Tema Penilaian Arah Pengembangan 1. Bahasa Pengantar Pembelajaran

5. Diversifikasi Kurikulum a. Kesamaan Memperroleh Kesempatan

Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau anak didik. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan anak didik yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi anak didik yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan. Penyediaan tempat yang memberdayakan semua anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh anak didik dari berbagai kelompok seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-

bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang anak didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. pengembangan kemampuan berbahasa Sunda tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan. Misalnya, di wilayah Cirebon, Indramayu, Depok, dan Bekasi.

6. Tema

Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya 32 perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip berikut. 1 Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak ke tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. 2 Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak 3 Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak 4 Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak sekolah yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu. Penentuan tema dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut. 1 Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam kurikulum. 2 Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip pemilihan tema. 3 Menjabarkan tema ke dalam sub-tema agar cakupan tema tidak terlalu luas. 4 Memilih sub-tema yang sesuai. Tema-tema yang dapat dikembangkan di TKRA, antara lain: 1 diri sendiri, 2 lingkunganku, 3 kebutuhanku, 4 binatang, 5 tanaman, 6 rekreasi, 7 pekerjaan, 8 air, udara, dan api, 9 alat komunikasi, 10 tanah airku, dan 11 alam semesta. 33

7. Penilaian

Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran. Penilaian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pendidikan di TKRA. Penilaian aspek perkembangan bahasa meliputi: a menyebutkan nama danjenis kelamin; b berbicara lancar dengan kalimat sederhana; c menirukan kembali 2—4 uruta kata latihan pendengaran; d mampu melaksanakan 1—2 perintah secara berurutan dengan benar; e memberi keteranganinformasi tentangsesuatu hal; f melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru; g dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut; h mengekspresikan diri melalui dramatisasi; i membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan; j memahami konsep lawan kata, misalnya: calik x ngadeg; k mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya: calik, nagog, lumpat, neda, nangis; l menggunakan kata ganti abdi, anjeun, anjeunna; m mengucapkan suku kata dalam nyanyian kawih, Misalnya: da-da-da, mi-mi-mi, na-na-na, dst. n menggunakan konsep waktu dinten ieu, énjing, ayeuna, engké; o mengungkapkan beberapa sajak sederhana; p menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol yang melambangkannya; q dapat menceritakan gambar gambar yang disediakan atau dibuat sendiri; 34 r mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri; s menggunakan dan menjawab pertanyaan: naon, saha, di mana, iraha, sabaraha, kumaha, dan ku naon; t menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala, gerakan tubuh, tangan, dan mata; dan u menyanyikan kawih sederhana bersama-sama. 35 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA SDMI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN 36 MATA PELAJARAN MUATA LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SDMI

A. Latar Belakang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 221999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SDMISDLB, SMPMTs.SMPLB, SMAMANSMALB, dan SMKMAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5Kep.674- Disdik2006. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda dewasa ini. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Sunda 2 37