Nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel "ibuk," karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

(1)

 

viii  

ABSTRAK

Hati, Hanasih Wikani. 2013. Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, nilai kesetiaan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, dan nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Ibuk dan tokoh tambahan yang mempengaruhi nilai kesetiaan tokoh utama adalah Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Nilai kesetiaan dilihat dari unsur intrinsik (tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Relevansi silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi Membaca, yaitu memahami buku biografi, novel, dan hikayat dengan Kompetensi Dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

ix  

ABSTRACT

Hati, Hanasih Wikani. 2013. The Main Character’s Loyalty Value in the Novel Ibuk, Written by Iwan Setyawan and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s loyalty value in the novel ibuk, written by Iwan Setyawan. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools.

The method used in this research was descriptive qualitative method. This method was used to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value in the novel ibuk , written by Iwan Setyawan in the forms of words and languages.

The analysis results showed that the main character who showed the value of loyalty was Ibuk. Additional characters in this novel were Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, and Bang Udin. The existence of the additional characters in this novel helped the main character to struggle her life.

Based on the results of this research, the researcher made syllabus and Lesson Plans that could be used as the literature learning materials in Senior High Schools, class XI semester II. The relevancy of the syllabus and Lesson Plans could be used to reach the Reading Competency Standard - comprehending biographies, novels, and tales with the Basic Competency to disclosure the interesting things and the moral teaching.


(3)

   

NILAI KESETIAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

IBUK,

KARYA IWAN SETYAWAN DAN RELEVANSINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Hanasih Wikani Hati

NIM: 091224037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

i

NILAI KESETIAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

IBUK,

KARYA IWAN SETYAWAN DAN RELEVANSINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Hanasih Wikani Hati

NIM: 091224037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

 

ii


(6)

(7)

 

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1.

Orang tuaku, Mujono dan Sri Hartati

2.

Adikku, Priya Yoga Yuwana


(8)

v

MOTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib kaumnya

kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka


(9)

 

vi


(10)

(11)

 

viii

ABSTRAK

Hati, Hanasih Wikani. 2013. Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, nilai kesetiaan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, dan nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Ibuk dan tokoh tambahan yang mempengaruhi nilai kesetiaan tokoh utama adalah Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Nilai kesetiaan dilihat dari unsur intrinsik (tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Relevansi silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi Membaca, yaitu memahami buku biografi, novel, dan hikayat dengan Kompetensi Dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

ix

ABSTRACT

Hati, Hanasih Wikani. 2013. The Main Character’s Loyalty Value in the Novel Ibuk, Written by Iwan Setyawan and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s loyalty value in the novel ibuk, written by Iwan Setyawan. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools.

The method used in this research was descriptive qualitative method. This method was used to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value in the novel ibuk , written by Iwan Setyawan in the forms of words and languages.

The analysis results showed that the main character who showed the value of loyalty was Ibuk. Additional characters in this novel were Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, and Bang Udin. The existence of the additional characters in this novel helped the main character to struggle her life.

Based on the results of this research, the researcher made syllabus and Lesson Plans that could be used as the literature learning materials in Senior High Schools, class XI semester II. The relevancy of the syllabus and Lesson Plans could be used to reach the Reading Competency Standard - comprehending biographies, novels, and tales with the Basic Competency to disclosure the interesting things and the moral teaching.


(13)

 

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing penulis dalam menyusun skripsi.

4. Para dosen PBSID yang selama ini telah memberikan ilmunya yang sangat berharga kepada penulis.

5. Bapak dan Ibuku tercinta, Mujono dan Sri Hartati untuk doa, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

6. Adikku tercinta, Priya Yoga Yuwana atas dukungan selama penulis melaksanakan proses belajar.

7. Teman-teman PBSID angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kebersamaannya selama proses belajar.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

(15)

 

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 5

F. Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Penelitian Relevan ... 9

B. Kerangka Teori ... 11

1. Hakekat Novel ... 11

2. Macam Novel ... 12

3. Unsur Intrinsik Novel ... 13

4. Nilai ... 18

5. Nilai Kesetiaan ... 23

6. Pendekatan Struktural ... 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xiii

7. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 25

8. Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI ... 26

9. Silabus ... 30

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 32

B. Objek Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 33

D. Metode ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Data ... 36

B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema ... 36

1. Analisis Tokoh ... 36

a. Ibuk……….. .. 37

b. Bayek ... 40

c. Bapak ... 41

d. Mak Gini ... 42

e. Mbok Pah ... 43

f. Mbak Gik ... 44

g. Isa ... 45

h. Nani ... 46

i. Rini ... 47

j. Mira ... 47

k. Bang Udin ... 47

2. Analisis Penokohan ... 50

a. Ibuk……….. .. 50


(17)

 

xiv

c. Bapak ... 67

d. Mak Gini ... 71

e. Mbok Pah ... 73

f. Mbak Gik ... 74

g. Isa ... 76

h. Nani ... 77

i. Rini ... 78

j. Mira ... 78

k. Bang Udin ... 79

3. Alur atau Plot ... 81

a. Awal ... 81

1. Paparan (exposition) ... 81

2. Rangsangan (inciting moment) ... 82

3. Gawatan (rising action) ... 82

b. Tengah ... 83

1. Tikaian (conflict) ... 83

2. Rumitan (complication) ... 84

3. Klimaks ... 86

c. Akhir ... 86

1. Leraian (falling action) ... 86

2. Selesaian (denouement) ... 87

4. Latar/setting ... 88

a. Latar Tempat ... 88

b. Latar Waktu ... 91

c. Latar Sosial ... 95

5. Tema ... 98

C. Keterkaitan Unsur dalam Novel ibuk, Karya Iwan Setyawan... 100

D. Analisis Nilai Kesetiaan Tokoh Utama (Ibuk) ... . 104

E. Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA... 111

1. Bahasa... 112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xv

2. Psikologi ... 114

3. Latar Belakang Budaya ... 116

4. Silabus ... 118

5. RPP ... 120

BAB V PENUTUP ... 134

A. Kesimpulan ... 134

B. Implikasi ... 136

C. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN ... 141


(19)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “tulisan” atau “karangan”. Sastra berarti karangan dengan bahasa yang indah dan isinya yang baik. Bahasa yang indah artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Indah dan baik menjadi fungsi sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile (Wellek dan Warren, 1990: 25). Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial (Damono, 1979: 1). Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang sering menjadi bahan sastra. Sastra juga merupakan cerminan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat.

Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh daripada dunia ide, sedangkan Aristoteles (murid Plato),

1


(20)

   

mengemukakan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai guru bahasa yang bermateri kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang (Plato dalam Semi, 2004: 27).

Kejadian atau peristiwa kehidupan dalam masyarakat dapat direkam oleh pengarang melalui daya kreasi dan imajinasi. Kejadian tersebut dijadikan karya sastra yang menarik dan bermanfaat. Karya sastra digunakan pengarang untuk mengajak pembaca ikut melihat, merasakan, menghayati makna pengalaman hidup yang pernah dirasakannya.

Sastra merupakan cermin dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya apresiasi terhadap karya sastra. Salah satu bentuk apresiasi terhadap sebuah karya sastra, misalnya dengan membaca novel dan cerpen. Bahkan dapat mementaskan sebuah drama. Sehingga karya sastra tidak hanya dinikmati oleh diri sendiri tetapi juga dinikmati banyak orang. Setiap karya sastra pasti terdapat nilai amanat yang bisa dipetik dan dapat dijadikan sebagai contoh atau teladan bagi kehidupan di masyarakat (Sumardjo, 1984: 14).

Peristiwa-peristiwa sosial, pendidikan, politik, ekonomi, bahkan agama dapat diangkat menjadi sebuah karya sastra yang indah dan layak untuk dinikmati masyarakat. Apalagi jika penulis atau pengarang cerita dapat mengkombinasikan idenya dengan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengapresiasi bahkan dapat meneladani hikmah yang ada di dalam cerita tersebut.


(21)

3  

   

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 969). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia.

Karya sastra merupakan bahan pelajaran yang ada di SMA. Pembelajaran sastra di SMA berguna untuk dinikmati dan diapresiasi agar warisan sastra Indonesia tidak luntur. Selain itu, memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Novel ibuk, karya penulis national best seller Iwan Setyawan, mengisahkan tentang sebuah kehidupan yang penuh dengan perjuangan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan yang selalu memberi nafas bagi kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti novel ibuk,. Penulis akan meneliti nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Alasan penulis meneliti novel tersebut karena cerita di dalamnya sangat menarik dan dapat menimbulkan semangat untuk hidup di tengah sulitnya perekonomian di dalam keluarga. Selain itu, tokoh utama dalam novel ini dapat memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

   

inspirasi setiap pembaca. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para pembaca mampu mengambil nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ini. Penulis akan menghubungkan novel tersebut dengan pembelajaran sastra di SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini:

1. Bagaimana tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan?

2. Bagaimana nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan?

3. Bagaimana relevansi novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini:

1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan

2. Mendeskripsikan nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan


(23)

5  

   

3. Mendeskripsikan relevansi novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam pembelajaran sastra di SMA

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti sastra, peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu sastra, yaitu masukan dan informasi, khususnya novel ibuk, karya Iwan Setyawan

2. Pembelajaran sastra, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bahan sastra di SMA khususnya novel

3. Peneliti lain

Dapat mengembangkan karya sastra yang berupa novel untuk melakukan penelitian dengan sudut pandang yang berbeda.

E. Batasan Istilah

Untuk menyatukan persepsi mengenai istilah-istilah yang akan digunakan dalam skripsi ini, maka akan diberikan beberapa istilah yang berhubungan dengan penelitian ini. Batasan istilah tersebut:

1. Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).

2. Pendekatan sturktural adalah pendekatan yang menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

   

yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).

3. Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Istilah lain: roman (Sudjiman, 1990: 55).

4. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 23).

5. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 23).

6. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79).

7. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, melalui Nurgiyantoro, 1995: 165).

8. Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu akan menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton melalui Nurgiyantoro, 1995: 113).

9. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berhubungan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadi dalam karya sastra (Sudjiman, 1988: 46).


(25)

7  

   

10. Sudut pandang adalah pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana dia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. (Semi, 2004: 57).

11. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang (Sudjiman, 1988: 57).

12. Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai sebuah sistematik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dan B. Rahmanto melalui Nurgiyantoro, 1995: 68).

13. Kesetiaan adalah keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan, perhambaan dan sebagainya); kepatuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1295).

14. Relevansi adalah hubungan; kaitan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1159).

15. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 23). 16. Silabus adalah penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar

ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilain, alokasi waktu, dan sumber belajar (Muslich, 2007: 23).

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterangkan guru dalam pembelajaran di kelas. (Muslich, 2007: 23).


(26)

   

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Halaman judul, Bab I berisi: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penenlitian, batasan penelitian, sistematika penyajian.

Bab II berisi: Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan dan kerangka teori. Dalam penelitian yang relevan ini penulis menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Sigit Permadi Wibowo, A. Sri Puji Rahayu, dan Y. Rieska Devi Permata Sari.

Bab III berisi: Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, objek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data.

Bab IV berisi tentang analisis unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema yang ada dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan serta relevansi hasil analisis nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang diteliti.


(27)

 

9  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

Dalam penelitian tentang nilai kesetiaan tokoh utama novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA, penulis menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Sigit Permadi Wibowo, A. Sri Puji Rahayu, dan Y. Rieska Devi Permata Sari. Masing-masing penelitian tersebut berjudul “Wujud Perjuangan Perempuan dalam Pendidikan Pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra”. Penelitian yang dilakukan oleh A. Sri Puji Rahayu berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Rakyat Yogyakarta 2 karya Bakdi Soemanto: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penelitian yang dilakukan oleh Y. Rieska Devi Permata Sari berjudul “Nilai Moral Pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah”.

Penelitian yang dilakukuan oleh Sigit Permadi Wibowo mengkaji wujud perjuangan perempuan dalam antologi cerita pendek Seribu Impian Perempuan Baru. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis kondisi sosiokultural yang tercermin pada antologi cerita pendek yang melatarbelakangi wujud perjuangan perempuan dalam pendidikan. (2) Mendeskripsikan wujud perjuangan perempuan dalam pendidikan di Pulau Buru yang terdapat dalam antologi cerita pendek Seribu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

 

Impian Perempuan Baru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.

Penelitian yang dilakukan oleh A. Sri Puji Rahayu mengkaji nilai-nilai budi pekerti dalam Cerita Rakyat Yogyakarta 2 karya Bakdi Soemanto dan implementasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra positivistis menurut gagasan Swingewood. Alasan pemilihan pendekatan tersebut karena dalam pendekatan tersebut karya sastra dipandang sebagai refleksi atas realitas kehidupan masyarakat yang tidak perlu dilihat dalam suatu keseluruhannya tetapi berusaha melihat hubungan antara unsur sosial budaya suatu masyarakat dengan salah satu unsur yaitu unsur tokoh dan penokohan suatu karya sastra.

