HUBUNGAN PROMOSI PENJUALAN DAN

apabila adanya penataan barang dan kelengkapan barang yang disajikan. Kelengkapan ini biasanya disertai katalog yang berguna bagi konsumen yang akan membeli. Selain itu, adanya kejelasan penempatan barang dalam melakukan kegiatan pembelian. Ini menandakan bahwa terjadinya impulse buying karena adanya kategori produk atau atribut produk yang ditawarkan oleh toko tersebut Bayley, Nancarrow, 1998 : 101. Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat pembelian yang tidak direncanakan impulsive buying akibat adanya rangsangan lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan yang memengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik Bitner, Booms dan Tetreault, 1990; Cole dan Gaeth, 1990; Eroglu dan Machleit, 1990; Iyer, 1989. Secara spesifik, dokumentasi mengenai suasana sebuah lingkungan belanja serta lingkungan retail dapat mengubah emosi konsumen Donovan dan Rossiter, 1982; Donovan, 1994. Pendapat serupa diungkapkan oleh Ndubisi 2005 : 35 dan Hatane 2006 : 157 impulse buying terjadi apabila adanya rangsangan atribut supermarket atau hypermarket lingkungan berbelanja. Hal ini berkaitan dengan faktor fisik yang ada pada bentuk ritel tersebut. Keterkaitan antara Motivasi Hedonic Shopping dengan Impulse Buying Pengambilan keputusan berbelanja melibatkan upaya dan waktu yang tidak terlalu besar. Dalam keadaan ini pelanggan atau konsumen cenderung mengandalkan pengetahuan pribadi dibandingkan dengan informasi eksternal. Pelanggan biasanya memilih suatu ritel atau toko berdasarkan pengalaman pribadi pada masa lalu. Keadaan ini berdasarkan instink, rasa dan ketertarikan dalam melakukan suatu kegiatan berbelanja. Suasana ini mengakibatkan keputusan pembelian yang dibuat berdasarkan emosi atau pembelian secara spontan ketika melihat melihat barang dagangan. Ini berarti faktor hedonik dapat mengakibatkan pembelian tidak terencana. Pernyataan di atas dipertegas oleh Howard and Sheth, 1982 dalam Hirschman and Holbrook’s mengatakan bahwa motivasi Hedonic Shopping berdampak pada pembelian emosional dan tidak terencana. Artinya, suasana yang menyenangkan dan penuh petualangan mengakibatkan seseorang melakukan suatu pembelian berdasarkan ketertarikan bukan berdasarkan kualitas barang yang ditawarkan. Semakin berpengalaman konsumen dalam berbelanja di toko ritel tertentu, membuat keputusan berbelanja menjadi suatu kebiasaan. Ini terlihat bahwa faktor emosional merupakan keputusan akhir dari kegiatan berbelanja hedonik. Hal senada diungkapkan oleh Arnold and Reynolds 2003 : 78 yang mengatakan bahwa motivasi hedonic shopping akan berdampak pada pengambilan keputusan konsumen yang didasarkan pada emosi. Dengan kata lain, pengambilan keputusan berdasarkan emosi identik dengan impulse buying. Ini berarti suasana yang bersifat emosional, kenyamanan dan pemajangan barang yang menarik dapat mengakibatkan seseorang tanpa berpikir panjang melakukan suatu pembelian. Seseorang berbelanja karena situasi toko yang ditimbulkannya. Mereka datang dengan membeli sesuatu tetapi karena penempatan barang menarik, suasana yang menyenangkan, akhirnya mereka melakukan pembelian tanpa rencana. Kegiatan ini berkaitan dengan hedonic dan pembelian tidak terencana dinamakan impulse buying . Intinya bahwa hedonik ini akan mengakibatkan terjadinya impulse buying Junghun Kim dan Robert LaRose, 2007 : 15. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hausman 2000 : 406 mengatakan bahwa suasana yang menyenangkan, penuh petualangan yang terjadi pada kegiatan hedonik merangsang kegiatan impulse buying . Hal ini terlihat bahwa apabila konsumen merasakan kesenangan, menikmati suasana maka mereka akan melakukan kegiatan impulse buying atau pembelian dengan tiba-tiba tanpa direncanakan. Kepuasan impulse buying inilah merupakan hasil yang dicapai dari kegiatan hedonik. Millan dan Howard 2007 : 475 yang mengutip pendapat Dawson 1990 mengatakan bahwa kegiatan yang menyenangkan dalam berbelanja hedonik melibatkan emosi seseorang untuk berbelanja. Emosi ini karena terpengaruh dengan rasa yang terlibat dalam diri seseorang dan adanya ketertarikan akan suatu barang, yang diakibatkan oleh pemajangan barang yang menarik, suasana toko yang menyenangkan. Kepuasan dalam kegiatan impulse buying merupakan hal yang dicapai dalam hedonic consumers Piron, Rook, Thompson yang dikutip Hausman 2000 : 404, Evans, Jamal, Foxall, 2006 : 88 Artinya, kepuasan di sini berkaitan dengan pembelian barang yang banyak tanpa direncanakan. Kepuasan ini diakibatkan oleh suasana yang ditimbulkan oleh toko yang bersangkutan, juga berkaitan dengan penempatan barang pada display yang menarik perhatian konsumen atau pelanggan. Pemajangan ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang terlihat oleh pelanggan atau konsumen. Selanjutnya, Solomon 2007 : 50 mengatakan bahwa respon yang ditimbulkan dalam kegiatan hedonic shopping adalah multisensory, fantasi dan emosional. Ini menandakan bahwa impulse buying merupakan respon yang timbul dari hedonic shopping. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel Promosi Penjualan, Atribut Hypermarket, Motif Hedonic Shopping dan Impulse Buying Kejelasan arah, originalitas dan manfaat dari suatu penelitian yang dilakukan secara empirik, memperlihatkan secara jelas tentang kemampuan dalam menyelusuri secara mendalam mengenai beberapa temuan penelitian terdahulu dan terkait dengan posisi penelitian yang dilakukan sekarang. Adapun temuan hasil penelitian yang dijadikan rujukan adalah kajian teori manajemen pemasaran sebagai grand theory dan selanjutnya mengarahkan secara khusus mengenai: Promosi Penjualan, Atribut Hypermarket, Motivasi Hedonic Shopping dan Impulse Buying. Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka pada bagian ini akan dibahas beberapa temuan hasil penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan pengaruh promosi penjualan dan atribut hypermarket terhadap motif hedonic shopping serta dampaknya terhadap impulse buying sebagai berikut : Tabel 7.1. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel Promosi Penjualan No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 1. Simon Kwok dan Mark Uncles 2005 Sales Promotion effectiveness : the impact of customer differences at an ethnic- group level. Meneliti pengaruh promosi penjualan terhadap motif hedonik shopping. Penelitian ini selain menjelaskan tentang pengaruh promosi penjualan terhadap Respons hedonic shopping juga menerangkan faktor budaya atau etnik. Hasil penelitian mengatakan tidak adanya hubungan budaya dengan motif hedonic shopping, begitupun promosi penjualan dengan tetapi promosi penjualan tidak mempunyai hubungan dengan budaya. 2. Nelson Oly Ndubisi 2005 Customers Behavioria; Responses to Sales Promotion : The Role of Fear of Losing Face. Meneliti Promosi Penjualan . Penelitian ini menerangkan dampak promosi penjualan dan keterkaitan dengan product trial. Promosi penjualan mempunyai dampak pada prilaku konsumen dan mempunyai hubungan signifikan dengan product trial product percontohanbaru. No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 3. Nelson Oly Ndubisi 2007 Effectivenes of Sales Promotional Tools In Malaysia: The Case of Low Involvement Produc.s Meneliti alat Promosi Penjualan. Penelitian ini merangkan keefektifan alat promosi penjualan terhadap product trial coba-coba. Menerangkan bahwa alat promosi bonus, diskon harga, in store promostion dan sampel mempunyai hubungan significan dengan product trial sedangkan kupon tidak. Sumber : diolah dari berbagai sumber Analisis Jurnal Promosi Penjualan : Simon Kwok dan Mark Uncles 2005 menjelaskan masalah promosi penjualan akan lebih efektif ketika dapat menyediakan keuntungan yang sama dengan produk yang dipromosikan. Selain itu, juga dikaitkan dengan masalah etnik. Sampel yang digunakan adalah etnik Anglo Australians dan Chinese Australians. Elemen promosi penjualan terbagi dua yaitu berkaitan dengan nilai uang nilai uang, diskon, kupon dan price packs dan tidak berkaitan dengan nilai uang undian, hadiah, program loyalty tidak mempunyai pengaruh terhadap etnik karena adanya perbedaan nilai sejarah konsumen di dalam etnik tersebut. Penelitian yang dilakukan Nelson Oly Ndubisi 2005 tentang dampak dari alat promosi penjualan. Selain itu, adanya keterkaitan dengan Product trial. Letak penelitian berada di Supermarket Kinibalu Malaysia. Populasi penelitian adalah 420, dan sampelnya adalah 312 konsumen supermarket. Terdiri dari 59,6 persen wanita dan 40,4 persen laki-laki. Teknik analisa datanya menggunakan Regresi Linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat promosi penjualan price discount, free sampels, bonus packs dan in-store display mempunyai hubungan significant dengan product trial, tetapi kupon tidak signifikan. Nelson Oly Ndubisi 2007 meneliti evaluasi tentang keefektivan strategi promosi penjualan coupon, price discount, free sample, bonus pack, and in-store display terhadap kegiatan berbelanja di kota Kinabalu Malaysia. Faktor demografi dan pendapatan konsumen dijadikan unsur yang diobservasi dan merupakan factor yang dapat dikontrol. Sampelnya adalah 312 konsumen di Kota Kinabalu Malaysia 59,6 persen wanita, 40,6 persen pria dan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasilnya memperlihatkan bahwa price discounts, free samples, bonus packs, and in-store display membaur dengan product trial . Sedangkan kupon tidak mempunyai efek yang signifikan dengan product trial. Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini menggunakan pendapat ketiga penulis tersebut dengan dikombinasikan dengan pendapat Lovelock dan Wirtz 2004 . Hal ini dilakukan karena disesuaikan dengan kondisi objek penelitian. Tabel 7.2. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel Atribut Hypermarket N o Peneliti Judul Persamaa n Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 1 . Bill Merriless dan Dale Miller 2001 Superstore interactivit y: a new self-service paradigm of retail service? Meneliti unsur- unsur atau atribut Hypermar ket. Dalam penelitian ini dibahas Multiple retailers, Service, Self-service, Innovation. Unsur-unsur seperti merchandise selection, personal service, store design and atmosphere, serta store loyalty harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan pada konsumen. Unsur-unsur ini dapat digunakan untuk jenis ritel seperti Superstore dan Hypermarket 2 . Margueri te Moore. 2002 Retail Performanc e in U.S. Apparel Supply Chain : Operational Efficiency, Marketing Effectivene ss and Innovation Meneliti unsur bauran ritel atau aplikasiny a dapat digunakan untuk atribut Hypermar ket Dalam penelitian ini tidak dikaji pengaruh atribut hypermarket terhadap impulse buying Lokasi mempunyai perngaruh sekitar 35 dibandingkan dengan unsur lainnya prosedur operasi, promosi. Harga, produk yang ditawarkan, pelayanan, dan suasana toko 3 . Trang TM Nguyen, Tho D Nguyen, Nigel J Barrett 2006 Hedonic shopping motivations , supermarke t attributes, and shopper loyalty in transitional markets Evidence from Vietnam Meneliti Atribut Supermark et Dalam penelitian ini Motif Hedonic Shopping dan Atribut Supermarket mempunyai pengaruh terhadap loyalitas Hasil penelitian mengungkapkan Atribut supermarket dan Motif Hedonic Shopping mempunyai pengaruh terhadap shopper Loyalty. Motif Hedonic Buying dipengaruhi juga oleh usia dan pendapatan dan gender. Sumber : diolah dari berbagai sumber Analisis Jurnal Atribut Hypermarket : Merriles dan Miller 2001 membahas tentang bentuk ritel. di Australia. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa superstore merupakan pengembangan dari pelayanan ritel. Sampelnya adalah mahasiswa Australia yang berumur sekitar 18 tahun sampai 25 tahun lebih 50 persen wanita. Hasilnya adalah unsur-unsur dari superstore dapat digunakan untuk bentuk ritel lainnya seperti Hypermarket. Dari semua unsur superstore yang memerlukan inovasi adalah store design. Marguerite Moore 2002 melakukan penelitian berkaitan kinerja ritel di Amerika. Di dalamnya dibahas supply chain yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pemasaran. Hasilnya mengatakan bahwa unsur lokasi mempunyai pengaruh yang besar dalam kinerja ritel dan atribut toko dapat digunakan pada industri ritel juga dapat diaplikasikan tergantung bentuk ritel tersebut Trang, Tho dan Barrett 2006 melakukan penelitian tentang atribut supermarket terhadap loyalitas pembeli pada pasar tradisional di Vietnam. Sampelnya adalah 608 pembeli supermarket di Kota Ho Chi Minh. Hasil penelitian menunjukkan Atribut Supermarket Fasilitas, employee services, after sales services dan merchandise mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen. Unsur atribut supermarket yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap loyalitas konsumen adalah fasilitas sebesar 87 persen, merchandise sebesar 0,80 persen, employee services sebesar 65 persen dan after sales services sebesar 35 persen. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa atribut supermarket merupakan aplikasi dari atribut toko. Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini menggunakan teori atribut supermarket dari Trang, Tho dan Barrett 2006 yang dapat diadopsikan ke dalam bentuk atribut hypermarket dengan menambahkan store loyalty dari Merriless 2001 : Tabel 7.3 Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel Motivasi Hedonic Shopping No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 1. Muhammad F. Ibrahim dan Ng C. Wee 2002 The Importance of Entertainment in the Shopping Center Experience : Evidence from Singapore Meneliti Motivasi Hedonic Shopping Dalam penelitian ini dibahas pula faktor transport dalam mempengaruhi pengalaman berbelanja menyenangkan Atribut supermarket dan atribut transportasi mempunyai kontribusi yang besar terhadap pengalaman berbelanja yang menyenangkan 2. Mark J Arnold dan Kristy E. Reynolds 2003 Hedonic Shopping Motivations Meneliti Motivasi Hedonic Shopping Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah remaja dengan segment belanja yang terdiri dari the minimalists, the gatherer, the Providers, the Enthusiasts, the Tradisionalist dalam ritel Motivasi Hedonic Shopping dapat menjadi alasan seseorang untuk berbelanja dan dapat mempengaruhi strategi ritel. 3. Simon Kwok dan Mark Uncles 2005 Sales Promotion effectiveness : the impact of customer differences at an ethnic- group level Meneliti pengaruh promosi penjualan terhadap motivasi hedonic shopping Penelitian ini selain menjelaskan tentang pengaruh promosi penjualan terhadap Respon hedonic shopping juga menerangkan factor budaya atau etnik Hasil penelitian mengatakan adanya hubungan budaya dengan motif hedonic shopping, begitupun promosi penjualan dengan tetapi promosi penjualan tidak mempunyai hubungan dengan budaya.dengan promosi penjualan 4. Eun Joo Park, Eun Young Kim, dan Judith Cordona Forney 2005 A Structural model of Fashion- Oriented Impulse Buying Behavior Meneliti Motivasi Hedonic Shopping dan Keputusan berbelanja Impulse Buying Penelitian ini hanya menerangkan tentang Emosi yang positif, Kecenderungan Hedonic dan Impulse Buying yang berorientasi pada fashion Hasil penelitian menerangkan bahwa unsur emosional grafitication dan emosi yang positif akan mempengaruhi secara tidak langsung pada impulse buying yang berorientasi pada fashion. Sedangkan kecenderungan hedonic merupakan mediator dalam menentukan impulse buying yang berorientasi fashion Lanjutan Tabel 7.3. No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 5. Hatane Semuel 2005 Respon Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian tidak terencana Pada Toko Serba Ada Toserba Studi Kasus Carefour Surabaya Meneliti impulse buying Dalam penelitian ini menggunakan respon lingkungan berbelanja untuk mempengaruhi impulse buying Hasil penelitian mengungkapkan variabel respon lingkungan belanja dominan terhadap pembelian tidak terencana. Variabel resources expenditure merupakan mediator antara respon lingkungan belanja dengan pengalaman belanja lainnya 6. Trang TM Nguyen, Tho D Nguyen, Nigel J Barrett 2006 Hedonic shopping motivations, supermarket attributes, and shopper loyalty in transitional markets Evidence from Vietnam Meneliti Motivasi Hedonic Shopping dan Atribut Supermarket Dalam penelitian ini Motif Hedonic Shopping dan Atribut Supermarket mempunyai pengaruh terhadap loyalitas Hasil penelitian mengungkapkan Atribut supermarket dan Motif Hedonic Shopping mempunyai pengaruh terhadap shopper Loyalty. Motif Hedonic Buying dipengaruhi juga oleh usia dan pendapatan dan gender. 7. Elena S Millan dan Elizabeth Howard 2007 Shopping for pleasure ? Shopping experiences of Hungarian consumers Meneliti Motivasi Hedonic Shopping Penelitian ini menerangkan tentang Segment konsumen khususnya variabel demografi yang dipengaruhi oleh motif berbelanja selain hedonic shopping dan perilaku konsumen Minat berbelanja masyarakat Hungaria sangat tinggi selain bekerja Hanya 4 motif belanja yang mempunyai keterkaitan yang kuat yaitu ulitarian, komitmen pembeli, browser, dan ulitarian yang cermat. 8. Adi Nurmahdi 2008 Performance of Customer- Reaction and Retailing Mix on Customer Voluntary and Hedonic Shopping decision Towards Customer Loyalty Surveys of Hypermarkets Customer in DKI Jakarta Meneliti motivasi Hedonic Shopping Hedonic Shopping, reaksi konsumen, bauran retail, dan kerelaan konsumen merupakan suatu keputusan yang mempengaruhi loyalitas Hasil penelitian menjelaskan bahwa Loyalitas konsumen dipengaruhi oleh reaksi konsumen, bauran retail, kerelaan konsumen dan keputusan hedonic shopping Sumber : diolah dari berbagai sumber Analisis Jurnal Motivasi Hedonic Shopping Muhammad F. Ibrahim dan Ng C. Wee 2002 membahas motif hedonic shopping dan atribut ritel dan kegiatan berbelanja di pusat perberlanjaan Singapura. Respondennya adalah orang yang berbelanja di pusat perbelanjaan tersebut. Hasil penelitian menyatakan atribut supermarket dan atribut transportasi mempunyai kontribusi yang besar terhadap pengalaman berbelanja yang menyenangkan. Mark J. Arnold dan Kristy E. Reynolds 2003 menjelaskan motivasi