BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang dan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang luas, Indonesia memiliki tingkat
pembangunan yang cukup tinggi. Dalam kehidupan saat ini berbagai pembangunan yang dapat menunjang aktivitas kehidupan manusia khususnya
bangunan gedung seperti bangunan fasilitas pendidikan, bangunan fasilitas kesehatan, perumahan dan fasilitas lainnya merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi. Dengan adanya pembangunan-pembangunan gedung seperti yang dijelaskan diatas akan memberikan dampak positif yang kemudian diharapkan
mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
disebutkan Pembangunan Nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan,
kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan pancasila. Bangunan gedung
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak perwujudan produktivitas, dan jati diri
manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan di
bina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,
andal, berjati diri serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Agar dalam pelaksanaan pembangunan tersebut tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya rencana tata ruang yang baik dan sarana
perangkat perizinan yang memadai. Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 1 ayat 1 disebutkan Penataan ruang adalah
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang yang baik merupakan sarana pengendali
perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan, yang berarti bahwa rencana pembangunan sudah memiliki landasan hukum dalam pelaksanaannya
misalnya melalui peraturan daerah. Dalam rangka melaksanakan rencana tata ruang tersebut, salah satu tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan mengeluarkan peraturan daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan.
Izin mendirikan Bangunan IMB merupakan standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan dengan terencana
akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 1 ayat 1
disebutkan Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Lebih lanjut dikatakan dalam ayat 9 bahwa Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum
sah sebagai pemilik gedung. Dalam artian tanpa bukti tertulis suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum dalam hal ini bangunan gedung menjadi
tidak sah. Oleh karena itu, dengan adanya Izin Mendirikan Bangunan IMB akan memberikan kapastian dan jaminan hukum kepada masyarakat atas kepemilikan
bangunan gedung.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai di lingkungan Propinsi
Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia menjadi dasar perlu adanya
peraturan daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Samosir. Selain itu, izin mendirikan bangunan juga menjadi sangat penting mengingat
kondisi Kabupaten Samosir yang berbukit-bukit yang rawan bencana alam gempa bumi dan banjir untuk tempat-tempat tertentu. Karena mendirikan bangunan tanpa
standar atau adanya Izin Mendirikan Bangunan adalah sebuah perbuatan atau tindakan yang berbahaya karena bangunan merupakan tempat sentral bagi
manusia beraktifitas sehari-hari, baik dirumah maupun di kantor.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Juncto Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 21 Tahun 2007 dibentuk Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu BPMPT Kabupaten Samosir merupakan badan yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Samosir. Izin
Mendirikan Bangunan IMB merupakan salah satu dari tujuh puluh enam jenis
izin yang di terbitkan oleh Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten samosir.
Pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu BPMPT itu sendiri merupakan salah satu usaha pemerintah dalam menciptakan suatu
sistem pelayanan yang optimal. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya maupun pelaksanaan mekanisme penerbitan izi mendirikan bangunan harus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mekanisme penerbitan izin mendirikan bangunan diharapkan dapat berjalan dengan baik agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat.
Masalah yang terjadi dalam hal penerbitan Izin Mendirikan Bangunan adalah masih banyaknya masyarakat yang belum sadar untuk mengurus dan
memperoleh Izin Memdirikan Bangunan padahal sudah dilakukan sosialisasi sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “
Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan IMB pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu BPMPT Kabupaten Samosir.”
1.2 Rumusan Masalah