IHWAL BISNIS RITEL Gaya Hidup Hedonis.

dengan potongan harga yang diberikan kepada pelanggan yang bersedia membawa alat rumah tangga dan mebel yang berat keluar dari toko. Hypermarket juga menyediakan kafetaria, bank, bakery , dan salon kecantikan. Dengan demikian, hypermarket adalah toko eceran yang mengombinasikan pasar swalayan dan pemberi potongan harga. c. Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan produk umum atau produk manufaktur yang bermerek dengan layanan yang minim pada tingkat harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebih dari 13.000 meter persegi dan lokasinya biasanya di luar kota. Pada jenis ritel ini, interior yang digunakan lebih sederhana. Produk yang dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya. Gambar 2.1. Supermarket Gambar 2.2. Hypermarket Gambar 2.3. Warehouse Karakteristik ritel dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 2.1. Karakteristik Ritel Keterangan Convenienc e Store Supermarket Supercentre Warehouse Store Hypermarket Area Penjualan 350 m2 1.500-3000 m2 3000-10.000 m2 1.3000m2 18.000 m2 Jumlah Pengecekan 1-3 6-10 20 20 30 Jumlah Barang 3.000-4.000 8.000-12.000 12.000-20.000 5.000-8.000 25.000 Penekanan Utama Kebutuhan sehari-hari Makanan hanya 5 dari barang dagangan One stop shopping, barang dagangan 20- 25 penjualan Harga rendah, 60 non makanan dan 40 makanan One stop shopping 40 penjualan dari item non makanan Margin kotor 25-30 18-22 15-18 10-11 12-15 Sumber : Levy dan Weitz 2004 : 41

2. Convenience store

Convenience store memiliki variasi dan jenis produk tang terbatas. Luas lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perputarannya relatif tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk yang diinginkannya. Produk yang dijual biasanya ditetapkan dengan harga yang lebih tinggi daripada harga di supermarket. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.4. Contoh Convenience store

3. General merchandise retail a.

Toko Diskon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk, dengan menggunakan layanan yang terbatas, dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek milik toko itu private label maupun merek lain yang sudah dikenal luas. Tetapi, merek tersebut kebanyakan bukan merek yang berorientasi fesyen dibandingkan merek barang dagangan yang dijual pada departemen store. b. Toko khusus specialty store berkonsentrasi pada sejumlah terbatas kategori produk yang komplementer dan memiliki level layanan yang tinggi dengan luas toko sekitar 8.000 meter persegi. Format toko khusus memungkinkan ritel memperhalus strategi segmentasi yang dijalankan serta menetapkan barang dagangan pada target pasar yang lebih spesifik. Toko khusus tidak hanya merupakan jenis toko namun juga merupakan metode operasi ritel, yaitu hanya mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu, misalnya perhiasan, pakaian anak-anak, produk olahraga, produk perlengkapan bayi dan sebagainya. c. Toko kategori category specialist merupakan toko diskon dengan variasi produk yang dijual lebih sempit atau khusus tetapi memiliki jenis produk yang lebih banyak. Gambar 2.5. Contoh Specialty Store d. Department store. Jenis ritel yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan beberapa staf, seperti layanan pelanggan customer service dan tenaga sales counter . Pembelian biasanya dilakukan pada masing- masing bagian di suatu area belanja. Masing-masing bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah dengan segala aktivitas promosi, pelayanan, dan pengawasan yang terpisah pula. Masing-masing bagian biasanya dikepalai oleh buyer. Buyer adalah kepala departemen store yang memilih produk dagangan untuk bagiannya tetapi mungkin juga bertanggung jawab terhadap masalah promosi dan personel. Untuk citra toko dan produk yang konsisten dan seragam, manajemen pusat menetapkan kebijakan-kebijakan yang luas tentang jenis produk dagangan yang dijual dan rentang harga jual barang dagangan. Manajemen pusat juga bertanggung jawab atas keseluruhan program periklanan, kebijakan kredit, ekspansi toko, dan layanan konsumen. Gambar 2.6. Departemen Store e. Off-price retailing. Ritel jenis ini menyediakan berbagai jenis produk dengan merek berganti-ganti dan lebih ke arah orientasi fesyen dengan tingkat harga produk yang murah. Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang lebih rendah dari umumnya. f. Value retailing. Toko diskon yang menjual sejumlah besar jenis produk dengan tingkat harga rendah, dan biasanya berlokasi di daerah pada penduduk. Ritel ini berukuran lebih kecil dari toko diskon tradisional.