Penelitian yang dilakukan oleh Y. Rieska Devi Permata Sari mengkaji nilai moral yang terdapat pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah karya James Danandjaja. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan karena penelitian kepustakaan adalah penelitian suatu masalah berdasarkan sumber tertulis seperti catatan, transkrip, buku, surat kabar, maupun majalah. Dalam hal ini mencari data dari buku yang berjudul Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah.

Ketiga penelitian terdahulu menunjukkan kesamaan tujuan penelitian yang mendeskripsikan nilai-nilai yang terdapat cerita rakyat ataupun cerita pendek. Namun, penelitian mengenai nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel


(29)

11  

 

ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, topik ini masih relevan untuk diteliti.

B. Kerangka Teori

1. Hakekat Novel

Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2005: 9) mengatakan bahwa novel adalah cerita pendek dalam bentuk prosa. Novella (bahasa Itali) mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 788). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia.

Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang. Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel adalah relatif (Priyatni, 2010: 125)


(30)

 

Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Istilah lain: roman (Sudjiman, 1990: 55).

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah prosa panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata dengan menyuguhkan rentetan peristiwa, tokoh, alur, tema, latar, amanat, bahkan gaya bahasa.

2. Macam Novel

Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular.

Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 17) menyebutkan kata ”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena novel-novel itu sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah “pop” sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita.

Nurgiyantoro (2005: 18) juga menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa


(31)

13  

 

sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita (Stanton dalam Nurgiyantoro 2005:19). Novel populer tidak mengejar efek estetis seperti yang terdapat dalam novel serius.

Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.

3. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002: 23). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini hanya memusatkan pada unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema.


(32)

  a. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Tipe tokoh seperti yang digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh bawahan sering disebut tokoh antagonis.

“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Setiap pengarang ingin membaca atau memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkannya. Ada dua macam cara yang dikemukakan oleh M. Atar Semi dalam memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi yaitu:

1) Cara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, contohnya pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya. 2) Cara dramatis, yaitu menggambarkan apa dan siapa tokoh itu tidak

secara langsung, tetapi hak-hak lain, misalnya perbuatan menggambarkan tempat atau lingkungan tokoh.


(33)

15  

 

Dalam mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya, penulis menempuh dua cara:

1) Secara langsung, pengarang menyebutkan secara terperinci bagaimana tokoh itu baik perangai maupun tingkah laku dan perwatakan yang dimilikinya yang diciptakan pengarang

2) Secara tidak langsung, pengarang mengungkap tokoh dengan perwatakannya dengan jalan memberi gambaran sifat, keadaan fisik, melakukan gerak-gerik. Biasanya diungkapkan melalui percakapan antara tokoh dalam cerita tersebut.

b. Plot/Alur

Menurut Nurgiyantoro (2000: 110), plot/ alur adalah rangkaian peristiwa yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita. Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah dalam suatu cerita.

Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan hubungan sebab akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah cerita. Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu permulaan (beginning), melalui suatu tengahan (meddle) menuju suatu permulaan (ending). ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat ddalam fiksi atau drama.’ (Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002: 126).


(34)

 

Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju atau dapat dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai regresi. Plot pada cerpen dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian. Selanjutnya sebuah novel dikatakan regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

Struktur Umum Alur (Sudjiman, 1990: 30)

Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut: Awal: 1. Paparan (exposition)

2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) Tengah: 5. rumitan (complication)

6. klimaks

Akhir: 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)

c. Latar/Setting

M. Atar Semi (2004: 46) berpendapat bahwa “latar atau landasan tumpu (setting) adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.” Sejalan dengan itu, Tarigan (2002: 136) berpendapat bahwa yang dimaksud “latar atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang adalah sebuah cerita.”


(35)

17  

 

Nurgiyantoro (2000: 230) mengatakan unsur-unsur setting dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu adalah setting yang berhubungan dengan masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita.

d. Tema

Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya sastra (Tarigan, 2002: 7). Tema pada dasarnya merupakan pokok sebuah cerita. Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan hidup, dan sebagainya.

e. Hubungan Antar Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik merupakan suatu bagian dari struktur novel. Unsur intrinsik dalam novel memang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, misalnya unsur tokoh akan selalu berhubungan dengan penokohan atau perwatakan. Tokoh dengan latar saling berhubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

 

atau berkaitan (Sudjiman, 1990: 27). Tokoh merupakan individu dalam cerita, sedangkan penokohan atau perwatakan merupakan karakter tokoh atau individu tersebut. Jadi jika seorang tokoh tanpa karakter, akan tidak akan membentuk sebuah cerita.

Begitu juga berkaitan dengan unsur yang lain, misalnya tema, alur, latar, dan sebagainya. Semua sudah menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga membentuk sebuah cerita.

4. Nilai

Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963). Nilai berarti sesuatu yang penting dan berharga, di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan bahkan rela mati demi nilai tersebut. Nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai-nilai memberikan arah perjalanan, seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan (Darminta, 2006: 24).

Nilai-nilai yang diperjuangkan (Darminta, 2006: 44) antara lain: 1) Kesetiaan: Nilai dan Hubungan Personal

Orang ditantang untuk menghormati dan menghargai semua sarana serta wujud untuk melangsungkan dan meghormati hidup itu pula. Maka, diperlukan kesetiaan kepada nilai hidup yang bercirikan kualitas abadi (Darminta, 2006: 50-51).

Masyarakat yang lebih mengutamakan nilai sarana dapat dengan mudah terjadi orang berkutat pada sarana-sarana kehidupan, bukan hidup itu sendiri. Itulah yang terjadi dalam budaya instan yang


(37)

19  

 

menyingkirkan nilai berdaya tahan lama. Contohnya kehidupan seks bebas masa kini yang melahirkan orang yang cenderung mementingkan kepuasan semata. Hal ini terbukti bahwa orang tersebut tidak mau berjuang keras atau berproses dan hanya menginginkan hasilnya (Darminta, 2006: 51).

