meningkat-kan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab;
8 berpikir logis, kritis, dan tertata dengan memperhi-tungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai
kemungkinan; dan 9 menunjang motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja
mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.
E. Standar Isi Standar isi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
mencakup empat aspek kemampuan berikut.
1 Menyimak ngaregepkeun Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai
bentuk dan jenis wacana lisan.
2 Berbicara nyarita Mampu berbicara secara efektif dan efisien untuk meng-
ungkapkan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam bentuk dan jenis wacana lisan di berbagai
kesempatan berbicara.
3 Membaca maca Mampu membaca, memahami, dan menanggapi berbagai
jenis wacana tulis. 4 Menulis nulis
Mampu menulis secara efektif dan efisien untuk meng- ungkapkan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan dan
kreativitas sastra dalam berbagai bentuk dan jenis karangan wacana tulis.
F. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan SKL merupakan standar kompetensi yang harus dicapai oleh setiap lulusan dalam satuan
16
pendidikan tertentu, yakni TKRA, SDMI, SMPMTs., dan SMASMKMA.
1. Standar Kompetensi Lulusan TKRA Standar kompetensi lulusan Taman Kanak-kanak
TKRaudhatul Athfal RA dalam berbahasa Sunda adalah sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda. b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan dirinya.
2. Standar Kompetensi Lulusan SDMI Standar kompetensi kulusan Sekolah Dasar SDMadrasah
Ibtidaiyah MI Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek yang terurai seperti berikut.
a. Menyimak ngaregepkeun Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana
lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas,
pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita, dikte, pelantunan puisi sajak, guguritan, kakawihan, dan
pembacaan cerita dongeng, cerita pendek.
b. Berbicara nyarita Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa percakapan, wawancara, bercerita menceritakan, mengumumkan, menelpon,
menjelaskan, menyampaikan sanggahan, pujian, usul, laporan diskusi, pidato, bermain peran, dan
musikalisasidramatisasi puisi.
c. Membaca maca
17
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa
pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita pendek, artikel, pidato, percakapan, dan puisi sajak, guguritan.
d. Menulis nulis Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat kalimat sederhana dan luas, fungsi kalimat
berita, tanya, perintah, prosa wacana pendek, surat, berita, biografi, narasi,deskripsi, eksposisi, pidato, laporan, puisi
sajak, guguritan, serta penggunaan ejaan dan tanda baca.
3. Standar Kompetensi Lulusan SMPMTs.
Standar kompetensi lulusan SMPMTs. dalam mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.
a. Menyimak ngaregepkeun Mampu memahami dan menanggapi beragam wacana
lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan atau pelantunan puisi sajak, pupujian, guguritan, dan
pembacaan prosa dongeng, cerpen, novel, carita pondok, berita, biografi, bahasan, dan artikel.
b. Berbicara nyarita Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan yang berupa percakapan, wawancara, bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelpon,
menjelaskan, berdiskusi, pidato, dan bermain peran.
c. Membaca maca Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang
berupa percakapan, prosa sejarah, bahasan, biografi,
18
carita pondok, dongeng, novel, wawacan, dan puisi sajak, sawer, guguritan.
d. Menulis nulis Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara tertulis dalam beragam karangan yang berupa pedoman wawancara, prosa pengalaman, biografi,
bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan, dan puisi sajak, guguritan, sisindiran.
4. Standar Kompetensi Lulusan SMASMKMA Standar kompetensi lulusan SMASMKMA dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.
a. Menyimak ngaregepkeun
Mampu memahami dan menanggapi beraneka ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa
percakapan, pidato, siaran radiotelevisi, pembacaan puisi sajak, guguritan, lagu kawihtembang, dan pembacaan
prosa dongeng, cerita wayang.
b. Berbicara nyarita Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan, bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan
bermain peran.
c. Membaca maca Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan
yang berupa prosa sejarah, biografi, carita pondok,
19
dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel, teks percakapan, wawacan dan puisi sajak.
d. Menulis nulis Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan
dalam beragam karangan yang berupa terjemahan, aksara Sunda, prosa surat, biografi, berita, bahasan, esai,
resensi buku, carita pondok, laporan, puisi sajak, guguritan, sisindiran, dan teks drama.
G. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.
STANDAR KOMPETENSI
20
DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA
TKRA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN
21
MATA PELAJARAN MUATA LOKAL KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA
TKRA
A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Juga
disebut anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan 50-80. Hasil penelitian Pusat
Kurikulum Balitbang DIknas tahun 1999, dalam berbagai aspek perkembangan anak, anak yang masuk TK lebih tinggi daripada
anak yang tidak masuk TK di kelas I SD.
Data angka mengulang kelas tahun 20012002 untuk kelas I SD 10,85, kelas II 6,6, kelas III 5,48, kelas IV
4,28, kelas V 2,92, dan kelas VI 0,42. Angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi daripada kelas lain.
Diperkirakan anak-anak yang mengulang kelas tersebut adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah baca:
TKRA sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD.
Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan informal di rumah dan pendidikan formal di sekolah menyebabkan anak
yang masuk pendidikan prasekolah TKRA mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu
menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
seluruh potensi anak masa prasekolah.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh potensinya. Masa peka ini akan mematangkan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungannya. Masa ini menjadi masa peletak dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,
22
kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu,
diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Peran pendidik orang tua, guru, dan orang dewasa lain sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6
tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan “bermain sambil belajar” atau “belajar seraya bermain”.
Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, berekspresi diri, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain dapat membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek berbahasa. Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan
perkembangan mental dan perilakunya. Apabila dibiasakan berbahasa dengan baik dan santun, anak akan tumbuh dan
berkembang untuk berkomunikasi secara baik dan santun pula.
Anak cenderung dekat dengan ibunya. Komunikasi ibu dengan anak lebih erat, efektif, dan efisien. Salah satu bahasa
yang dekat dengan anak adalah bahasa ibu mereka. Di Jawa Barat, misalnya, bahasa ibu bagi anak-anak adalah bahasa
Sunda, meskipun terdapat bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain. Bahasa ibu menjadi landasan awal anak dalam
belajar berbahasa, berekspresi, dan berpikir. Anak yang pandai berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah belajar bahasa
kedua bahasa Indonesia atau bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa Sunda sebagai bahasa ibu bagi anak-anak di Jawa
Barat perlu diperkenalkan kepada anak-anak usia dini atau usia prasekolah TKRA.
Pada dasarnya pendidikan TKRA mengacu pada dua aspek perkembangan dalam pembentukan perilaku melalui dua
cara, yakni 1 pembiasaan dan 2 pengembangan kemampuan dasar. Pertama, Pengembangan pembentukan perilaku melalui
pembiasaan dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang
23
baik. Bidang ini meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian.
Kedua, pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang
dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, fisikmotorik, dan seni.
Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan dan kemampuan dasar tersebut, terutama kemampuan
berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cageur, bageur, bener, pinter teu kabalinger, singer,
tur pangger.
B. Pengertian