B. Pengelompokan berdasarkan sarana yang digunakan : 1. Penjualan melalui toko

Pada ritel yang menggunakan toko untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat aktivitas pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen melalui peritel pedagang grosir wholesaler. Konsumen dapat mendatangi retail seperti layaknya dalam aktivitas jual beli nyata, dalam rangka mendapatkan produk yang diinginkan.

2. Penjualan tidak melalui toko

a. Ritel elektronik adalah format ritel yang meggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. b. Katalog dan pemasaran surat langsung Pemasaran katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau bahkan lebih katalog produk kepada penerima yang dipilih. Contoh katalog sebagai berikut : Gambar 2.7. Contoh Pemasaran melalui Katalog Sedangkan pengiriman surat langsung direct mail terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat, atau barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. c. Penjualan langsung direct selling adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi. d. Television home shopping merupakan format ritel melalui TV. e. Vending machine retailing merupakan format nonstore yang menyimpan barang atau jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan ketika pelanggan memasukkan uang tunai atau kartu kredit ke dalam mesin. C. Pengelompokan berdasarkan kepemilikan 1. Pendirian toko tunggal atau mandiri adalah ritel yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga ritel yang lebih besar. 2. Jaringan perusahaan adalah ritel yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh sebuah organisasi. 3. Waralaba franchising adalah ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.8. Pengelompokkan Bisnis Ritel Sumber : Levy dan Weitz 2004 : 41-61 dan Christina Whidya Utami 2006 : 12-15 FORMAT RITEL STORE Nonstore Katalog Penjualan elektronik Penjualan melalui surat Mesin penjual vending Machine Penjualan langsung Penjualan melalui telepon Penjualan maya E-Commerce Ritel Barang Dagangan Umum • Specialty Store • Variety Store • Department Store • Off Price Store • Factory Outlet Ritel Berorientasi Makanan • Convenience store • Supermarket • Supercenter • Grosir • Hypermarket Bisnis ritel pun harus memperhatikan keragaman produk yang ditawarkan. Hal ini berkaitan dengan bauran produk. Bauran produk atau kumpulan produk adalah kumpulan semua lini dan jenis produk yang ditawarkan oleh penjual agar dibeli oleh pembeli Kotler, 2003 : 301. Dimensi bauran produk adalah lebarnya mengacu pada jumlah lini produk, panjangnya mengacu pada jumlah seluruh jenis barang yang dibuat perusahaan, dalamnya merujuk pada jumlah versi yang ditawarkan dari setiap produk dalam lini dan konsistensi bauran produk mengacu pada seberapa dekat hubungan berbagai lini produk dalam pemakaian akhir. Selanjutnya bauran produk dalam bentuk ritel dapat digambarkan sebagai berikut : Dalam Banyak Jumlah item dalam setiap kategorii Sedikit Sempit Jumlah kategori Lebar Gambar 2.9. Bauran Produk Ritel Sumber : Mc.Goldrick 2002 : 308 Contoh : Specialty Store Pasar yang fokus Citra sebagai spesialis Pilihan bagus dalam kategori Berpeluang besar memenuhi kebutuhan pelanggan Staf yang berketerampilan khusus Pelanggan biasanya loyal Contoh : Hypermarket Daya tarik bagi masyarakat luas Pilihan banyak Berpeluang besar memenuhi kebutuhan pelanggan Pelanggan biasanya loyal Potensi lalu lintas mobil yang tinggi Contoh : Convenience Store Terunggul dalam pasar convenience Turnover persediaan tinggi Konsentrasi pada item yang menguntungkan Strategi harga rendah Contoh : General Discounter Daya tarik bagi umum Bisa focus pada item yang paling menguntungkan atau yang paling murah Ada potensi cross-selling Strategi harga rendah Potensi lalu lintas mobil tinggi Pendapat lain dikemukakan oleh Kotler 2003 : 534 penjualan eceran dapat dibedakan menurut level service : 1. Self-service : self service is the cornerstone of all discount operations. 