Kesetiaan terhadap hidup bagaimanapun juga akan sangat berkaitan dengan soal penghargaan dan penghormatan kepada nilai seks dalam hidup manusia. Suasana cinta yang ditandai kesetiaan, pengampunan, dan penghormatan di dalam keluarga merupakan kondisi yang paling baik, bukan hanya teknik yang menyingkap rahasia kesenangan belaka. Intimitas yang menyatukan hidup dalam hubungan cinta merupakan suatu perjalanan tersendiri (Darminta, 2006: 53).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang zaman sekarang cenderung menginginkan serba instan tanpa mau berproses lewat perjuangan yang penuh tantangan. Hal itu dapat digambarkan melalui kehidupan seks bebas saat ini yang hanya mengutamakan kepuasan semata. Padahal jika orang berpegang pada prinsip hidup itu suci, berharga, dan pantas dihormati, mau tidak mau orang harus berproses terlebih dahulu baru kemudian menuai hasilnya. 2) Kepedulian: Nilai dan Hak-Hak Asasi

Hormat terhadap hidup dan setia kepada relasi personal, sebagai yang berbagi kehidupan, membawa orang untuk menentukan sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

 

selanjutnya, yaitu hormat kepada pribadi yang pada masa kini dirumuskan sebagai hak asasi manusia (Darminta, 2006: 53).

Menurut Darminta (2006: 53-54) hak-hak asasi manusia semakin disadari maka juga semakin dipergulatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di mana manusia berhak memutuskan sendiri, seperti :

a) hak untuk hidup

b) hak untuk diperlakukan sebagai pribadi

c) hak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang layak d) hak untuk memilih agama yang dianut

e) hak untuk memperoleh sarana-sarana kehidupan f) hak yang sama di depan hukum

Pada dasarnya dari semua perkembangan aspek hak-hak asasi manusia seperti tersebut di atas, ada satu hal yang paling asasi, yaitu nilai manusia sebagai manusia atau pribadi yang memiliki kemerdekaan (Darminta, 2006: 54).

Melindungi hidup pribadi manusia merupakan kewajiban setiap manusia. Misalnya tidak membiarkan orang lain menjadi budak. Namun, zaman sekarang orang cenderung masuk dalam berbagai macam bentuk perbudakan. Misalnya anak-anak muda yang menjual temannya untuk memperoleh kepuasan seks dan demi mendapat uang, kasus-kasus TKW atau TKI yang terdapat jual-beli manusia, gaji para buruh yang rendah, dan sebagainya. Oleh karena itu, sikap


(39)

21  

 

memanusiakan manusia tetap harus diperjuangkan karena hidup manusiawi adalah nilai yang luhur.

3) Solidaritas: Nilai dan Kebutuhan Hidup

Perlakuan yang dilandasi oleh rasa hormat terhdap hidup, kesetiaan, dan kepedulian terhadap nasib sesama mengajak kita untuk hidup sebagai hak-hak yang asasi, seperti tanah dan pangan, serta rumah dan milik-milik lain yang semestinya untuk hidup (Darminta, 2006: 55).

Solidaritas berarti bahwa orang mampu menggunakan barang untuk memajukan hidup sesama, bukannya membunuh hidup sesama (Darminta, 2006: 56).

Berdasarkan pernyataan tersebut orang harus berusaha menumbuhkan rasa solidaritas dalam kehidupan ini, merasa senasib, sehidup, kebersamaan yang akan membuahkan pembagian yang adil dan semestinya dalam hak atas kebutuhan untuk hidup.

4) Kepercayaan: Nilai dan Kepastian

Hidup mengandung kebenaran yang merupakan dasar bagi hidup berbagi atau komunikasi hidup. Mengkhianati hidup berarti mengkhianati kebenaran yang ada di dalamnya, bahkan mengkhianati hakikat hidup itu sendiri yang hidup dalam komunikasi serta pemberian diri terus-menerus. Hubungan dalam kebenaran merupakan syarat mutlak adanya hubungan yang benar, yaitu dalam kepercayaan. Hubungan dalam kebenaran hidup, yaitu saling berbagi hidup dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

 

kejujuran. Maka, kejujuran merupakan nilai yang harus diperjuangkan bila kepercayaan satu sama lain ingin diciptakan. Bila kebenaran dan kejujuran tidak ada, maka hidup dan relasi antar manusia pun akan rusak (Darminta, 2006: 57).

Contohnya saat ini kita hidup dalam serba kebohongan-kebohongan, bahkan pengkhianatan. Kebenaran bila diungkapkan terkadang menyakitkan, apalagi bila dikuasai oleh nafsu egois. Keuntungan sarana kehidupan yang membuat seseorang tidak jujur, bohong, dan menipu. Bahkan lembaga hukum pun justru menjadi sumber kebohongan.

Namun, rela mati untuk membela kebenaran merupaka cita-cita luhur dalam kehidupan manusia. Kerelaan yang demikian tersebut yang akan membawa kehidupan (Darminta, 2006: 58).

Apabila kebenaran-kebenaran itu selalu dijunjung tinggi, maka akan ada terciptanya kepastian-kepastian yang dapat diandalkan dalam kehidupan bersama. Kepercayaan yang makin tinggi karena kepercayaan adalah sebagai dasar hidup bersama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terciptanya hidup yang baik bagi semua pihak akan tergantung pada kadar kejujuran serta sikap orang pada nilai kebenaran.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan dan di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain.


(41)

23  

 

5. Nilai Kesetiaan

Kesetiaan adalah keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan, perhambaan dan sebagainya); kepatuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1295). Nilai merupakan sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).

Sardjono (1992: 17) mengatakan bahwa apabila orang Jawa telah dewasa maka ia telah membatinkan bahwa kesejahteraannya bahkan eksistensinya tergantung pada kesatuan dengan kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu ciri kedewasaan seseorang sekaligus kejawaan seseorang adalah sikap setia yang diungkapkan dalam kelompoknya. Kesetiaan seseorang yang tidak disertai oleh pengorbanan yang besar memang sudah menjadi paham yang harusdilakukan apabila memang masih menganggap sebagai orang Jawa.

Kesetiaan bisa diwujudkan dalam bentuk pernikahan, persahabatan, kesetiaan dalam keluarga, masyarakat, negara, dan lain-lain. Namun, dalam penelitian novel ini kesetiaan yang paling sesuai adalah kesetiaan dalam keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kesetiaan adalah ketaatan dalam keluarga yang berguna bagi kemanusiaan.

6. Pendekatan Struktural

Struktur merupakan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, Dick dan B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

 

dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).

Sruktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991: 54). Penelitian struktural pada dasarnya berangkat dari pendekatan objektif sebagaimana dikemukakan Abrams, yang menekankan karya sastra sebagai struktur yang bersifat otonom. Struktur pada dasarnya merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai unsur, yang tidak satu pun di antaranya dapat melakukan perubahan tanpa berpengaruh pada unsur-unsur yang lain (Zaidan, 2002: 20-21).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan strutural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang digunakan penulis dalam mengalisis nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dikhususkan pada empat unsur yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema.


(43)

25  

 

7. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006).

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan satuan silabus.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasioanal Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich 2007, hlm. 17).

Dari beberapa sumber tersebut, jelas dikatakan bahwa pengertian KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).


(44)

 

8. Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI

Menurut Rahmanto (1988: 16) pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27):

1. Bahasa

Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.

2. Psikologi

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahp-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga


(45)

27  

 

sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30) menyajikan tentang perkembangan psikologi anak:

i. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

ii. Tahap romanti (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan. iii. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

iv. Tahap generalisasi ( umur 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal yang praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

 

Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.

Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dalam praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan. Kita sadar bahwa tak ada informasi dari luar baik itu berupa pengantar, komentar guru, cara membaca, gambar maupun kritik yang sebelumnya lebih dapat menuntut perhatian siswa kecuali pengalaman siswa itu sendiri. Pengalaman dari karya sastra bagaimanapun hanya dapat dimulai dan dilanjutkan dengan mempelajari analisis verbal. Karena kita banyak membaca, kita merasa mudah sekali menerima isi suatu bacaan (Rahmanto, 1988: 38).


(47)

29  

 

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Mendiknas, 2006: 206). Beberapa tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan pembelajaran karya sastra antara lain:

a. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

b. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sesuai dengan pembelajaran sastra di SMA yaitu:


(48)

 

Membaca

15.Memahami buku biografi, novel, dan hikayat

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/

terjemahan dengan hikayat

Dengan demikian, silabus dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sangat diperlukan untuk jenjang SMA kelas XI. Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh utama pada novel ibuk, karya Iwan Setyawan, siswa juga dapat menemukan nilai-nilai kehidupan atau perjuangan hidup di dalamnya melalui kegiatan belajar yaitu dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh. Seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut.

9. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian BNSP (dalam Depdiknas, 2008).

Jadi dapat disimpulkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang


(49)

31  

 

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP, silabus merupakan pembelajaran standar kompetensi dasar kedalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kopetensi untuk setiap hasil belajar.

RPP merupakakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP adalah rencana yang menggambarkan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dasar yang ditetapkan Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus.


(50)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural

meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang

sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra

(Satoto, 1993: 32). Pendekatan strktural adalah pendekatan yang menguraikan

keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan

struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984:

135). Hal ini terpapar jelas dalam analisis novel

ibuk,

karya Iwan Setyawan.

Penelitian yang berjudul Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk,

karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan

memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2006: 6).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2006:4) penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


(51)

33

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang

tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya

(Moleong, 2006: 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini

bertujuan untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan fakta yang

ada, dengan menghasilkan data deskriptif.

B.

Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah nilai kesetiaan dalam novel

ibuk,

karya

Iwan Setyawan kemudian dianalisis dengan pendekatan struktural. Setelah itu

direlevansikan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA.

C.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Judul :

ibuk,

Penulis

: Iwan Setyawan

Tahun :

2012

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal

: 293 halaman

Novel

ibuk,

merupakan novel karya Iwan Setyawan. Novel tersebut

merupakan karya fenomenal Iwan Setyawan. Saat Tinah masih usia belia, semua

cerita berawal ketika suatu pagi di aktivitas di pasar Batu telah mengubah

hidupnya. Saat Sim, seorang kenek angkot, seorang

playboy

pasar yang berambut


(52)

selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan

mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.

Terlahir sudah 5 anak sebagai bukti buah cinta mereka. Hidup yang

semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak,

rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar,

dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air

matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.

Buku

ibuk,

ini, merupakan novel karya penulis

national

best seller

Iwan

Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang

perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau

seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi nafas bagi

kehidupan.

D.

Metode

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang dikemudian disusul dengan analisis. Secara

etimologis, deskrepsi, dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2009: 53).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini

menganalisis nilai kesetiaan dalam novel

ibuk,

karya Iwan Setyawan dan

relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA dengan menggunakan


(53)

35

untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan suatu gejala

atau keadaan. Hasil deskripsi akan direlevansikan ke dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik penelitian dengan menggunakan

sumber-sumber tertulis untuk mengumpulkan data-data. Sumber tertulis dalam

penelitian ini adalah novel

ibuk,

karya Iwan Setyawan dan sumber acuan

pengembangan silabus berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

F.

Teknik Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah

mendeskripsikan secara sistematis kenyataan-kenyataan dari suatu data dengan

faktual dan cermat. Langkah awal saat menganalisis data ini adalah membaca

novel

ibuk,

, menganalisis nilai kesetiaan yang terkandung dalam novel

ibuk,

dengan menggunakan pendekatan struktural. Setelah itu direlevansikan ke dalam

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran

sastra di SMA.


(54)

36  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini penulis akan menganalisis tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Kelima unsur tersebut sangat penting untuk penulis cantumkan karena dalam penelitian ini unsur yang berhubungan dengan tokoh utama adalah unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema.

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat kesetiaan tokoh utama novel ibuk, karya Iwan Setyawan, khususnya pada kelima unsur itu yaitu tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema

1. Analisis Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh


(55)

37  

bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Di bawah ini akan dibahas tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang ibu yang bertekad dan berusaha keras demi kesejahteraan keluarganya.

a. Ibuk

Tokoh Ibuk dalam novel ini memiliki sifat penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Seorang ibu yang pekerjaan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga, beliau tetap berjuang keras membantu meringankan pekerjaan bapak. Ibuk menikah di usia yang cukup belia yaitu usia 16 tahun. Di usia yang cukup belia tersebut, ibuk menikah dengan bapak. Mereka menikah dengan sangat sederhana tanpa persiapan kelak bagaimana mereka membesarkan anak-anaknya.

Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat-sifat Ibuk. Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(1) “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira (hlm. 42).

Usaha yang dilakukan Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat melahirkan kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:


(56)

(2) Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan. Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu (hlm. 36).

