang dari keluarganya membuatnya bertekat untuk menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga padanya. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik melalui kutipan berikut: 1 Pemandangan yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya kini terpampang di depan Papa. Sang Dokter menggendong bayi berukuran besar sekali. Besarnya bayi itu hampir menutupi seluruh dada dokter tua, yang sekarang menyeringai heran sekaligus takjub. Papa dalam bengongnya terkejut bukan main dia besar sekali. Badannya masih keriput dan merah seperti dua buah apel, rambutnya lebat. hlm. 7 2 “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya pantas menerima ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, Mama, dan Kak Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya sendiri tahu... kalau saya pantas menerima itu semua.” hlm. 214 3 “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada cita- cita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam diri saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya hidup? Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” hlm. 215 b. Papa Papa adalah ayah dari Gusni dan Gita. Nama lengkapnya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tetapi semenjak anak pertamanya lahir, nama panggilannya berganti Papa. Papa merupakan seorang ayah yang baik, tulus, dan apa adanya. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik analitik melalui kutipan berikut: 4 Laki-laki itu berusia dipertengahan tiga puluh, ada keramahan di wajah persegi bersih tak berkumis itu. Sejenak ia berdiri dari duduknya, tingginya sedang, tubuhnya sedikit berisi tapi cenderung kurus, rambut lurusnya dipotong pendek, ada kilas yang baik dan dalam terpancar dari sorot matanya. Melihat raut wajahnya, sosok seorang ayah akan langsung terlintas. Seorang ayah yang baik, tulus, dan apa adanya. Namanya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tetapi semenjak anak pertamanya lahir, nama panggilannya berganti-Papa. hlm. 1 c. Mama Mama merupakan ibu dari Gusni dan Gita. Mama memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: 5 “Gita, mau dipeluk sama Papa....” Papa langsung mamangku Gita dan memeluknya. “Peluk sama Mama juga...,” Gita menatap Mama. Mama memeluk Gita dipangkuan Papa. “Iya, sayang ya...nanti Kakak peluk Dek Gusni juga sama-sama Mama, sama Papa.” Mama membelai lembut kepala Gita. hlm. 21 d. Gita Gita merupakan kakak dari Gusni. Gita waktu kecil belum bisa menerima Gusni. Papa dan Mama dengan penuh kesabaran mendampingi Gita agar mau menerima Gusni, hingga akhirnya bisa menerima Gusni. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: 6 “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta Kok tau-tau ada adek” jawab Gita lagi. hlm. 25 7 Gita tiba-tiba perlahan membereskan susu yang tadi dilemparnya ke bawah lantai mobil, memasukkan ke dalam kantong plastik, mengikatnya rapi dan memeluk kantong plastik berisi susu adiknya, lalu pandangan Gita kembali ke jalanan di luar. hlm. 29 Gita memiliki sifat tegas, sedikit keras, dan ambisius, selain itu ia juga berprestasi dalam bidang bulutangkis. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: 8 Di tahun 1998 ini usia Gita baru menginjak 16 tahun, tetapi koleksi piala dan mendali telah melebihi usianya. Gita sudah menapak tinggi di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. hlm. 83 9 Gusni melihat Kakaknya, rahang di pipi Gita sedikit mengeras, ia memang tegas, sedikit keras, dan ambisius. hlm. 240 e. Harry Harry adalah seorang laki-laki yang gendut tetapi ramah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 10 “Kamu mau onde-onde?” anak laki-laki besar itu menyapa Gusni ramah. hlm. 57 Harry menjadi teman laki-laki yang selalu dekat dengan Gusni. Ia jugalah yang mengenalkan Gusni tentang cita-cita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 11 “Kata Papa Harry, orang hidup itu harus punya cita-cita... kalau kamu gak punya cita-cita berarti kamu nggak hidup, kamu orang mati namanya...” hlm. 71 f. Nuni Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani dari kecil mereka memiliki badan yang sama-sama besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 12 “Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya... Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. hlm. 63 Nuni dan kedua sahabatnya itu selalu bersama-sama. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 13 Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. hlm. 141 g. Ani Ani adalah sahabat Gusni dan Nuni yang selalu bersama-sama. Ani juga memiliki badan yang besar, berambut panjang, dan manja. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 14 Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. hlm. 141 15 Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalau disentuh. hlm. 63 h. Dokter Fuad Dokter Fuad adalah sahabat Papa yang dikenal sejak lama, mereka pernah bertetangga. Ia juga menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 16 Pandangan Papa menatap tajam Dokter Fuad, sahabat yang dikenalnya sejak lama, mereka pernah bertetangga. Rumah keluarga Dokter Fuad hanya berjarak beberapa rumah dari rumah keluarga Papa, persahabatan sudah terjalin sejak mereka kecil. hlm. 110 17 Dokter Fuad hanya melirik tumpukan file di lemarinya. Di tumpukan file itu tertulis nama Gusni Annisa Puspita. Papa ikut melihat tumpukan file itu, setiap file mewakili tahunnya, total ada 12 file. Papa memejamkan matanya lelah, memijit keningnya. hlm. 110 i. Pak Pelatih Pak pelatih memiliki nama asli Andi Hariyanto. Ia adalah pelatih Gita, yang masih kuat di usia 50 tahun. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 18 Orang yang berjaya besar menemukan Gita adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Semenjak menjadi pelatih Pak Andi tidak pernah dipanggil berdasarkan namanya lagi, orang-orang memanggilnya Pak Pelatih, bukan Pak Andi. Pak Pelatih berusia di awal 50 tahun, wajahnya tajam penuh karakter, rambutnya yang mulai memutih sedikit keluar dari topi merahnya. hlm. 82 Berkat Pak Pelatih Gusni dapat bermain bulutangkis seperti cita-citanya waktu itu. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 19 “Jadi gimana, Pak? Boleh Gusni ikut latihan?” “Ok, boleh, saya akan latih dia...” Pak Pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. hlm. 118 2 Penokohan Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra Sudjiman, 1990: 61. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh Nurgiyantoro, 2007: 165. Teknik untuk menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu secara langsung telling, analitik dan tak langsung showing, dramatik Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:32. Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil analisis penokohan Gusni, Gita, Papa, Mama, Harry, Nuni, Ani, Pak Pelatih, dan Dr. Fuad dalam novel 2 sebagai objek kajian penelitian ini. Penokohan dari masing-masing tokoh akan ditunjukkan melalui kutipan-kutipan yang menampilkan ciri-ciri para tokoh tersebut. a. Gusni Gusni menjadi sorotan utama dalam penceritaan keseluruhan isi novel. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan Gusni dalam berbagai peristiwa dari awal cerita hingga akhir cerita. Gusni dalam novel ini digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki bentuk tubuh yang besar gendut tetapi lincah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 20 Tersangka duduk di sebelahnya, seorang anak perempuan gendut berukuran XXXL, umurnya 12 tahun pipinya besar dan memerah seperti dua buah apel, wajahnya pipi semua. hlm.54 21 WUSSSH... cepat sekali Gusni berlari. “Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. hlm. 55 Gusni memiliki sifat yang periang, lincah, dan sangat suka dengan makanan. Setiap melihat makanan Gusni tidak lagi berfikir panjang tentang badannya yang ekstra. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 22 Gusni tersenyum dan melihat sekitar, Gusni suka sekali sekolah, ia banyak bertemu teman dan warung jajan. hlm. 55 23 “Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. hlm. 55 24 Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. Bertiga mereka sama-sama seperti semangka sama dan sebangun. Gusni adalah semangka berkuncir dua yang lincah, Nuni adalah semangka yang sedikit agak galak berambut pendek berbando pink, Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalo disentuh. hlm. 63 Gusni ini merupakan anak yang apa adanya, polos, dan sangat menyayangi keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 25 “Kalau kamu tanya aku senangnya apa? Aku senangnya itu...,” jawab Gusni polos. hal. 72 26 “Waktu nonton bulutangkis di televisi itu, kamu senang ya? Lihat Papa-Mama kamu senang juga?” Gusni mengangguk lagi. “Kamu mau bikin Papa-Mama kamu senang kan? Bukan mau main bulutangkis, iya gak?” Harry mengerling cerdas. Gusni menatap Harry, terdiam lama. hal. 73 Pandangan aneh orang-orang saat melihat Gusni, terkadang membuatnya minder dengan keadaan dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 27 Gusni cemberut dan sendirian, mulai banyak orang di GOR bulutangkis yang menatapnya aneh, bahkan tidak sedikit yang senyum-senyum sendiri melihat kelakuan Gusni. Gusni tertunduk, kali ini Papa, Mama, dan Kak Gita salah, pikir Gusni. Ia merasa menjadi bahan ledekan di sini. hlm. 115 28 Ia melihat tiga anak perempuan sebayanya membawa raket bulutangkis. Ketiganya mendekat dan tersenyum mengejek. Gusni tertunduk, takut sekali diledek, tapi tiba-tiba ia teringat pesan Mama, ia bukan anak kecil lagi yang takut diledek. hlm. 115 Berkat keluarganya, Gusni mencoba untuk melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya, termasuk ejekan dari teman-temannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 29 Gusni menarik nafas kata-kata Mama tadi terus terngiang-ngiang di benaknya... Kamu perempuan Gus, Mama mau kamu kuat dan berani, Gus. Ketiga anak perempuan itu semakin dekat, suara tertawa cekikikan itu semakin jelas. Gusni memejamkan matanya, kuat dan berani Gus.... Saat itu juga Gusni menguatkan hatinya, memberanikan diri mengangkat kepalanya... “Hai....Aku Gusniii...” sapa Gusni ramah sambil memberikan senyumnya. hlm. 115 Seiring bergantinya waktu Gusni mulai bisa menerima keadaan dirinya yang memiliki badan besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 30 Semuanya terlalu rumit di usia tujuh belas, adakah yang tidak membingungkan? Dunia terlalu rumit di masa-masa dengan tantangan “hei aku di sini, dan aku berbeda”; berbeda di antara kumpulan kenormalan yang ada, kadang mereka tidak tahu harus bersikap seperti apa. Gusni menyadari di usia remaja ini dengan berat bobot lebih dari 100 kilogram setiap hari adalah tantangan untuk menemukan siapa ia sebenarnya. Tantangan itu menjadi semakin berat, karena semua di usia tujuh belas, melihat normal adalah normal, lan tidak. Gusni tidak pernah berhanti bersyukur, selalu ada Nuni dan Ani di sampingnya, bisa saling menertawakan “kelebihan” mereka sendiri, bisa terus bergembira melewati masa-masa rikuh penuh rona yang sering mereka tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. hlm. 143 Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Tantangan yang begitu berat harus dijalani Gusni. Ketika mengetahui penyakitnya, ia bertekat untuk berjuang melawan penyakitnya. Saat itulah Gusni menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga pada dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 31 “Terima kasih Dok, ya udah Gusni mau coba lawan penyakit Gusni, mulai hari ini.” Gusni tersenyum menatap Dokter Fuad. “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya pantas menerima ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, Mama, Kak Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya sendiri tahu... kalau saya pantas menerima itu semua.” hlm. 214 Berdasarkan kutipan 20 – 31 di atas, dapat disimpulkan bahwa Gusni adalah seorang perempuan yang dari lahir sudah memiliki badan yang besar. Gusni memiliki sifat periang, lincah, bersahabat, penuh semangat, pantang menyarah, dan menyayangi keluarga yang senantianya mendampinginyanya baik suka maupun duka. Gusni memiliki badan yang terus membesar dan belum pernah mengalami penurunan berat badan. Kenyataan pahit harus ia hadapi bahwa hidupnya tidak bertahan lama. Hal tersebut membuat Gusni untuk terus berjuang dan bersemangat untuk tetap hidup. Bulutangkis menjadi semangat baginya untuk tetap hidup dan mewujudkan cita-citanya. b. Papa Papa adalah ayah dari Gusni, seorang ayah yang baik, tulus dan apa adanya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 32 Laki-laki itu berusia di pertengahan tiga puluh, ada keramahan di wajah persegi bersih tak berkumis itu. Sejenak ia berdiri dari duduknya, tingginya sedang, tubuhnya sedikit berisi tapi cederung kurus, rambut lurusnya dipotong pendek, da kilas yang baik dan dalam terpancar dari sorot matanya. Melihat raut wajahnya, sosok seorang ayah akan langsung terlintas. hlm. 1 33 Namanya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tapi semenjak anak pertamana lahir, nama panggilannya berganti-Papa.Sebuah panggilan penuh tantangan, sebuah panggilan yang membuat ia lengkap sebagai seorang laki-laki. hlm. 1 Papa merupakan seorang yang penyayang terlebih terhadap keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 34 Bayi besar di hadapan mereka masih menangis keras. Papa mencium kening Mama penuh kasih sayang.hlm 9 35 HUP Papa menyambut dan menggendongnya. Malabuhkan kasih sayang di Pipi Gita. hlm. 16 Papa mengalami saat yang sulit sebagai seorang kepala keluarga setelah mengetahui semua kenyataan yang harus dialami anak keduanya yaitu Gusni. Saat itu terlihat kebingungan di hati Papa, sedih akan semua yang terjadi pada Gusni mengenahi penyakit keturunan itu yang dialaminya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung dramatik dalam kutipan berikut: 36 Papa duduk di teras, cerita kakek semalam masih bergelimang di benaknya. Papa mengusap keningnya, begitu berat semuanya. hlm. 23 Papa sebagai kepala keluarga harus tetap tegar menghadapi kanyataan yang terjadi pada keluarganya dan harus terus berdiri untuk keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung dramatik dalam kutipan berikut: 37 Anak-anakmu,... Papa membuka matanya, tahu semuanya harus berlanjut. Sebuah awal perjungan baru bagi keluarganya, amanah kepadanya sebagai pemimpin keluarga, bersyukur atas segala anugrah dan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Sebagai laki-laki harus berdiri paling sepan untuk keluarganya. Papa berdiri dari duduknya dan berjalan ke halaman rumah... anak-anakmu menyembuhkanmu... hlm. 23 Papa adalah sosok yang sabar. Ketika Gita kecil belum bisa menerima Gusni. Papa terus bersabar menenangkan Gita dan memberi penjelasan kepada Gita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 38 “Iya biar badannya gede tapi kan Dek Gusni masih kecil belum bisa apa-apa, masih harus dibantu Papa-Mama, Kakak kalau mau bantuin Papa-Mama jagain Adek Gusni juga boleh. Kan dulu Gita juga kayak adek bayi, nggak bisa apa-apa, ke mana-mana harus digendong Papa-Mama.” Papa membelai lembut rambut Gita, tersenyum bijak, kali ini Gita tidak menepis tangan Papa. hlm. 27 Papa berusaha tegar mengahadapi semuanya, terus menuntun Gusni, mendampinginya, dan terus berjuang untuk keluarganya. Cita-cita Gusni menjadi pemain bulutangkis, meski Papa begitu berat untuk mengizinkan Gusni tapi Papa tidak mau melihat anaknya itu bersedih. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 39 Pak Pelatih mengusap wajahnya dengan rasa tak percaya. Papa bercerita perlahan tetapi lancar, tidak ada nada suram dan kesedihan dalam dan kesedihan dalam tutur Papa. hlm. 120 Berdasarkan kutipan 32 – 39 di atas, dapat disimpulkan bahwa Papa adalah seorang ayah yang sabar, baik, penyayang, dan tegar menghadapi setiap permasalahan yang menimpa keluarganya. Keluarga sederhana itu menjadikan Papa terus bersemangat bersama ketiga perempuan yang sangat dicintainya. c. Mama Mama merupakan sosok seorang ibu bagi Gusni dan Gita yang memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Mama tidak pernah lelah memberi nasehat kepada anak-anaknya, supaya menjadi perempuan yang kuat dan berani. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 40 “Lapar, Pa... dia cuma lapar...” Mama menggendong bayinya. Tangis sang bayi langsung berhenti saat Mama menggendongnya. hlm. 9 41 “Tahu ini umur kamu 12 tahun, buat mama-mama lain mungkin kamu masih kecil, tapi buat mama..., kamu sekarang perempuan, Gus, bukan anak kecil.” Mama menatap Gusni tajam dan meneruskan. “Anak kecil nangis kalo diledek, perempuan nggak, banyak yang kamu hadapi di depan nanti, Gus, ingat kamu perempuan, kalau kamu mau nanggis, nangis aja,... tapi kamu harus punya alasan kuat untuk itu, banyak perempuan menangis unuk sesuatu yang sia-sia, kamu perempuan Gus, kalau kamu mau nangis, nangis aja,... tapi menangislah untuk sesuatu yang baik, bukan sesuatu yang sia-sia...” Mama bertumpu pada lututnya, memegang bahu Gusni. hlm. 114 Mama memiliki perawakan kecil dan kurus. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 42 Mama berusia di awal 30, wajahnya bulat, dengan dagu sedikit runcing, berbibir tipis dan panjang, bertubuh mungil dan berkulit sawo matang. hlm. 2 Berdasarkan kutipan 40 – 42 di atas, dapat disimpulkan bahwa Mama memiliki perawakan mungil, dan merupakan sosok ibu yang lembut, penyayang, dan keibuan. Mama tidak pernah lelah untuk berada di samping keluarganya terlebih anak-anaknya untuk memberikan nasehat dan perhatian, supaya dapat menjadi seorang perempuan yang kuat dan berani. d. Gita Gita merupakan kakak dari Gusni. Ia memiliki badan normal seperti anak perempuan pada umumnya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 43 Seorang anak perempuan berkucir dua berteriak dan berlari kencang sekali manuju Papa dan Mama. Anak perempuan itu bernama Gita, umurnya 4 tahun, cepat sekali ia berlari. Gita berperawakan seperti anak normal, sedikit mungil dibanding anak sebayanya. hlm. 15 – 16 Gita tumbuh menjadi anak yang berambisi dan berprestasi dalam dunia bulutangkis. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 44 Di tahun 1998 ini usia Gita baru menginjak 16 tahun, tetapi koleksi piala dan mendali telah melebihi usianya. Gita sudah menapak tinggi di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. hlm. 83 Gita juga memiliki sifat tegas, sedikit keras, dan ambisius. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 45 Gusni melihat Kakaknya, rahang di pipi Gita sedikit mengeras, ia memang tegas, sedikit keras, dan ambisius. hlm. 240 Berdasarkan kutipan 43 – 45 di atas, dapat disimpulkan bahwa Gita merupakan seorang anak perempuan yang tegas, keras, berambisi, dan berprestasi. Gita meskipun memiliki sifat keras ia juga memiliki hati yang lembut untuk terus menerima Gusni apa adanya, dan menyayangi keluarganya. e. Harry Harry adalah seorang laki-laki yang gendut yang murah senyum dan ramah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 46 “Ya udah kalo gak mau enggak apa-apa kok...,” anak laki-laki gendut itu berbicara datar dan tersenyum ramah. hlm. 58 47 Lagi-lagi dan lagi Harry tersenyum, senyumnya besar dan ramah. “Gusni....” Mereka berkenalan, senyum Harry begitu ramah. Membuat Gusni tak hentinya tersenyum senang. hlm. 59 48 “Kamu mau onde-onde?” anak laki-laki besar itu menyapa Gusni ramah. hlm. 57 Onde-onde yang menjadi makanan kesukaan Harry dan Gusni, berkat onde-onde mereka berdua menjadi sahabat. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 49 “Gusni-Gusni mau kan jadi teman Harry-harry?” Senyum basar dan baik itu datang lagi. Gusni mengangguk cepat. Dua sahabat besar itu berjalan lagi. hlm. 60 Berdasarkan kutipan 46 – 49 di atas, dapat disimpulkan bahwa Harry adalah seorang laki-laki yang juga memiliki badan gendut seperti Gusni, dan mereka memiliki makanan kesukaan yang sama, yaitu onde-onde. Harry memiliki sifat ramah dan murah senyum. f. Nuni Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani dari kecil mereka memiliki badan yang sama-sama besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 50 “Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya... Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. hlm. 63 Nuni adalah sahabat Gusni yang berambut pendak dan memiliki sifat yang sedikit galak. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 51 Nuni adalah semangka yang sedikit galak berambut pendek berbando pink. hlm. 63 Nuni adalah sahabat Gusni yang banyak bicara dan berfikir positif terhadap berat badannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 52 Nuni adalah si gendut yang selalu positif tetapi sangat berisik, yang membuat ia selalu kerepotan, padahal nggak ada apa-apa. Nuni yang positif selalu memandang kegendutannya adalah anugerah yang berlebihan. hlm. 142 Berdasarkan kutipan 50 – 52 di atas, dapat disimpulkan bahwa Nuni adalah sahabat Gusni sejak kecil yang juga sama-sama besarnya. Nuni memiliki sifat banyak bicara, agak galak, dan selalu berfikir pisitif dari bentuk badannya yang besar. g. Ani Ani adalah sahabat Gusni dan Nuni yang selalu bersama-sama. Ani juga memiliki badan yang besar, berambut panjang, dan kurang bersemangat, karena saat berbicara cenderung lemas, pelan, dan datar. Ia cenderung berfikir negatif memandang keadaannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 53 Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. hlm. 141 54 Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalau disentuh. hlm. 63 55 Lain halnya dengan Ani, yang adalah kebalikannya Nuni, kalau ngomong lemas, pelan, dan datar. Ani juga selalu membatasi pikirannya dengan hal-hal negatif tentang keadaannya. Ani mencoba segala cara untuk menjadi kurus. hlm. 142 Berdasarkan kutipan 53 – 55 di atas, dapat disimpulkan bahwa Ani merupakan sahabat Gusni dan Nuni yang sama-sama berbadan besar dan selalu bersama-sama. Ia memiliki sifat kurang bersemangat karena saat berbicara cenderung lemas, pelan, dan datar. Selain itu ia selalu berfikir negatif tentang keadaan dirinya yang memiliki badan besar. h. Dokter Fuad Dokter Fuad merupakan sahabat Papa. Dokter Fuad lah yang membantu Papa mengetahui keadaan dan perkembangan Gusni mengenai penyakit yang dideritanya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 56 “Jadi,... Gusni mau latihan bulutangkis?” Dokter Fuad menatap Papa yang terdiam tak menjawab pertanyaan itu. Pandangan Papa menatap tajam Dokter Fuad, sahabat yang dikenalnya sejak lama, mereka pernah bertetangga. hlm. 109 Dokter Fuad menjadi dokter pribadi Gusni. Ia merupakan dokter yang bijaksana, menghargai, dan membuat Gusni mampu mengahadapi penyakit yang dideritanya. Ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 57 “Lo udah bilang iya” Papa mengangguk. “Lo yakin?” “Enggak makanya hari ini gue langsung ke sini...” jawab Papa sambil terus menatap sahabatnya. hlm.110 58 “....kenapa baru sekarang saya dikasih tahu?” “Kami tidak mau kamu tahu, kalau kamunya lagi sakit, karena kalau orang dinyatakan sakit, pikiran dia akan bilang dia sakit, dan dia akan sakit. Kekuatan imajinasi, kekuatan harapan dari pikiran manusia itu luar biasa. 