2. Self-selection : Customer find their own locate- compare-select process the save money. 3. Limited serviced : These retailers carry more shopping goods, and customers need more information and assistance. 4. Full-service : Salespeople are ready to assist in every phase of the locate-compare-select process. Sedangkan menurut Berman and Evans 2004 : 113-114 tipe atau jenis penjualan eceran terbagi menjadi dua bagian : 1. Food Oriented : Convenience store, Conventional supermarket, Food-based superstore, Combination store, Box lomited- line store, Warehouse store 2. General Merchandise : Specialty store, Traditional department store, Full-line discount store, Variety store, Off price chain, Factory outlet, Membership club, Flea market. Dilihat dari kedua pendapat di atas, jelas tampak perbedaannya, yaitu Kotler melihat ritel dari tingkatan pelayanannya. Sedangkan Berman and Evans membagi tipe penjualan eceran menjadi dua bagian yaitu penjualan yang berorientasi makanan dan penjualan barang secara global. Persamaannya mereka mengkelompokan penjualan eceran menjadi beberapa bagian tergantung pada jumlah barang atau spesifiknya barang yang ditawarkan oleh pengecer. Selanjutnya Berman and Evans 2004 : 85 mengklasifikasikan karakteristik kepemilikan pengecer sebagai berikut : Gambar 2.10. : A Classification Method for Retail Institutions, Sumber : Berman and Evans 2004 : 85 Ownership • Independent • Chain • Franchise • Leased department • Vertical marketing system • Consumer cooperative Store-based Retail strategy mix • Convenience store • Conventional supermarket • Food-based superstore • Combination store • Box limited-line store • Warehouse store • Specialty store • Variety store • Traditional department store • Full-line discount store • Off-price chain • Factory outlet • Membership club • Flea market Nonstore-based Retail strategy mix and Nontraditional retailing • Direct marketing • Direct selling • Vending machine • Worls Wide Web • Other emerging retail formats General Merchandise retailers Food Oriented retailers Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa klasifikasi tersebut terbagi menjadi tiga. Pertama, berkaitan dengan kepemilikan pengecer. Kedua, berkaitan dengan toko yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama orientasinya kepada toko makanan dan bagian kedua berkaitan dengan toko yang menjual berbagai barang yang diedarkan oleh pengecer. Ketiga, Selanjutnya dalam ritel terkenal dengan The Wheel of Retailing . Menurut Berman dan Evans 2004 :105-106 prinsip The Wheel of Retailing adalah sebagai berikut : berkaitan dengan bukan toko yang berarti berkaitan dengan pemasaran langsung dengan memperhatikan kecanggihan atau teknologi. 1. There are many price-sensitive shoppers who will trade customer services, wide-selections, and convenient locations for lower prices. 2. Price-sensitive shoppers are often not loyal and will switch to retailers with lower price. However, prestige-sensitive customers like shopping at retailers with high-end strategies. 