Ibuk selalu ulet dalam hal apa pun, termasuk dalam makan. Anak-anak harus berbagi dengan yang agar semua dapat makan. Ibuk selalu memberi nasehat untuk berbagi makanan. Berikut kutipan-kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(3) “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari penggorengan (hlm. 40).

(4) “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk (hlm. 47).

(5) “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu!” ujar Bayek

(6) “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat!” tukas Ibuk.

(7) “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini. (hlm. 47).

(8) Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso digawe iku!”

(9) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk (hlm. 60). Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(10) “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan (hlm. 244).

(11) Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil memijat kaki Bapak (hlm. 251).


(57)

39  

(12) “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan sebentar ya?” tanya Ibuk (hlm. 266).

(13) Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya, tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak (hlm. 272).

(14) Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam (hlm. 254).

Kutipan (1) sampai (14) menjelaskan bahwa sifat Ibuk adalah penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Sifat tersebut membuat bahagia keluarganya. Ibuk ingin membuat keluarganya bahagia, agar semua kebutuhan rumah tangganya tercukupi sehingga anak-anaknya dapat meraih cita-cita.

Sehari-hari Ibuk mengurus anak-anak dan suami. Ibuk sangat ingin anak-anaknya tidak ingin seperti dirinya dan suaminya. Ibuk ingin anak-anaknya mengeyam pendidikan melebihi pendidikan yang beliau dapatkan. Kebutuhan hidup yang semakin banyak dan tak terbendung membuat Ibuk selalu berhemat. Belum lagi jika anak-anaknya minta dibelikan sepatu, buku, dan peralatan sekolah lainnya. Hal ini membuat Ibuk harus berhutang dan menggadaikan emas. Semua ini beliau lakukan demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Terkadang Ibuk meratapi keadaannya yang semakin sulit. Apalagi jika angkot mogok dan Bapak harus memperbaiki angkot tersebut. Hal ini tentu membuat kebutuhan semakin bertambah.

Ketika anak-anak sudah besar dan ada yang berumah tangga Ibuk sering datang mengunjungi mereka. Masa tua Ibuk tidak banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

kegiatan. Beliau hanya memasak dan pergi hajatan maupun pengajian. Ibuk juga selalu menghubungi anaknya (Bayek) yang bekerja di New York, Amerika Serikat. Beliau selalu mendoakan anak-anaknya, termasuk Bayek. Doa dan dukungan Ibuk selalu menguatkan hati Bayek.

Namun, Ibuk mulai bersedih ketika orang yang dicintainya selama 40 tahun pergi untuk selamanya. Ibuk berusaha tegar dan selalu mendoakan Bapak agar selalu tenang di sana. Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Ibuk setiap malam selalu memimpin pengajian kecil bersama anak cucunya dan mengirim doa kepada Bapak.

b. Bayek

Bayek diceritakan sebagai anak laki-laki satu-satunya dari Ibuk dan Bapak. Bayek merupakan anak ketiga dari pasangan Ibuk dan Bapak. Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah.

Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat-sifat Bayek tersebut:

(15) Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas.

Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu-satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih. Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya.

Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? (hlm. 43).


(59)

41  

Bayek selalu tekun belajar, hingga akhirnya dia mendapatkan PMDK di IPB jurusan Statistika. Tidak hanya itu, dia juga lulus dengan IP yang memuaskan. Bayek mendapatkan kesempatan bekerja di Jakarta, namun tak lama kemudian dia menerima tawaran untuk bekerja di New York, Amerika Serikat.

Selama berada di Jakarta kemudian pindah ke New York, Bayek selalu mengirim uang untuk keluarganya di Batu, Jawa Timur. Uang tersebut digunakan untuk merenovasi rumah di Batu dan membangun kos di Jogja.

Setelah dia berjuang di negeri orang, akhirnya Bayek kembali ke Indonesia. Dia menulis cerita keluarganya ke dalam sebuah novel. Dia ingin menjadi penulis dan ingin berbuat sesuatu yang bisa diingat selamanya.

c. Bapak

Seorang bapak yang pekerjaan sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkot. Pada masa mudanya, bapak dijuluki seorang playboy. Namun, hal ini tak membuat Ibuk berpaling kepada laki-laki lain. Mereka berdua akhirnya menikah dan dikaruniai lima orang anak. Satu orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Bapak selalu berangkat narik angkot pagi sekali hingga pulang larut malam. Bapak bekerja tanpa kenal lelah.


(60)

Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(16) Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik (hlm. 30).

(17) Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi (hlm. 46).

(18) …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya (hlm. 51-52).

Setelah anak-anak sudah besar, bekerja dan berumah tangga, hidup Bapak semakin terjamin. Bapak mulai pensiun narik angkot. Untuk mengisi kesibukan sehari-hari, terkadang Bapak juga ikut mengurus cucu-cucunya.

Namun, suatu hari Bapak sering sakit-sakitan dan kesehatannya semakin menurun. Bapak tidak lagi bisa mengurus cucu-cucunya, seperti bermain dan mengantarkan cucu-cucunya ke sekolah. Bapak menderita penyakit jantung koroner. Hari demi hari kondisi Bapak semakin menurun. Akhirnya Bapak pun meninggal dunia. Semua keluarganya merasa kehilangan Bapak. Termasuk Ibuk yang selalu setia kepada Bapak sampai Bapak tiada.

d. Mak Gini

Mak Gini adalah ibunya Tinah (Ibuk). Bagi Mak Gini, anak perempuan tidak sekolah tidak apa-apa. Jadi Ibuk hanya lulusan SD, itu pun tidak lulus.


(61)

43  

Mak gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya. Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut:

(19) Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang (hlm. 30).

Mak Gini bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mak Gini membesarkan Ibuk dan saudara-saudara Ibuk. Mak Gini menyusui semua anaknya dengan air susunya sendiri, memasak tiap pagi, dan memastikan anaknya tidak kelaparan. Mak Gini pun bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Rezeki yang didapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang.

Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah agar anak-anak kelak menjadi cerdas.

e. Mbok Pah

Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster batik, baju sekolah, jarik, sampai sarung. Mbok Pah mengajari dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(20) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah (hlm. 2). Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun Ibuk tetap memilih (Sim) Bapak. Mboh Pah tidak bisa memaksakan kehendak Ibuk. Sampai akhirnya Tinah (Ibuk) dan Sim (Bapak) menikah, Mbok Pah meninggal seminggu sebelum acara pernikahan itu.

f. Mbak Gik

Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Dahulu, Bapak tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Saat malam pertama, Ibuk dan Bapak berada ri rumah Mbak Gik.