hedonic shopping dalam dunia ritel. Responden yang digunakan adalah 251 orang remaja yang melakukan kegiatan hedonic. Motivasi hedonic shopping adventure shopping, gratification shopping, role shopping, value shopping, social shopping, idea shopping dikaitkan dengan 5 unsur yaitu the minimalists, the gatherer, the Providers, the Enthusiasts, the Tradisionalist dalam ritel. Pengolahan datanya menggunakan exploratory factor analysis. Hasil penelitian mengatakan bahwa motivasi hedonic shopping yang mengacu pada 5 segmen belanja dapat memengaruhi kegiatan ritel khususnya adalah strategi ritel. Sebagai contoh dalam membangun komunikasi dengan konsumen atau pelanggan digunakan cara promosi. Promosi ini akan mengakibatkan terjadinya motivasi hedonic shopping. Simon Kwok dan Mark Uncles 2005 menjelaskan masalah promosi penjualan akan lebih efektif ketika dapat menyediakan keuntungan yang sama dengan produk yang dipromosikan. Selain itu, juga dikaitkan dengan masalah etnik. Sampel yang digunakan adalah etnik Anglo Australians dan Chinese Australians. Motivasi Hedonic Shopping dibahas keterkaitannya dengan etnik. Eun Joo Park, Eun Young Kim, dan Judith Cordona Forney 2005 menjelaskan hubungan kausal antara keterlibatan fashion, emosi yang positif dan kecenderungan konsumsi hedonis serta orientasi fashion impulse buying dalam kondisi pembelian. Sampel yang digunakan adalah 217 siswa sekolah tingkat atas yang mendaftar pada universitas metropolitan di Amerika. Alat analisisnya menggunakan SEM menggunakan korelasi matriks dengan alat bantunya LISREL 8.53. Hasil penelitian menemukan bahwa keterlibatan fashion dan emosi yang positif mempunyai dampak pada konsumen yang melakukan impulse buying berorientasi pada fashion. Motivasi Hedonic hanyalah mediator terjadinya impulse buying yang berorientasi pada fashion. Hatane Semuel 2005 mengatakan bahwa penelitian pembelian tidak terencana pada toko serba ada TOSERBA dilihat dari respons pelanggan terhadap lingkungan berbelanja sebagai stimulus, suatu studi kasus pada 200 pelanggan Carrefour Surabaya. Variabel respons lingkungan belanja, yang terdiri dari pleasure, arousal, dan dominance PAD. Penelitian ini menggunakan variabel pengalaman belanja hedonic shopping value, resources expenditure, dan utilitarian shopping value sebagai mediator respons lingkungan belanja terhadap pembelian tidak terencana. Nguyen-Nguyen dan Barrett 2006 melakukan penelitian tentang motivasi hedonic shopping terhadap loyalitas konsumen pada pasar tradisional di Vietnam. Sampelnya adalah 608 pembeli supermarket di Kota Ho Chi Minh. Hasil penelitian menunjukkan Motivasi Hedonic Shopping adventure shopping, gratification shopping, role shopping, value shopping, social shopping, idea shopping mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen. adventure shopping 71 persen, gratification shopping 67 persen, role shopping 74 persen, value shopping 46 persen social shopping 72 persen, idea shopping 43 persen. Elena S Millan dan Elizabeth Howard 2007 menjelaskan penelitian tentang motif belanja dan perilaku di Shopping Centre di Hungaria yang berkembang pesat di struktur ritel. Selain itu menggali level hedonic shopping yang berasal dari konsumen yang kurang nyata dibandingkan pengembangan di pasar ekonomi, dan untuk mengembangkan pola taxonomy dalam prilaku belanja yang dijadikan dasar untuk penelitian yang akan datang. Metode penelitian adalah survai kepada 355 pembeli di 7 tempat shopping yang besar di lima kota di Hungaria. Hasil penelitian menjelaskan bahwa konsumen Hungaria cenderung mendekati kegiatan berbelanja sambil bekerja. 4 Segmen pembeli diidentifikasi menggunakan analisa cluster adalah related utilitarians, strict utilitarians, commited shoppers dan browsers . Adi Nurmahdi 2008 menjelaskan tentang kinerja reaksi konsumen dan retailing mix dalam konsumen dan pengambilan keputusan Hedonic adventure shopping, gratification shopping, role shopping, value shopping, social shopping, idea shopping terhadap loyalitas konsumen. Sampelnya adalah 420 konsumen Hypermarket Alfa, Carrefour, The Club Store, Giant, Hypermart dan Makro di Jakarta. Teknik analisa datanya menggunakan Path Analysis. Berdasarkan uraian di atas, teori yang dikemukakan oleh Mark J Arnold dan Kristy E. Reynolds dijadikan acuan dalam penelitian ini. Teori ini pun digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Trang, Tho dan Barrett serta Adi Nurmahdi. Teori Hedonic Shopping aplikasinya dapat dilakukan sebagai motivasi konsumen pada hypermarket. Tabel 7.4 Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel Impulse Buying No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan dengan Penelitian Hasil Penelitian 1. Angela Hausman 2000 A Multi-Method Investigation of Customer Motivations in Impulse Buying Behavior Meneliti Impulse Buying Penelitian ini mencoba menghubung- kan dengan motif konsumen dibelakang prilaku impulse buying Penelitian ini menerangkan bahwa motif konsumen mempengaruhi impulse buying. Faktor ekonomi merupakan faktor di luar motif tersebut. 2. Ben Paul B Gutierrez 2004 Determinants of Planned and Impulse Buying : The Case of The Philippines Meneliti Impulse Buying Dalam penelitian ini mencari faktor-faktor yang dapat mempenga- ruhi pembelian yang terencana dan Kategori produk, Brand comparison, dan usia mempengaruhi terhadap pembelian yang terencana dan pembelian yang tidak terencana tidak impulse buying 3. Eun Joo Park, Eun Young Kim, dan Judith Cordona Forney 2005 A Structural model of Fashion- Oriented Impulse Buying Behavior Meneliti Motif Hedonic Shopping dan Keputusan berbelanja Impulse Buying Penelitian ini hanya menerangkan tentang Emosi yang positif, Kecenderung- an Hedonic dan Impulse Buying yang berorientasi pada fashion Hasil penelitian menerangkan bahwa unsur emosional grafitication dan emosi yang positif akan mempengaruhi secara tidak langsung pada impulse buying yang berorientasi pada fashion. Sedangkan kecenderungan hedonic merupakan mediator dalam menentukan impulse buying yang