Media Pembelajaran untuk Anak Tunanetra Huruf Braille

menitikberatkan kepada keterampilan siswa secara kecakapan motoris, mental, asosiasi yang dibuat dan sebagainya. Metode drill dapat disebut juga dengan metode latihan atau praktik secara langsung. Anak tunanetra mampu mengikuti metode ini jika materi yang disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk memahami materi pelajaran. Berdasarkan beberapa metode pengajaran tersebut, peneliti merasa bahwa metode yang sesuai digunakan untuk anak tunanetra tingkatan sekolah dasar adalah metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode drill. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti juga akan menggunakan ketiga metode tersebut. Metode ceramah dirasa tepat karena anak tunanetra masih mengandalkan indera pendengaran dengan bantuan suara dari guru. Metode tanya jawab merupakan metode pendukung dari metode ceramah karena dengan metode ini akan membangun interaksi yang baik antara guru dan siswa. Metode drill digunakan karena dalam penelitian menggunakan alat peraga yang menuntut siswa untuk lebih banyak berlatih.

E. Media Pembelajaran untuk Anak Tunanetra

Selain kekhususan metode pembelajaran yang digunakan untuk anak tunanetra, mereka pun mempunyai kekhususan dalam menggunakan media pembelajaran. Karena kondisi penglihatan mereka yang tak berfungsi, maka menurut Ardhi 2013: 62 media yang digunakan untuk pengajaran anak tunanetra ialah media yang dapat dijangkau dengan perabaan dan pendengarannya. Adapun media tersebut ialah papan baca Kenop, Reglette, dan Stilus pena yaitu alat tulis normal, Mesin tik Braille Perkins Braille. Media pembelajaran yang diterapkan pada anak tunanetra di beberapa Sekolah Luar Biasa SLB meliputi: alat bantu membaca huruf Braille Papan huruf dan Optacon; alat bantu berhitung Cubaritma, AbacusSempoa, Speech Calculator, serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder. Khusus alat bantu membaca Braille adalah alat bantu pembelajaran untuk mengenal huruf Braille. Alat ini biasa disebut pantule singkatan dari papan tulis Braille.

F. Huruf Braille

Menurut Ardhi 2013: 66, Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh para tunanetra. Sistem ini diciptakan oleh seorang Prancis yang bernama Louis Braille yang juga merupakan seorang tunanetra. Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara membaca ketika gelap. Tulisan ini kemudian dinamakan huruf Braille. Namun saat itu Braille tidak memiliki huruf W. Munculnya inspirasi untuk menciptakan huruf-huruf yang dapat dibaca oleh tunanetra berawal dari seorang bekas perwira alteleri Napoleon, Kapten Charles Barbier. Barbier menggunakan sandi berupa garis-garis dan titik-titik timbul untuk memberikan pesan ataupun perintah kepada serdadu nya dalam kondisi gelap malam. Pesan tersebut dibaca dengan cara meraba rangkaian kombinasi garis dan titik yang tersusun menjadi sebuah kalimat. Sistem demikian kemudian dikenal dengan sebutan night writing atau tulisan malam. Sistem ini dirancang khusus untuk tentara perang yang menggunakan kombinasi 12 titik timbul yang dapat dikombinasikan untuk mewakili huruf-huruf dan dapat dirasakan oleh ujung jari. Sayangnya kode tersebut terlalu rumit bagi sebagian besar pasukannya sehingga ditolak untuk digunakan. Braille kemudian menyederhanakan sistem ini dengan menggunakan satu sel 6 titik dan didasarkan ejaan normal yang sekarang dinamakan huruf Braille. Berdasarkan uji coba yang dilakukan Braille, jari-jari tangan tunanetra ternyata lebih peka terhadap titik dibandingkan dengan garis sehingga pada akhirnya huruf Braille hanya menggunakan kombinasi antara titik dan ruang kosong atau spasi. Sistem tulisan Braille pertama kali digunakan di L’Institution Nationale de Jeunes Aveugles, Paris dalam rangka mengajar siswa-siswa tunanetra. Huruf-huruf Braille menggunakan kerangka penulisan seperti kartu domino. Satuan dasar dari sistem tulisan ini disebut sel Braille, dimana tiap sel terdiri dari enam titik timbul; tiga baris dan dua titik. Keenam titik tersebut dapat disusun sedemikian rupa hingga menciptakan 64 macam kombinasi. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0,5 mm, serta spasi horizon dan vertikal antara titik dalam sel sebesar 2,5 mm. Pada mulanya orang tidak berpikir bahwa kode Braille merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kaum tunanetra. Banyak orang menduga bahwa sistem Braille akan mati sebagaimana penemunya. Namun ada orang-orang yang menyadari pentingnya penemuan Louis Braille. Penemuan brilian Louis Braille telah mengubah dunia membaca dan menulis kaum tunanetra untuk selamanya. Sekarang kode Braille telah digunakan hampir ke dalam semua bahasa tulis terkenal di dunia. Gambar 2.1. Huruf Braille × = . ÷ - +

G. Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

GAMBARAN HARGA DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-A) TPA BINTORO KABUPATEN JEMBER

0 4 92

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 6

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

KEEFEKTIFAN MEDIA MODEL “BOLA PECAHAN” TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 0 261

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3