Ketika Bapak dan Ibuk sudah mempunyai lima anak pun, mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(21) Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu (hlm. 36).

Mereka belum bisa membuat rumah. Mereka sudah tidak enak kalau harus numpang lama-lama di rumah Mbak Gik. Ada


(63)

45  

keinginan mereka untuk membuat rumah, tetapi memang mereka belum punya uang yang mencukupi.

Ketika mereka sudah mempunyai lima anak pun, mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu.

g. Isa

Isa adalah anak pertama dari keluarga Sim. Isa adalah anak yang baik, sejak kecil ia rajin belajar dan sering mengajari adik-adiknya dalam belajar. Sehabis pulang sekolah Isa membersihkan kaca jendela dan meja kaca kecil di ruang tamu. Setelah rumah bersih, Isa baru makan siang.

Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa masih memberi les privat. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(22) “Sekarang, aku ingin memastikan Mira bisa kuliah. Demikian juga Rini dan Isa. Mereka harus bisa kuliah seperti Bayek dan Nani. Mereka harus kuliah. Isa memang sudah lama lulus SMA tapi tidak ada kata terlambat! Tekad Ibuk (hlm. 140).

Besar harapan Ibuk agar Isa bisa lulus SMA. akhirnya Isa bisa lulus SMA. setelah Isa lulus SMA, ia kursus komputer di Malan. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa masih memberi les privat. Puluhan tahun yang lalu di usia yang hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya sama. Gaya berjalannya sama. Jalan hidupnya saja berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

Semenjak lulus SMA Isa telah bekerja untuk membantu Nani dan Bayek kuliah. Di balik kelembutannya, Isa adalah perempuan kuat yang berjuang untuk “membuka” jalan buat adik-adiknya. Berkat bantuan Bayek, Isa bisa kuliah dan kini Isa telah lulus sarjana dan menjadi guru SD.

h. Nani

Nani adalah anak kedua Ibuk. Nani biasanya jarang meminta. Ia adalah kakak Bayek yang tangguh dan tak pernah merepotkan keluarga. Kala itu, ia berani meminta Ibuk untuk membelikan sepatunya yang jebol dan sudah berulang kali ditambal. Nani juga membantu berjualan makanan kecil. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(23) Nani mulai belajar berdagang. Ia menjual pisang goreng, keripik, atau citos di sekolah (hlm. 118). Nani adalah anak Ibuk yang paling gagah, seringkali ia membersihkan got di depan rumah saat hujan tiba. Kebiasaan Nani sama halnya dengan kebiasaan Isa. Sehabis pulang sekolah, Nani biasanya membersihkan rumah dulu yaitu menyapu lantai dan mengepel. Setelah itu Nani makan siang.

Anak kedua Ibuk, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan kuliah di Universitas Brawijaya. Isa membantu membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-hari Nani. Begitu juga Bayek yang telah membantu Nani kuliah dan bisa menjadi guru SD.


(65)

47  

i. Rini

Rini adalah anak keempat Ibuk. Rini bekerja membantu adik Ibuk yang menjadi bidan desa. Dalam novel ini, Rini juga membantu merawat Bapak saat sakit. Rumah Rini tidak jauh dari rumah Ibuk sehingga bisa membantu Ibuk untuk merawat Bapak. Saat jasad Bapak disalatkan, Rini tak sanggup menahan kesedihannya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(24) Kain hijau menutupi keranda dengan rangkaian melati di atasnya. Jasad Bapak telah disalatkan sebelum Bayek datang. Rini di samping Ibuk menagis, berteriak, dan akhrinya, tak sadarkan diri. Ia dibawa ke kamar Ibuk (hlm. 275).

j. Mira

Mira adalah anak kelima Ibuk. Saat Bayek bekerja Jakarta, Mira baru kelas 2 SMA. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berikut kutipan secara secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(25) “Mir, Masmu mau bantu beliin rumah buat kamu…,” kata Ibuk (hlm. 221).

(26) “Wah, matur suwun, Buk. Mas Bayek sendiri sudah punya tabungan, tah? Kok bolak-balik transfer ke rumah? (hlm. 221).

k. Bang Udin

Bang Udin adalah tukang kredit asli Bandung. Bang Udin sering memberi pinjaman uang kepada Ibuk. Dari Bang Udin, Ibuk selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan setiap hari. Mulai dari belanja dandang, bak kecil untuk mandi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

sampai penggorengan. Terkadang Ibuk meminjam uang lagi, walaupun cicilan yang lalu belum lunas. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(27) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan.

“Insya Allah ada, Mbak Nah. Butuh berapa?” tanya Bang Udin.

Ada sedikit kelegaan di wajah Ibuk. “Lima belas ribu ya, Bang.” (hlm. 88).

Berdasarkan kutipan (1) sampai (14) terbukti bahwa tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan adalah tokoh Ibuk. Sementara itu, berdasarkan kutipan (15) sampai (27) tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan antara lain Bayek, Bapak, Mbok pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin.

Sifat-sifat tokoh-tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dijelaskan pada kutipan (15) sampai (27). Tokoh-tokoh tambahan yang dijelaskan antara lain tokoh Ibuk, Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Dapat disimpulkan bahwa tokoh ibuk dari cerita ini yang selalu tegar dengan keadaan dan menyayangi suami dan anak-anaknya.

Bapak adalah playboy pasar yang juga seorang kernet angkot yang menjadi suami Ngatinah. Dengan usaha, kesabaran dan tanggung jawabnya, Sim mampu membiayai semua yang di butuhkan keluarganya dengan cinta sampai akhir khayatnya.


(67)

49  

Isa adalah anak pertama dari (Ibuk) Ngatinah dan (Bapak) Sim yang pendiam, rajin, sayang kepada adikanya dan selalu menjadi juara kelas semasa sekolahnya sampai akhirnya ia menjadi guru privat di kota Batu.

Nani adalah adik isa yang merupakan anak kedua dari Ngatinah dan Sim yang cekatan, pintar,selalu membantu membersihkan rumahnya dan tak pernah menyusahkan keluarga. Nani bisa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Brawijaya.

Beyek adalah anak ketiga yang merupakan anak laki-laki satu-satunya dari perkawinan Ngatinah dan Sim. Anak Beyek berhasil mendapatkan PMDK IPB jurusan stasistik dan menjadi lulusan terbaik. Sebelum menjadi penulis, ia juga pernah menjabat sebagai direktur perusahaan di New York City.