3. New institutions are frequently able to have lower operating costs than existing institutions. 4. As retailers move up the wheel, they typically do so to increase sales, broaden sales the target market and improve their image. Strategi yang terdapat dalam Wheel of Retailing adalah high end strategi. Medium strategy and high end. Strategi ini berkaitan dengan kualitas produkbarang, harga dan pelayanan konsumen. Berdasarkan strategi Wheel of Retailling , maka hypermarket mengacu pada medium strategi. Hypermarket menetapkan harga yang moderat yaitu tergantung kebutuhan pasar. Fasilitas yang lebih baik seperti adanya pengiriman barang atau garansi barang dan lebih mengutamakan pelayanan pada konsumen. Strategi ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut : Gambar 2.11. Strategi Roda Eceran Wheel of Retailling Sumber : Berman dan Evans 2004 : 106 Selanjutnya, Schoell 1990, Sopiah dan Syihabudhin 2008 : 123-124 menjelaskan bahwa Wheel of retailing adalah suatu hipotesis yang menjelaskan munculnya institusi ritel yang baru, dan mundurnya ritel High-end strategy High prices Excellent facilities and service Upscale consumers Medium strategy Moderate prices Improved facilities Broader base of value and Service-conscious consumers Low-end strategy Low price Limited facilities and services Price sensitives consumers yang lama, yang selanjutnya digantikan oleh institusi ritel baru akan masuk ke pasar dengan menempatkan posisi low margin, low price, dan low status. Mereka menempatkan fasilitas usaha di kawasan yang berbiaya sewa rendah dan membutuhkan sedikit pelayanan bagi para konsumen. Keberadaannya merupakan tantangan bagi peritel konvensional yang memiliki biaya dan harga yang bergerak meningkat dari waktu ke waktu. Para peritel selanjutnya melakukan inovasi dan berhasil memindahkan usahanya di tempat yang biaya sewanya lebih tinggi, memperbaiki fasilitas dan perabot toko, serta menambahkan beberapa layanan kepada konsumen. Mereka memperoleh margin yang tinggi, harga yang tinggi, dan status peritel yang juga tinggi, dan dengan segera meninggalkan posisi mereka yang semula low margin, low price dan low status. Kondisi ini berputar sebagaimana siklusnya. Namun hipotesis ini tidak ada di daerah suburban. Mereka muncul sebagai institusi ritel yang high margin, high price , dan high status. Hipotesis ini juga tidak bisa digunakan untuk meramalkan secara spesifik jenis ritel mana yang akan muncul dan kapan mereka muncul sebagai pemain baru dalam industri ritel. Selanjutnya, dalam kegiatan ritel dikenal dengan adanya Scrambled Merchandising. Scrambled Merchandising terjadi ketika para peritelperusahaan menambahkan barang dan meningkatkan pelayanan yang kemungkinan tidak berhubungan satu sama lain dan berlaku untuk perusahaan yang murni untuk kegiatan bisnis. Strategi ini dilakukan dengan beberapa alasan : apabila perusahaanperitel ingin meningkatkan penjualan secara keseluruhan, menambahkan keuntungan dalam penjualan barang dan pelayanan, berkaitan dengan konsumen yang melakukan pembelian berdasarkan emosi impulsif, orang melakukan one stop shopping, pencapaian target pasar yang berbeda, dan memengaruhi suasana dan mengurangi persaingan. Strategi ini juga dilakukan apabila produk yang dikeluarkan perusahaan jatuh di pasaran dan untuk menggaet konsumen. Penerapan strategi ini berlaku di toko buku, penyewaan video, toko bunga atau supermarket yang mencakup aspek tersebut. Berman dan Evans, 2004 : 106-107.

