Hasil Penelitian Analisis Data

d. Pertemuan Keempat Pada pertemuan keempat ini, tepatnya pada tanggal 9 September 2016 dilakukan post-test. Post-test dimulai pada pukul 07.40 dan berakhir pada pukul 08.30. Siswa diberikan waktu 50 menit untuk mengerjakan post-test. Sama dengan pre-test, jumlah soal post-test juga sebanyak 10 soal. Sebelum dilaksanakan post- test , peneliti kembali mengingatkan siswa mengenai penggunaan alat peraga untuk materi perkalian. Setelah diingatkan mengenai penggunaan alat peraga, siswa mengerjakan soal post-test dengan tenang dan percaya diri. Di akhir pembelajaran, peneliti kembali mengadakan wawancara dengan kedua siswa untuk memberikan pertanyaan terkait soal post-test dan untuk melihat pemahaman siswa mengenai materi perkalian.

B. Hasil Penelitian

1. Data pre-test Tabel 4.1. Hasil belajar siswa mengerjakan soal pre-test Siswa Nomor Soal Pre-Test Total Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S1 1 1 1 1 4 S2 1 1 1 3 Tabel diatas menunjukkan hasil pre-test kedua subjek penelitian. Soal pre-test sebanyak 10 nomor. Angka 1 menunjukkan soal tersebut dijawab dengan benar, dan angka 0 menunjukkan soal tersebut dijawab dengan salah. 2. Data post-test Tabel 4.2 Hasil belajar siswa mengerjakan soal post-test Siswa Nomor Soal Post-Test Total Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Tabel diatas menunjukkan hasil post-test kedua subjek penelitian. Soal post-test sebanyak 10 nomor. Angka 1 menunjukkan soal tersebut dijawab dengan benar, dan angka 0 menunjukkan soal tersebut dijawab dengan salah. 3. Data pemahaman siswa hasil wawancara per pertemuan Data yang lain dalam penelitian ini adalah transkripsi percakapan antara peneliti dan kedua subjek. Transkripsi percakapan ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing subjek setelah pembelajaran selesai. Data ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi konsep perkalian. Adapun hasil transkripsi percakapan antara peneliti dan subjek akan dilampirkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Analisis Data

Berikut ini adalah hasil analisis pre-test dan post-test serta pemahaman siswa tentang konsep perkalian 1. Analisis pre-test dan post-test � � ������ = � �� � �� � �� � � � × Tabel 4.3 Persentase ketercapaian hasil belajar siswa ketercapaian Kriteria 0 - 20 Sangat Rendah 20,01 - 40 Rendah 40,01 - 60 Cukup 60,01 - 80 Tinggi 80,01 - 100 Sangat Tinggi Sumber: Dikutip dari Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013 Tabel diatas adalah pembagian persentase ketercapaian hasil belajar dimana ketercapaian hasil belajar dibagi dalam 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Pre-test Tabel 4.4. Analisis hasil pre-test Ketercapaian Kriteria S1 40 Rendah S2 30 Rendah Rata-Rata Ketercapaian Pre-test 35 Kriteria Rendah Tabel diatas adalah tabel analisis hasil pre-test siswa berdasarkan nilai pre-test yang diperoleh dan disajikan dengan persentase ketercapaian dan kriteria. Post-test Tabel 4.5 Analisis hasil post-test Ketercapaian Kriteria S1 80 Tinggi S2 90 Sangat Tinggi Rata-Rata Ketercapaian Pre-test 85 Kriteria Sangat Tinggi Tabel diatas adalah tabel analisis hasil post-test siswa berdasarkan nilai post-test yang diperoleh dan disajikan dengan persentase ketercapaian dan kriteria. 2. Analisis pemahaman siswa Wawancara yang dilakukan peneliti kepada dua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini menunjukkan pemahaman siswa mengenai konsep perkalian sangat baik. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa S1 dapat mengerti konsep perkalian dengan baik, namun sering kali terlihat bingung ketika ditanya. Peneliti sering mendapat jawaban yang menunjukkan S1 bingung. Contohnya: P : “Ada yg susah gak soalnya?” S1 : “Ada e. Ada, semuanya dua, lima, enam, tujuh eh satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh ”. P : “Oh itu semuanya berarti?” S2 : “Hooh, iya” dalam rekaman 1 P : “Susah gak perkaliannya?” S1 : “Ono seng susah ono seng nggak.” P : “Yang susah apa?” S1 : “Enam” P : “Perkalian enam?” S1 : “Hooh” P : “Terus yang mudah?” S1 : “Delapan” P : “Lho kok malah lebih banyak?” S1 : “Oh, siji loro telu empat limo enem pitu wolu songo sepuluh ” dalam rekaman 2 S1 terlihat bingung diawal-awal pembelajaran. Namun S1 bisa menunjukkan peningkatan pemahaman selama pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban ketika ditanya tentang konsep perkalian. S1 mampu menjawab dengan baik dan benar serta terlihat yakin dengan jawabannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI S2 sedikit berbeda dengan S1. S2 tidak menunjukkan kebingungan ketika diwawancarai, walaupun S2 mengakui bahwa soal yang diberikan termasuk susah. Namun S2 menunjukkan sikap ingin belajar. P : “Soalnya gimana? Ada yang susah?” S2 : “Ada. Tapi ada yang gampang juga” P : “Tadi ngerjainnya serius gak?” S2 : “Serius, tapi susah.” P : “Yaudah yang susah besok dipelajari lagi ya biar bisa ngerjain ” S2 : “Iya” dalam rekaman 1 S2 juga terlihat suka belajar menggunakan alat peraga karena menurut S2 akan lebih mudah belajar perkalian dengan menggunakan alat peraga. Selama penelitian S2 menunjukkan sikap yang serius dan sungguh-sungguh belajar. Peningkatan pemahaman juga ditunjukkan oleh S2, terlihat dari hasil wawancara dengan peneliti dimana S2 menjawab dengan baik dan sangat yakin, walaupun kadang-kadang S2 terlihat kelelahan saat menjawab pertanyaan.

D. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

GAMBARAN HARGA DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-A) TPA BINTORO KABUPATEN JEMBER

0 4 92

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 6

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

KEEFEKTIFAN MEDIA MODEL “BOLA PECAHAN” TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 0 261

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3