Rini adalah anak ke empat dari Ngatinah dan Sim. Rini yang suka membantu kaka-kakanya sampai setelah lulus SMA Rini membantu Adik Ibunya yang menjadi bidan desa. Mira adalah anak terakhir yang manja,pintar dan pemalu ini tumbuh menjadi wanita yang berpendidikan sampai jenjang S2. Mak Gini adalah sosok ibu yang selalu menyayangi anak-anaknya termasuk salah satunya Ngatinah. Mbok Pah adalah nenek yang mengasuh Ngatinah sejak Ngatinah putus sekolah. Mbok Pah adalah sosok nenek yang bisa menerima segala suatu keputusan apapun dari cucunya.


(68)

Mbak Gik adalah kakak angkat Sim yang selalu memberikan nasihat yang baik kepada (Bapak) Sim. Bang Udin adalah sosok selalu memberi pinjaman utang kepada Ibuk dan percaya dengan janji Ibuk yang akan membayar utang.

2. Analisis Penokohan

“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Di bawah ini akan dibahas mengenai penokohan tokoh utama dan penokohan tokoh tambahan. Dalam mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya, penulis menempuh dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung.

a. Ibuk

1) Penyayang

Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(1)“Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira (hlm. 42).

Pekerjaan rumah selalu dibantu oleh anak-anak. Nani mengepel lantai. Nani juga membersihkan got di rumah tengah hujan deras. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:


(1)

   

________________. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Pustaka Jaya:

Jakarta.

Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.

Wellek, Rene dan Warren Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wibowo, Sigit Permadi. 2008. Wujud Perjuangan Perempuan Dalam Pendidikan

Pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendektan Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Yudiono. 1986. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Zaidan, Abdul Rozak. 2002. Pedoman Penelitian Sastra Daerah. Jakarta: Departeman pendidikan Nasional.


(2)

(3)

142 SINOPSIS

Awalnya Ibuk dan Bapak dipertemukan di sebuah pasar di pasar Batu, Malang, Jawa Timur. Pertemuan itu akhirnya membuat keduanya saling mengenal dan saling jatuh cinta. Mereka pun akhirnya menikah. Keduanya tidak memiliki persiapan apa pun, mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan gagah berani.

Malam pertama mereka di rumah Mbak Gik (kakak angkat Bapak). Sampai mereka mempunyai lima anak (Isa, Nani, Bayek, Rini, Mira), mereka masih tinggal di rumah Mbak Gik. Mereka sungkan, akhirnya Bapak bertekad membangun rumah sederhana untuk mereka tinggal.

Kelima anaknya makan seadanya dan anak-anaknya tidak menuntut berlebihan. Biaya hidup dan biaya sekolah yang begitu mahal, tak membuat Ibuk putus asa. Ibuk bertekad akan tetap menyekolahkan anak-anaknya sampai bangku kuliah. Bayek adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga Ibuk, Bayek bertekad ingin mengubah nasib keluarganya.

Akhirnya Bayek mendapatkan PMDK di IPB Bogor. Untuk kuliah ke Bogor, Ibuk harus menjual angkot milik Bapak. Bapak bekerja menjadi sopir truk di tetangga sebelah.

Setelah Bayek lulus, Bayek mendapatkan kesempatan bekerja di Jakarta. Jauh dari rumah memang membuat Bayek semakin rindu, tetapi Bayek harus bekerja demi mengubah nasibnya dan nasib keluarganya di Batu. Selama di Jakarta, Bayek tak lupa mengirimi uang kepada keluarganya di Batu. Bayek yang


(4)

bekerja dengan baik, akhirnya mendapatkan kesempatan bekerja ke New York. Dalam hati, ia ingin dekat dengan keluarga. Namun, keinginan untuk meraih mimpi ternyata lebih kuat.

Selama di New York, Bayek juga telah mengirimkan uang kepada keluarganya. Kesulitan berbicara bahasa Inggris, tak membuat Bayek lantas putus asa. Bayek terus menunjukkan kebolehannya dalam bidang statistik. Selain itu Bayek juga rajin belajar bahasa Inggris dan berkomunikasi dengan rekan-rekan kerjanya.

Bonus dari hasil jerih payahnya selalu mengalir. Bayek selalu mengalirkan bonus itu kepada keluarganya bahkan Bayek mengirimi uang untuk membangun kos-kosan di Yogyakarta. Sehingga Bapak tidak perlu bekerja seperti dulu. Bapak dan Ibuk tinggal menikmati masa tua bersama cucu-cucunya.

Keempat saudaranya tak lupa ia bantu untuk biaya kuliah dan akhirnya mereka pun bisa bekerja sampai berumah tangga. Isa sebagai anak pertama juga telah membantu banyak untuk adik-adiknya. Hingga akhirnya Isa pun menikah, begitu juga dengan Nina, Mira, dan Rini. Bayek yang belum menikah sendiri. Bayek masih ingin menyelesaikan misinya. Setelah beberapa tahun Bayek di New York, Bayek kembali ke Indonesia. Ia ingin jadi penulis. Ia ingin menulis buku tentang keluarganya, agar bisa dikenang selama-lamanya.

Baru menikmati kebahagian di keluarganya, Bapak sudah mulai sakit-sakitan. Bapak menderita komplikasi beberapa penyakit. Biasanya Bapak hanya sakit batuk dan pilek. Namun, kali ini Bapak tidak bisa menahan sakitnya. Akhirnya bapak meninggal dunia. Hati Ibuk sangat hancur. Orang yang telah


(5)

menemaninya selama 40 tahun kini harus pergi meninggalkannya selama-lamanya. Melalui perjalanan yang saling memperkuat dan melengkapi satu sama lain. Cinta keduanya melahirkan anak-anak yang penuh cinta.


(6)

145  

BIODATA

Hanasih Wikani Hati dilahirkan di Klaten, 9 November 1990. Riwayat pendidikan yang ditempuh antara lain: Lulus TK Aisyah Sajen pada tahun 1996, Trucuk, Klaten, Lulus SD Negeri Gombang 2, Cawas tahun 2004, Klaten, Lulus SMP Negeri 1 Cawas, Klaten tahun 2006, Lulus SMA Negeri 1 Karangdowo, Klaten tahun 2009.

Pada tahun 2009 melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma dengan jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Mengakhiri kuliah dengan menyelesaikan skripsi pada tahun 2013 yang berjudul

Nilai Kesetiaan Tokoh Utama Dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan Dan Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.