BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah.
Setiap manusia wajib melakukan komunikasi di dalam perjalanan hidupnya, mulai dari komunikasi yang sederhana dimana dua orang saling bertukar lambang-
lambang bermakna untuk menyamakan persepsi dan memperoleh kesamaan pandangan, sampai kepada komunikasi yang bertujuan mempengaruhi agar lawan
bicaranya bersedia melakukan sesuatu. Kepandaian berbicara dan menggunakan kata- kata inilah yang akhirnya dikenal dengan sebutan retorika. Seperti itu jualah yang
terjadi, diketahui dan yang dilakukan oleh mahasiswa. Berbicara mengenai mahasiswa, mahasiswa adalah makhluk yang dianggap
sudah dapat menghasilkan sebuah peradaban baru. Ia mempunyai berbagai macam tugas salah satunya adalah belajar. Belajar yang dimaksud disini bukan hanya belajar
di bangku kuliah saja tetapi belajar dalam arti yang luas. Dari pembelajaran tersebut menjadikan mahasiswa memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai informasi
wacana dan peristiwa dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu juga dengan kemudahan akses literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran, yang pada tujuan
akhirnya akan menentukan ideologi atau sistem hidup yang akan dijalaninya. Buku yang ia baca, informasi yang ia terima, tokoh-tokoh yang ia ajak bicara merupakan
beberapa faktor utama yang kelak sangat berpengaruh terhadap idealisme hidupnya. Mahasiswa memiliki kekuatan intelektual yang erat kaitannya dengan aktivitas
ilmiahnya. Ia juga memiliki kewajiban untuk memiliki jiwa sosial politik didalam dirinya. Disebut jiwa sosial politik karena mahasiswa pada dasarnya adalah bagian
dari rakyat. Apapun yang terjadi pada rakyat maka mahasiswa akan turut juga
Universitas Sumatera Utara
merasakannya. Seperti kenaikan BBM, kenaikan harga bahan pokok, listrik, dan air misalnya akan mempengaruhi aktifitas kuliah. Gejolak sosial yang sering terjadi
umumnya selalu merupakan hasil efek samping dari aktivitas politik, seperti disahkannya suatu undang-undang, dikeluarkannya kebijakan-kebijakan oleh
pemerintah yang sama sekali tidak memihak pada masyarakat. Mahasiswa memiliki kecerdasan berdasarkan fokus keahlian yang diambilnya
dan seharusnya mahasiswa juga mampu menerapkan keilmiahan pendidikan yang diperolehnya di masyarakat. Maka dengan membentuk organisasi baik itu dependent
maupun independent, mahasiswa memiliki kewajiban moral untuk menerapkan apa yang telah diperolehnya dari bangku perkuliahan itu dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat. Atau dengan kata lain mampu menciptakan dan memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan rakyat. Berbagai metode dapat dilakukan yaitu dari
membuat petisi, dengar pendapat public hearing, panggung rakyat, mimbar bebas, sampai pada aksi demonstrasi.
Pada dasarnya dalam menyuarakan hasil pemikirannya atau lebih dikenal dengan aspirasi, mahasiswa disatukan didalam sebuah wadah yang dikenal dengan
sebutan organisasi. Organisasi itu ada yang dependent seperti Pemerintahan Mahasiswa PEMA, Ikatan-Ikatan Mahasiswa, Himpunan-himpunan Mahasiswa, dan
sebutan-sebutan lain, selain itu ada organisasi independent seperti GMKI, GMNI, FMN.
Meski pada awalnya masih harus melalui tahap represifitas pihak kampus, belakangan sudah banyak organisasi yang muncul dan disetujui untuk dibangun di
kampus-kampu, baik itu negeri maupun swasta. Tetap dengan berbagai syarat-syarat yang tidak memberikan kebebasan pada pergerakan-pergerakan itu.
Didalam organisasi inilah para mahasiswa mendapat tempat untuk
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan pandangan masing-masing, mendiskusikannya dan akhirnya memperoleh kesimpulan tentang cara apa yang akan digunakan untuk menyampaikan
aspirasi itu. Biasanya aksi demonstrasi akan menjadi pilihan terakhir, ketika aspirasi mereka menemukan jalan buntu dan tidak adanya tanggapan oleh pihak yang dituju.
Dan keseluruhan dari proses tersebut merupakan komunikasi. Aksi demonstrasi umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur
penyampaian aspirasi atau buntunya metode dialog. Dalam tubuh politik sebuah negara, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam kondisi
pemerintahan yang korup, dan legislator tak dapat memainkan perannya, sehingga rakyat mengambil langkah konkrit dengan melakukan aksi. Aksi ini dilakukan tidak
hanya untuk berteriak-teriak dihadapan anggota dewan atau masyarakat banyak, tetapi aksi juga dilakukan dalam rangka pembentukan opini atau mencari dukungan publik.