20 tahun saya jadi dokter, penyembuhan paling besar adalah kekuatan pikiran manusia. Jadi, kita tidak pernah mau bilang ke kamu kalau kamu sakit,” Dokter Fuad mengusap wajahnya dan meneruskan, “Tetapi setelah kamu beranjak dewasa tentunya kamu berhak untuk tahu kalau...” “Kalau saya masih punya kesempatan, Dok?” potong Gusni cepat. Gusni menatap Dokter Fuad dan Papa. “Kesempatan untuk sembuh selalu ada, Gus, sudah kita cari dengan segala daya dan usaha saya, kita, terutama keluarga kamu.” hlm.212 59 “Buat diri kamu pantas untuk menerima semua itu, Gus... buat keluarga kamu bahagia, percaya sama saya, saya sudah cari informasi sebanyak-banyaknya sambil melihat kamu tumbuh...sampai detik ini pun saya masih mencari dan tidak ada yang bisa saya lakukan selain mensyukuri semuanya, mempunyai pasien yang dapat membuat saya mencintai keluarga saya lebih setiap saat setiap waktunya. Saya adalah saksi cinta orang tua yang begitu besar seperti papa dan mama kamu. Kamu syukuri itu semuanya, Gus” Dokter Fuad berbicara sambil menatap Gusni dalam-dalam. hlm. 213 Berdasarkan kutipan 56 – 59 di atas, dapat disimpulkan bahwa Dokter Fuad adalah sahabat Papa, memiliki sifat bijaksana, menghargai, dan membuat Gusni mampu mengahadapi penyakit yang dideritanya, serta menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni. i. Pak Pelatih Pak pelatih memiliki nama asli Andi Hariyanto. Ia adalah pelatih Gita, yang masih kuat di usia 50 tahun. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: 60 Orang yang berjaya besar menemukan Gita adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Semenjak menjadi pelatih Pak Andi tidak pernah dipanggil berdasarkan namanya lagi, orang-orang memanggilnya Pak Pelatih, bukan Pak Andi. Pak Pelatih berusia di awal 50 tahun, wajahnya tajam penuh karakter, rambutnya yang mulai memutih sedikit keluar dari topi merahnya. hlm. 82 Berkat Pak Pelatih Gusni dapat bermain bulutangkis seperti cita-citanya waktu itu. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: 61 “Jadi gimana, Pak? Boleh Gusni ikut latihan?” “Ok, boleh, saya akan latih dia...” Pak Pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. hlm. 118 Berdasarkan kutipan 60 – 61 di atas, dapat disimpulkan bahwa Pak Pelatih adalah orang yang berjaya dalam keluarga Gusni karena telah menganalkannya pada bulutangkis. 3 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Berdasarkan kutipan mengenai tokoh dan penokohan, dapat terlihat dengan jelas tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Dalam novel tersebut ditemukan satu tokoh utama yaitu Gusni. Penelusuran ini didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh tersebut dalam peristiwa yang membangun cerita. Tokoh yang berfungsi mendukung tokoh utama dalam novel ini yaitu Gita, Papa, Mama, Harry, Nuni, Ani, Pak Pelatih, dan Dr. Fuad, ditunjukkan dalam kutipan 4 – 19 dan 32 – 61. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel ini tidak peneliti bahas seluruhnya, tetapi peneliti hanya membahas tokoh tambahan yang berpengaruh dalam Gusni melawan penyakitnya. Setiap tokoh yang diceritakan pengarang memiliki karakter yang berbada-beda dan mendukung keberadaan tokoh utama.

3. Latar

Dokumen yang terkait

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

1 6 19

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 4 11

PENDAHULUAN Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 2 6

MOTIVASI HIDUP DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Motivasi Hidup Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 2 12

SEMANGAT NASIONALISME DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Semangat Nasionalisme Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 12

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 2 16

Nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel "ibuk," karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

0 8 163

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma.

3 26 138

Perjuangan tokoh utama dalam 2 karya Donny Dhirgantoro dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

0 5 140