BAB III KONSEP PROMOSI PENJUALAN

Sales Promotion P emasaran merupakan suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Saat berhubungan dengan proses pertukaran, harus ada sejumlah besar pekerjaan dan keterampilan potensial berpikir bagaimana tentang makna dari mencapai tanggapan yang diinginkan dari pihak lain. Oleh karena itu, diperlukan seni dan ilmu untuk memilih pasar dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul yang dinamakan manajemen pemasaran Kotler dan Keller, 2009 : 45 Manajemen pemasaran ini berkaitan dengan salah satunya yaitu komunikasi pemasaran. Komunikasi yang berbeda-beda disediakan bagi pemasar jasa ketika mereka mencoba untuk menciptakan posisi yang berbeda di pasar baik untuk perusahaan maupun produknya dan untuk menjangkau calon pelanggan. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran adalah promosi penjualan. Prinsip dasar dari teori ini adalah pemilihan informasi yang konsisten, yang dapat memberikan keuntungan untuk perusahaan dan konsumen Kwok dan Uncles, 2005. Promosi penjualan ini akan memengaruhi perilaku konsumen dalam menentukan suatu keputusan. Lovelock dan Wrizt, 2004 : 136 Selain itu akan menumbuhkan suatu persepsi yang berbeda dalam menentukan keputusannya Lovelock dan Wrizt, 2004 : 137. Konsep promosi penjualan beranjak dari suatu premis yang mengatakan bahwa suatu merek atau pelayanan tidak dapat dipungkiri berkaitan dengan harga atau nilai. Harga dan nilai berkaitan dengan promosi penjualan. Dalam promosi penjualan adanya perubahan suatu harga atau nilai yang berhubungan dengan nilai yang tinggi atau harga yang rendah. Burnett, 2010 : 2, dan Chandon, Wansink, Laurent, 2000 : 65. Promosi penjualan berkembang pesat dari tahun 1980 sampai dengan pertengahan tahun 1990 di negara Amerika Serikat. Adanya kegiatan promosi penjualan memberikan kontribusi sekitar 10 persen pada perusahaan. Pada tahun 1990 promosi penjualan berkembang sangat lamban. Tetapi pada tahun 1997 promosi penjualan berkembang pesat melebihi periklanan dan digunakan untuk kegiatan bisnis di Amerika Burnett, 2010 : 3. Roehm Pullins, Rochm 2002, dalam Kwok dan Uncles, 2005 : 171 mengatakan bahwa kesuksesan program loyalty tergantung penyediaan insentif yang cocok dengan merek. Penelitian Chandon, Wansink, Laurent 2000, dalam Kwok dan Uncles, 2005 : 170 promosi penjualan menjadi dua yaitu promosi moneter dan promosi nonmoneter. Promosi moneter sangat efektif apabila dapat menyediakan keuntungan produk yang berguna, sedangkan promosi nonmoneter akan sangat efektif untuk barang yang hedonik dan menyediakan keuntungan hedonik. Sebagai contoh potongan harga akan lebih efektif dibandingkan dengan hadiah gratis. Selanjutnya di bawah ini beberapa definisi dari promosi penjualan : Tabel 3.1. Definisi Promosi Penjualan No Pendapat ahli Definisi 1. Lee dan Johnson: 1999 : 331 Promosi penjualan adalah sebuah kegiatan atau materi atau keduanya yang bertindak sebagai ajakan, memberikan nilai tambah atau insentif untuk membeli produk, kepada para pengecer, penjualan atau konsumen. 2. Shimp 2000 Promosi penjualan mengacu pada setiap insentif yang digunakan oleh produsen untuk memicu transaksi pedagang besar atau ritel dan atau konsumen untuk membeli suatu merek serta mendorong tenaga penjualan untuk secara agresif menjualnya. 3. Lovelock dan Wirtz 2004 : 138 Sales promotion is as a communication attached to an incentive. 4. Cummins dan Mullin, 2004 : 1 Promosi Penjualan Sales Promotion adalah upaya pemasaran untuk mendorong calon pembeli agar membeli lebih banyak dan lebih sering. No Pendapat ahli Definisi 5. Kotler dan Armstrong 2006 : 441 promosi penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa. No Pendapat ahli Definisi 6. Totten Block 1994 dalam Ndubisi 2007 : 170 promosi penjualan berkaitan dengan insentif pembelian berupa imbalan kepada konsumen yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan yang bersifat jangka pendek. Selain daripada itu promosi penjualan menawarkan alasan untuk membeli sekarang. 7. Kotler dan Keller 2009 : 554 Sales promotion, a key ingredient in marketing campaigns, consists of a collection of incentive tools, mostly term, designed to stimulate quicker or greater purchase of particular products or services by consumers or the trade. Sumber : diolah dari berbagai sumber Lee dan Johnson 1999 : 331 menekankan promosi penjualan secara efektif dapat memikat para konsumen. Hal ini merangsang para produsen dan pedagang eceran serta konsumen untuk membeli suatu produk dan mendorong tenaga penjual agar agresif menjual produk tersebut. Selanjutnya, inti definisi dari Shimp 2000 adalah pertama, meliputi insentif misalnya, bonus, dan imbalan yang dirancang untuk mendorong konsumen pemakai akhir atau pelanggan perdagangan membeli merek tertentu dengan cepat, lebih sering, dalam jumlah yang lebih besar, terlibat dalam beberapa perilaku lain