berorientasi fashion 4. Hatane Semuel 2005 Respon Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian tidak terencana Pada Toko Serba Ada Toserba Studi Kasus Carefour Surabaya Meneliti impulse buying Dalam penelitian ini menggunaka n respon lingkungan berbelanja untuk mempengaru hi impulse buying Hasil penelitian mengungkapkan variabel respon lingkungan belanja dominan terhadap pembelian tidak terencana. Variabel resources expenditure merupakan mediator antara respon lingkungan belanja dengan pengalaman belanja lainnya 5. Hatane Semuel, 2006 Dampak Respon Emosi terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen Online dengan Sumber Daya yang dikeluarkan dan orientasi belanja sebagai variabel mediasi Meneliti impulse buying Dalam penelitian ini menggunakan respon emosi untuk mempenga- ruhi impulse buying Hasil penelitian mengungkapkan bahwa media offline mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pembelian impulsif dibandingkan media online 6. Tsai Chen 2008 Impulse Purchase Varied by Products and Marketing Channels Meneliti impulse buying dan motivasi hedonic shopping Dalam penelitian ini objek yang ditelitinya adalah pasar tradisional dan belanja online Hasil penelitian mengungkapkan bahwa impulse buying cenderung terjadi apabila adanya keterlibatan langsung dengan produk yang ditawarkan oleh pasar tradisional dibandingkan dengan yang ditawarkan secara online. Motivasi hedpnic shopping akan mengakibatkan terjadinya impulse buying. Sumber : diolah dari berbagai sumber Analisis Jurnal Impulse Buying Penelitian dilakukan Angela Hausman 2000 dengan tujuan mengetahui motivasi yang digunakan dalam menggerakkan impulse buying. Untuk menggali hal tersebut digunakan wawancara kedalaman dan diadakan survey. Hasil menunjukkan bahwa kegiatan impulse buying kegiatan dengan spontan akan ada dengan adanya hedonic yang berupa penghargaan. Ben Paul B Gutierrez 2004 melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian terencana dan impulse spontan. Studi ini berkaitan dengan kebutuhan prilaku daripada sikap yang melatarbelakangi pembelian terencana atau impulse. Populasinya sekitar 982, sampelnya 502 konsumen di pusat perkotaan Filipina. Hasilnya memperlihatkan bahwa kategori produk, frekuensi pembelian, perbandingan merek, dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembelian terencana dan impulse. Ditemukan pula tidak adanya hubungan antara pembelian terencana atau pembelian impulse dengan nilai sikap berbelanja, dan implikasinya terhadap strategi ritel. Eun Joo Park, Eun Young Kim, dan Judith Cordona Forney 2005 menjelaskan hubungan kausal antara keterlibatan fasyion, emosi yang positif dan kecenderungan konsumsi hedonis serta orientasi fashion impulse buying dalam kondisi pembelian. Sampel yang digunakan adalah 217 siswa sekolah tingkat atas yang mendaftar pada universitas metropolitan di Amerika. Alat analisisnya menggunakan SEM menggunakan korelasi matriks dengan alat bantunya LISREL 8.53. Hasil penelitian menemukan bahwa keterlibatan fasyion dan emosi yang positif mempunyai dampak pada konsumen yang melakukan impulse buying berorientasi pada fashion. Menurut Hatane Semuel 2005 penelitian pembelian tidak terencana pada toko serba ada TOSERBA dilihat dari respons pelanggan terhadap lingkungan berbelanja sebagai stimulus, suatu studi kasus pada 200 pelanggan Carrefour Surabaya. Variabel respons lingkungan belanja, yang terdiri dari pleasure, arousal, dan dominance PAD. Penelitian ini menggunakan variabel pengalaman belanja hedonic shopping value, resources expenditure, dan utilitarian shopping value sebagai mediator respons lingkungan belanja terhadap pembelian tidak terencana. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variabel respons lingkungan belanja dominance berpengaruh positip terhadap pembelian tidak terencana. Terungkap juga bahwa variabel pengalaman belanja resources expenditure merupakan variabel mediator antara respons lingkungan belanja dan variabel pengalaman belanja lainnya, serta berpengaruh negatif terhadap pembelian tidak terencana. Hatane Semuel 2006 menguji dampak respons emosi terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif konsumen online. Respons emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif ditimbulkan karena stimulus dari iklan online. Format media iklan online diformat dalam bentuk audio-visual, animasi gambar, dan teks gambar. Tujuan utama dari penelitian ini, lebih difokuskan pada format media online, namun digunakan media offline brosur sebagai pembanding stimulus media. Penelitian diformat dalam rancangan percobaan faktorial dengan menggunakan format media online dan offline sebagai faktor. Untuk menguji dampak tidak langsung respons emosi terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif, digunakan sumber daya yang dikeluarkan dan orientasi belanja konsumen sebagai mediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh stimulus antara format media offline dengan media online terhadap respons emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Ditemukan bahwa stimulus dari format media online memberikan dampak respons emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif yang lebih kuat. Dalam kelompok format media online ditemukan juga bahwa bentuk format audio-visual dan teks gambar mempunyai stimulus yang tidak berbeda secara statistik dan lebih kuat dibandingkan format animasi gambar. Hasil temuan lainya menunjukan bahwa respons emosi mempunyai dampak positip secara langsung terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Selain itu sumber daya yang dikeluarkan dapat merupakan mediasi positif antara respons emosi dengan orientasi belanja rekreasi, dan negatif untuk orientasi belanja kenyamanan. Orientasi belanja kenyamanan merupakan mediasi positif antara sumber daya yang dikeluarkan dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif, sedangkan orientasi belanja rekreasi merupakan mediasi negatif. Motivasi hedonic shopping akan mengakibatkan terjadinya impulse buying. Chen 2008 