Alat Peraga Bola Cara Penggunaan Alat Peraga

harus diminum sebanyak 3 kali, dan setiap minum hanya 1 obat. Berbeda dengan ketika resep × , itu berarti obat tersebut dalam sehari hanya diminum 1 kali, dan pada saat minum langsung 3 obat.

J. Alat Peraga Bola

Ali dalam Rostina 2015: 7, berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong proses belajar. Dalam pendapat tokoh yang lain yaitu menurut Ruseffendi dalam Rostina 2015: 7, alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono dalam Rostina 2015: 7, adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, alat peraga bola adalah alat peraga berupa bola warna-warni yang dapat membantu siswa dalam proses belajar untuk bisa memahami materi perkalian, khususnya konsep perkalian. Gambar 2.2. Alat Peraga Bola PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

K. Cara Penggunaan Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola. Alat peraga ini digunakan untuk membantu siswa memahami konsep perkalian. Setiap siswa akan mendapatkan 100 buah bola dan tiga kotak yang akan digunakan sebagai wadah untuk bola. Kotak pertama berisi 100 buah bola yang akan diambil oleh siswa sesuai dengan soal perkalian yang akan diberikan. Kotak kedua digunakan untuk menaruh bola yang telah diambil dari kotak pertama, dan selanjutnya bola tersebut dipindahkan ke kotak ketiga yang digunakan untuk menampung bola-bola dari kotak sebagai hasil perkalian. Untuk menghitung hasil perkalian dari soal yang diberikan, siswa akan menghitung jumlah bola yang ada pada kotak ketiga. Cara siswa menghitung hasil perkaliannya adalah dengan menghitung jumlah bola pada kotak ketiga yang dipindahkan ke kotak kedua yang telah kosong satu per satu. Siswa akan diberi pemahaman mengenai penjumlahan berulang sebagai dasar untuk mempelajari materi perkalian. Peneliti akan memberi beberapa soal penjumlahan dengan bilangan yang sama. Misalnya peneliti akan memberi soal 5+5, 7+7, 3+3+3, 5+5+5+5. Peneliti kemudian bertanya ada berapa bilangan yang sama pada penjumlahan, setelah itu peneliti mengaitkan dengan konsep perkalian. Untuk memudahkan siswa memahami materi tersebut, peneliti menggunakan bola sebagai alat peraga. Peneliti kemudian melanjutkan materi konsep perkalian dengan memberikan soal-soal. Sebagai contoh, siswa diberikan soal perkalian × . Maka langkah yang akan dilakukan siswa untuk mengetahui hasil perkaliannya adalah sebagai berikut: 1. Siswa akan mengambil 5 bola dari kotak pertama satu per satu dan menaruhnya di kotak kedua. Gambar 2.3. Langkah Pertama Penggunaan Alat Peraga 1 2 3 1 2 3 3 2. Kemudian, 5 bola tersebut dipindahkan ke kotak ketiga. Gambar 2.4. Langkah Kedua Penggunaan Alat Peraga 3. Siswa akan melakukan langkah 1 dan 2 sebanyak 3 kali sesuai dengan konsep perkalian, karena soalnya adalah × . 3 3 2 1 2 1 Gambar 2.5. Posisi bola setelah melakukan langkah pertama dan kedua 4. Setelah siswa telah melakukan langkah 1 dan 2 sebanyak 3 kali, dan semua bola yang merupakan hasil perkalian sudah ada di kotak ketiga, maka siswa akan menghitung hasil perkalian dengan cara menghitung jumlah bola yang ada pada kotak ketiga. Untuk memudahkan siswa menghitung hasilnya, satu per satu bola di kotak ketiga dipindahkan ke kotak kedua sambil siswa menghitung hasil perkaliannya. Gambar 2.6. Proses Menghitung hasil perkalian 3 2 1 3 2 1 Setelah melakukan langkah pertama hingga langkah keempat, maka siswa akan mendapatkan hasil perkalian dari soal yang diberikan. Selain itu, dengan bantuan bola sebagai alat peraga, siswa juga diharapkan mampu memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang.

L. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

GAMBARAN HARGA DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-A) TPA BINTORO KABUPATEN JEMBER

0 4 92

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 6

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

KEEFEKTIFAN MEDIA MODEL “BOLA PECAHAN” TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN PADA SISWA TUNANETRA KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 0 261

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3