Materi Keterampilan Berbahasa Pengembangan Materi Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru

1 paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel; 2 bentuk wacana seperti narasi carita, deskripsi dadaran, candraan, eksposisi pedaran, dan argumentasi bahasan; 3 jenis wacana seperti puisi wangun ugeran, prosa wangun lancaran, dan drama wangun paguneman.

9.2 Materi Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak ngaregepkeun dan berbicara nyarita, sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca maca, dan menulis nulis sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif. a. Aspek Menyimak ngaregepkeun Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan: 1 pembacaan puisi; 2 penuturan dongeng; 3 pembacaan cerita; 4 pembacaan kutipan novel; 5 pengumuman wawaran, bewara; 6 dialog atau diskusi; 7 khutbahpidatoceramah; 8 acara radioTV; 9 kakawihan, kawih, dan tembang. b. Aspek Berbicara nyarita Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan. Kegiatannya dapat berupa: 1 bercerita ngadongeng, 62 2 berwawancara wawancara, 3 menceritakan kembali nyaritakeun deui; 4 menyampaikan pesan nepikeun amanat; 5 bermain peran metakeun, ngaragakeun; 6 menyapa tumanya; 7 mengeritik ngeritik, nyawad; 8 memberikan pujianmemuji muji; 9 memberikan tanggapan mere tanggapan; 10 mendiskusikan nyawalakeun, ngadiskusikeun; 11 membahas medar; 12 menyanggah pendapatmenolak usul; 13 berpidato biantara; 14 bercakap-cakap ngobrol, ngawangkong; 15 melisankan hasil sastra puisi, prosa, dan drama. c. Aspek Membaca maca Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan: 1 membaca permulaan maca munggaran; 2 membaca pemahaman maca nyangkem; 3 membaca nyaring maca bedas; 4 membaca bersuara maca nyoara; 5 membaca memindai maca tenget; 6 membaca cepat maca gancang; 7 membaca dalam hati maca jero hate, ngilo; 8 membaca pendalaman maca neuleuman; 9 membaca berurutan maca ngaruntuy; 10 membaca sekilas maca saliwat, saulas; 11 membaca intensif maca intensif, ngulik; 12 membaca ekstensif maca ekstensif, ngalanglang; 13 membaca naskah drama; 14 membaca sajak maca sajak. 63 d. Aspek Menulis nulis Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis atau melalui lambang- lambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan: 1 menulis permulaan nulis munggaran; 2 menyalin nyalin; 3 mendeskripsikan ngadadarkeun; 4 melengkapi karangan rumpang ngalengkepan; 5 menulis paragraf; 6 menulis surat; 7 menyunting nyarungsum; 8 menerapkan ejaan dan tanda baca; 9 menulis rangkuman ngarangkum; 10 menulis teks pidato; 11 menulis laporan; 12 menulis pesan ringkas; 13 menulis iklan; 14 menulis wartaberita; 15 menulis artikel; 16 menulis bahasan. 64 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMPMTs. PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN 65 MATA PELAJARAN MUATA LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMPMTs

A. Latar Belakang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKKD Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 221999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SDMISDLB, SMPMTs.SMPLB, SMAMANSMALB, dan SMKMAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5Kep.674- Disdik2006. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2 dua jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran 66