meneliti tentang kecenderungan impulse buying terjadi karena penawaran produk oleh pasar tradisional atau dilakukan secara online. Selain itu, kecenderungan impulse buying karena hedonic shopping atau ulitarian. Sampel penelitian adalah mahasiswa senior dan alumni jurusan manajemen dari empat perguruan tinggi di Taiwan sebanyak 430 orang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa impulse buying cenderung terjadi apabila adanya keterlibatan langsung dengan produk yang ditawarkan oleh pasar tradisional dibandingkan dengan yang ditawarkan secara online. Teori yang digunakan dalam buku ini merupakan gabungan kelimanya, karena inti dari impulse buying adalah kegiatan spontan, tiba-tiba. Kerangka Pemikiran Hypermarket merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki persediaan lebih banyak dibandingkan supermarket biasa. Bentuk ritel ini menekankan penjualannya pada produk makanan, perkakas, peralatan olahraga, furnitur, perlengkapan rumah tangga, komputer, elektronik, dan sebagainya. Unsur-unsur inilah yang menjadi suatu perbedaan dengan supermarket biasa. Pendekatan dasar dari hypermarket adalah tampilan besar dan penanganan yang minim oleh pelayan toko. Timbulnya hypermarket karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan manusia membutuhkan hiburan, suasana baru, sosialisasi dan sebagainya. Ini artinya perusahaan retail ini harus dapat mengelola sistem komunikasi pemasaran yang kompleks seperti berkomunikasi dengan perantara, konsumen dan berbagai kelompok masyarakat. Kemudian perantara berkomunikasi kepada konsumennya dan masyarakat. Konsumen melakukan komunikasi lisan dengan konsumen lain dan kelompok masyarakat lain. Sementara itu, setiap kelompok memberikan umpan balik kepada setiap kelompok lain. Intinya, hypermarket harus dapat menyampaikan apa yang ditawarkannya kepada konsumen, dan konsumen menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, hipermarket harus memikirkan cara bagaimana agar konsumen tertarik untuk membeli lagi produk repeat orderbuying. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kepuasan terhadap produk, layanan konsumen dan terhadap program yang telah dijalankan. Keluhan, pendapat, kritik dan saran konsumen merupakan dasar pijakan penting untuk membuat komunikasi yang strategis dalam menciptakan pembelian kembali konsumen terhadap produk yang dijual. Pada tahap pascapemakaian, hypermarket ini harus memikirkan bagaimana agar konsumen setia atau loyal terhadap produk atau merek dan bahkan membuat mereka dengan penuh semangat menularkan pengalaman manis mereka kepada orang lain. Lebih dari itu, mereka bahkan berusaha membujuk orang lain untuk ikut mencoba atau membeli produk. Usaha yang harus dilakukan oleh hipermarket adalah mengefektifkan strategi pemasaran, dilakukan melalui penelitian mengenai perilaku konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap hipermarket ditentukan salah satunya oleh motif hedonic shopping. Para pengusaha hipermarket berusaha memuaskan kebutuhan konsumennya dengan mencari kesesuaian antara barang yang dimilikinya dengan harga yang ditawarkan, tempat yang ada, dan waktu yang diinginkan oleh konsumennya. Hal ini dilandasi karena kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa berkembang terus dan memengaruhi perilaku belanja produk. Hasil penelitian akan berguna untuk memperbaiki strategi produk, harga, dan program periklanan khususnya promosi penjualan yang meyakinkan pelanggan. Promosi penjualan yang dilakukan seperti pemberian sampel dengan gratis untuk dicoba, potongan harga, pemberian kupon,dan promosi harga. Lovelock dan Wirtz, 2004 : 135. Promosi penjualan dijalankan oleh hipermarket untuk mempertahankan minat berbelanja, memancing konsumen potensial yang belum pernah berbelanja pada ritel tersebut dan memanfaatkan kecenderungan pola perilaku belanja pelanggan. Kegiatan promosi penjualan untuk produk yang dibeli adalah berfrekuensi sesering mungkin untuk mengingatkan konsumen. Hal ini dilakukan karena konsumen tidak begitu mengingat- ingat apa yang akan dibelinya dan timbul keinginan membeli saat mereka diingatkan kembali. Oleh karena itu, mereka menyukai berbelanja dengan menghabiskan waktu untuk menyelusuri lorong-lorong yang ada di toko Hedonic. Artiny, promosi penjualan selain dapat menimbulkan aktivitas berbelanja bagi konsumen juga adanya stimulasi optimal yang menimbulkan perubahan perilaku. Simon dan Uncles, 2005 : 171-175. Oleh karena itu, desain iklan dirancang dengan memfokuskan diri pada tujuan mengingatkan kembali dengan durasi penyampaian yang singkat, juga tidak lupa letak produk di rak toko terlihat jelas oleh konsumen. Hal ini akan mengakibatkan proses impulse buying terjadi karena konsumen melihat produk dan kemudian membuatnya mengingat sesuatu akan produk tersebut. Ndubisi, 2005 : 33-35. Promosi penjualan merupakan salah satu bentuk periklanan yang dapat menimbulkan respons emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Ini berarti kegiatan promosi penjualan dapat mengakibatkan seseorang menikmati kegiatan berbelanja dan adanya keinginan untuk berbelanja yang tidak terencana. Hatane 2006 : 158. Dengan alasan demikian, hipermarket menawarkan atribut yang ada pada toko tersebut atau dikenal dengan atribut hypermarket. Atribut hypermarket berkaitan dengan fasilitas yang diberikan oleh toko tersebut, pelayanan karyawan, pelayanan setelah pembelian dan barangproduk. Hipermarket menekankan pada tujuan untuk memuaskan konsumen dengan menawarkan barang yang lengkap, dibandingkan merek lain, merek yang ditawarkan beragam, harga murah, Kegiatan ini dinamakan loyalitas toko. Bill Merriless dan Dale Miller, 2001 : 381-382. Apabila dikelola, akan mengakibatkan pengalaman berbelanja yang menyenangkan Hedonic Shopping Hatane 2006 ; 157. Hal ini terjadi karena keputusan pembelian dapat didasarkan oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif pleasure – arousal – dominance , pleasure mengacu pada tingkat di mana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia, atau puas dalam suatu situasi; arousal mengacu pada tingkat bahwa individu merasakan tertarik, siaga atau aktif dalam suatu situasi; dan dominance ditandai oleh perasaan yang direspons konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan. Respons konsumen ini sangatlah beragam. Salah satunya adalah perilaku yang berkaitan dengan emosi seseorang. Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ndubisi 2005 : 34-35 dan Hatane 200 : 157 impulse buying terjadi apabila adanya rangsangan atribut hypermarketlingkungan berbelanja. Selain itu pula atribut hypermarket mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik produk dan toko, hubungan ruang lokasi toko dan produk dalam toko, dan perilaku sosial dari orang lain siapa saja yang di sekitar dan apa saja yang mereka lakukan. Implikasi dari atribut hypermarketlingkungan belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan yang memengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik Bitner, Booms dan Tetreault, 1990; Cole dan Gaeth, 1990; Eroglu dan Machleit, 1990; Iyer, 1989. Secara spesifik, suasana sebuah lingkungan belanja serta lingkungan retail khususnya hypermarket dapat mengubah emosi konsumen Donovan dan Rossiter, 1982; Donovan, 1994. Perubahan emosi mengubah suasana hati konsumen yang memengaruhi keduanya yaitu perilaku pembelian dan evaluasi tempat belanja konsumen semula Babin, Darden dan Griffin, 1994; Dawson, Bloch dan Ridgway, 1990; Gardner, 1985. Hipermarket dapat menawarkan suasana atau lingkungan yang dapat memengaruhi pola perilaku keputusan. konsumen Baker, Grewal, dan Parasuraman, 1994. Lingkungan belanja dan suasana hati dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian tidak terencana. Artinya, atribut hypermarket mempunyai dampak terhadap impulse buying Gutieerez 2004 : 1063-1064. Perilaku ini kemudian membuat konsumen memiliki pengalaman belanja, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: hedonic shooping value, resources expenditure dan utilitarian shooping value. Hedonic shooping value mencerminkan potensi pembelian dan nilai emosi dari pembelian tersebut; resources expenditure digunakan untuk menaksir waktu pengeluaran, sumber pengeluaran, dan interaksi sosial, utilitarian shooping value mencerminkan kegiatan pembelian dengan suatu mentalitas pekerjaan Negara, 2002 : 20. Pengalaman berbelanja akan memengaruhi keputusan dalam pembelanjaan. Semakin berpengalaman konsumen dalam berbelanja di toko ritel tertentu, membuat keputusan lokasi berbelanja menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian pengalaman berbelanja di toko ritel tertentu akan memengaruhi keputusan berbelanja melalui kebiasaan berbelanja. Kebiasaan berbelanja akan memengaruhi keputusan frekuensi kunjungan pembelanjaan ke toko yang sama, barang yang akan dibeli, dan jumlah yang akan dibelanjakan. Dengan demikian pengalaman berbelanja menimbulkan suatu keputusan pembelian yang tidak direncanakan impulse buying dan keputusan pembelian yang direncanakan. Impulse buying merupakan keputusan yang diambil karena akibat dari kegiatanmotif hedonik atau kepuasan yang ditimbulkan oleh hedonik Park, Kim dan Forney, 2005 : 435-437, Hausman 2000 : 404-405, Evans, Jamal, Foxall, 2006 : 88-89. Ini menandakan bahwa impulse buying ini merupakan hasil akhir dari kegiatan berbelanja selain pembelian yang terencana. Pembelian tidak terencana adalah pembelian karena faktor emosi dan ketertarikan akan suatu produk. Selain daripada itu, pembelian tidak terencana, berarti kegiatan untuk menghabiskan uang yang tidak terkontrol, kebanyakan pada barang yang tidak diperlukan. Barang yang dibeli secara tidak terencana produk impulsif lebih banyak pada barang yang diinginkan untuk dibeli, dan kebanyakan dari barang itu tidak diperlukan oleh konsumen Hatane, 2005 : 142. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut ini : Gambar 7.1. Kerangka Pemikiran, 2010 Marketing Management Theory Ko tler dan Keller 2006 Service Marketing Management Theory Lovelock 2004 Consumer Behavior Theory Solomon 1999 Background Theory Middle Range Customer Perception and Customer Preferency Lovelock 2004 Supporting Theory Applied Theory Motivasi Hedonic Shopping Sales Promotion Ritel Modern Pembelian Tidak terencana impulse buying Decision Making Customer Pembelian terencana Atribut Hypermarket Gambar 7.2. Paradigma Penelitian, 2010 Hipotesis 1. Promosi penjualan, atribut Hypermarket, motivasi hedonic shopping dan impulse buying sudah baik 2. Adanya hubungan promosi penjualan dengan atribut hypermarket pada hypermarket di Kota Bandung 3. Promosi penjualan dan atribut Hypermarket berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap motif hedonic shopping pada hypermarket di Kota Bandung. Promosi Penjualan • Samplesamplin g • Coupon.kupon • Gifthadiah • Sign-up Rebates Motivasi Hedonic Shopping • adventure shopping • gratification shopping role shopping • value shopping • social shopping • idea shopping Impulse Buying • Spontan • Reflek • Tiba-tiba • Otomatis Atribut Hypermarket • Fasilities • Employee services • After sales services • Merchandise • Store Loyalty 4. Promosi penjualan dan Atribut Hypermarket berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap motif impulse buying pada hypermarket di Kota Bandung. 5. Atribut hypermarket berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap motif impulse buying pada hypermarket di Kota Bandung.

BAB VIII METODE PENELITIAN