Dengan demikian isu yang digulirkan harapannya dapat menjadi snowball bola salju. Kebanyakan isu yang disuarakan oleh mahasiswa berkembang menjadi isu
masyarakat dan menghasilkan opini dikepala masyarakat Tujuan aksi adalah untuk memperoleh publisitas media massa. Publisitas ini
menjadi kunci karena ketika disorot media massa, maka apa yang mereka perjuangkan akan dibaca oleh masyarakat, bahkan juga pejabat negara. Ketika pejabat negara
membaca berita tentang suatu aksi, maka mereka akan tahu apa yang diperjuangkan dalam aksi tersebut. Dalam hal ini tentunya, aktivis pergerakan harus memahami nilai
berita pertimbangan media massa agar aksi tersebut dimuat, seperti proximity kedekatan antara isu yang diangkat dengan kepentingan audiens suatu media massa,
timeliness tingkat aktualitas berita, significance nilai penting isu aksi bagi audiens media massa, prominence tingkat kredibilitas kelompok aksi atau lokasi aksi, dan
magnitude besaran aksi atau jumlah peserta aksi. Maka dengan adanya publisitas di
Universitas Sumatera Utara
media massa maka khalayak yang ada ditempat yang lain juga mengetahui apa yang disuarakan dalam aksi tadi.
www.kmipb.com Berbicara mengenai media massa, ada media cetak yaitu surat kabar, majalah,
selebaran, brosur, selain itu kita juga mengenal media elektronik auditif seperti radio, dan yang terakhir media elektronik audiovisual yaitu televisi dan internet. Akan tetapi
dari banyaknya jenis media tadi, media massa yang paling diminati oleh semua kalangan adalah televisi, karena merupakan gabungan dari segi verbal, visual,
teknologikal dan dimensi dramatikal. Sumadiria, 2005 : 4-5.
Televisi yang merupakan bagian dari pers luas memiliki beberapa fungsi, yaitu informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan mediasi. Fungsi Informasi maksudnya adalah
menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat seluas-luasnya, sedangkan fungsi edukasi sebenarnya bila dilihat dari asal katanya sudah jelas apa
maksudnya yaitu apapun informasi yang disampaikan hendaknyalah dalam kerangka mendidik.
Dikatakan memiliki fungsi koreksi artinya adalah pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dikatakan seperti ini
adalah karena ditujukan untuk mengawasi dan mengontrol kekuatan ketiganya agar kekuatan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Fungsi rekreasi maksudnya yang
mampu membuat para penikmatnya dapat lepas dari masalah dan kepenatan sehari- hari dengan menyaksikan tayangan, dan yang terakhir adalah fungsi mediasi berarti
sebagai penghubung yang dapat menghubungkan makhluk yang ada di dunia ini antara negara yang satu dengan lainnya dalam lembar-lembar yang sistematis.
Sumadiria 2005 : 32-34
Universitas Sumatera Utara
Ada 11 stasiun televisi nasional di Indonesia yaitu TVRI, TPI, ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, Global TV, Trans TV, TV ONE dan Trans7. dan seperti
yang kita ketahui bahwa tiap-tiap stasiun ini memiliki konsentrasi yang berbeda-beda dalam siaran, target pasar dan sajiannya.
Penelitian ini difokuskan kepada mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara FISIP USU dan pilihan tersebut bukan tanpa
dasar yang kuat. Karena jika dilihat dari perkembangan dan fakta yang muncul dilapangan maka FISIP merupakan lahan subur tempat organisasi muncul dan
berkembang. Hal tersebut dikarenakan orientasi pelajarannya yang lebih difokuskan kepada hal-hal yang bersifat sosial dan juga politik, sama seperti yang digambarkan
pada nama Fakultas ini yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Jika dibandingkan dengan fakultas lain seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Tehnik, Fakultas Matematika IPA, dll, maka tidak bisa dipungkiri bahwa memang
tepatlah jika dikatakan mahasiswa di FISIP seharusnya memiliki jiwa sosial dan politik yang lebih. Yang meskipun tidak masuk sebagai anggota organisasi akan tetapi
dengan tinggal di wilayah yang kemungkinan munculnya aksi-aksi lebih besar maka kepedulian akan apa yang dilakukan temannya pasti muncul dengan sendirinya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Opini Mahasiswa di FISIP USU terhadap Aksi Mahasiswa di Televisi”. Dan penelitian ini
difokuskan pada mahasiswa yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi, karena yang ingin dilihat peneliti adalah pandangan orang diluar organisasi terhadap aksi
yang dilakukan mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
2. Perumusan Masalah