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survai, yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Pada penelitian survai ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan antara promosi penjualan dan atribut Hypermarket terhadap motivasi hedonic shopping dan impulse buying . Sedangkan penelitian yang bersifat verifikatif bertujuan untuk menguji dan mengungkap kejelasan hubungan satu variabel dengan variabel lainnya, serta seberapa jauh korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Korelasional digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanatori Tujuannya adalah untuk menjelaskan alasan dari suatu fenomena yang hanya diobservasi secara deskriptif Cooper dan Schindler, 2006:21. Penelitian yang bersifat verifikatif mempunyai tujuan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, Dengan demikian metode penelitian ini disebut explanatory survey menurut Aaker, Kumar, Day 2004 : 75-77 adalah : Explanatory research is used when one is seeking insights into the general nature of a problem, the possible decision alternatives, and relevant variables that need to be considered. Exploratory research is also useful for establishing priorities among research questions and for learning about practical problem of carrying out the research. Surveys choice of data collection method Selanjutnya Churchill dan Jacobucci 2005: 76-77 menjelaskan bahwa : Exploratory reseach is used for any or all of the following purposes : Formulating a problem for more precise investigation or developing hypotheses. Establishing priorities for further researc. Gathering information about the practical problems of carrying out relevant research. Increasing the marketer’s familiarity with the problem. Clarifying concepts. Berdasarkan uraian di atas metode penelitian yang digunakan adalah metode explanatory survey yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang dilakukan terhadap objek di lapangan dengan mengambil sampel dari suatu populasi, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari sampel tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan antar- variabel. Dalam penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti. Operasionalisasi Variabel Untuk menjawab permasalahan seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah, variabel- variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri Promosi Penjualan X 1 , Atribut Hypermarket X 2 , Motivasi Hedonic Shopping Y dan Impulse Buying sebagai variabel terikat Z. Secara rinci operasionalisasi variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 8.1. Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Konsep Indikator Ukuran No. item Promosi Penjualan Insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada konsumen Sampel Sejumlah produk y ditawarkan kepada konsumen Pemberian sampel Tingkat kesesuaian pemberian sampel dengan harapan konsumen 1 Kupon Tawaran untuk menggunakan pr tertentu Pemberian kupon belanja Penawaran kupon dalam jumlah tertentu Tingkat kesesuaian pemberian kupon pembelanjaan dengan keinginan konsumen Tingkat kesesuaian pemberian kupon pembelanjaan berdasarkan jumlah 2 3 Penukaran kupon Penyampaian kupon melalui media surat kabar pembelanjaan keinginan dengan harapan konsumen Tingkat kesesuaian penukaran kupon dengan kebutuhan konsumen Tingkat kesesuaian penyampaian penawaran kupon melalui surat kabar dengan harapan konsumen 4 5 Diskon Penawaran potongan harga Potongan harga Penyampaian potongan harga berbentuk voucher Kualitas barang yang dijadikan diskon Kesesuaian potongan harga di display dengan di kasir Tingkat kesesuaian penukaran kupon dengan keinginan konsumen Tingkat kesesuaian penyampaian potongan harga berbentuk voucher dengan keinginan konsumen Tingkat kesesuaian kualitas barang yang dijadikan diskon dengan harapan konsumen Tingkat kesesuaian harga di display dengan di kasir 6 7 8 9 Hadiah Penawaran barang secara gratis Penawaran hadiah Tingkat kesesuaian penawaran hadiah dengan selera konsumen 10 Competition with prizes Penawaran harga Tingkat kesesuaian penawaran harga dengan keinginan konsumen 11 Variabel Sub Variabel Konsep Indikator Ukuran No. item Atribut Hypermarket Atribut yang akan diterima konsumen ketika berbelanja Fasilitas Toko Sarana yang disediakan Hypermarket Fasilitas pembayaran melalui auto debet Fasilitas kredit Tingkat kesesuaian fasilitas auto debet dengan harapan konsumen Tingkat kesesuaian fasilitas kredit dengan harapan konsumen 12 13 Pelayanan Karyawan Employee service Pelayanan yang dilakukan oleh pramuniaga Hypermarket Pelayanan pramuniaga Kemampuan pramuniaga Keterampilan pramuniaga Tingkat kesesuaian pelayanan pramuniaga dengan keinginan konsumen Tingkat kesesuaian kemampuan pramuniaga dengan harapan konsumen Tingkat kesesuaian keterampilan pramuniaga dengan harapan konsumen 14 15 16 Pelayanan setelah pembelian After sales service Pelayanan yang dilakukan setelah pembelian Pemberian garansi barang Fasilitas pengembalian barang Tingkat kesesuaian pemberian garansi barang dengan harapan konsumen Tingkat kesesuaian kebijakan pengembalian barang dengan harapan konsumen 17 18 BarangMerch andise Penyajian barang yang memudahkan konsumen Penataan barang Kualitas barang Tingkat penataan barang dengan keinginan konsumen Tingkat kesesuaian kualitas barang dengan kebutuhan konsumen 19 20 Store Loyalty Kelengkapan barang Merk barang Tingkat kesesuaian kelengkapan barang dengan kebutuhan konsumen Tingkat kesesuaian merk barang dengan kebutuhan konsumen 21 22 Motivasi Hedonic Shopping Motivasi berbelanja merupakan pengalaman yang mengejutkan dan menyenangkan Adventure Shopping Petualangan seseorang untuk berbelanja Petualangan berbelanja Membangkitkan semangat Tingkat petualangan berbelanja di Hipermarket yang dirasakan konsumen Tingkat semangat berbelanja di Hipermarket yang dirasakan konsumen 23 24 Variabel Sub Variabel Konsep Indikator Ukuran No. item Grafitication Shopping Motivasi berbelanja karena suasana hati Suasana hati seseorang berbelanja di Hipermarket Suasana hati seseorang berbelanja di Hipermarket Kegiatan berbelanja di Hipermarket Tingkat motivasi yang dipengaruhi suasana hati Tingkat keinginan untuk melepaskan kejenuhan Tingkat penyediaan waktu khusus untuk berbelanja 25 26 27 Role Shopping Alasan seseorang untuk berbelanja Alasan seseorang berbelanja di Hipermarket Tingkat alasan berbelanja di Hypermarket Tingkat motivasi yang dipengaruhi peran keluarga 28 29 Value Shopping Nilai yang didapat berbelanja Penawaran spesial Tingkat motivasi berbelanja berdasarkan penawaran spesial diskon yang dilakukan hypermarket 30