Opini Mahasiswa Dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

(1)

OPINI MAHASISWA DAN TAYANGAN PEMBERITAAN KINERJA

KPK

(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

DIAJUKAN OLEH :

DESNIAR DAMANIK 080904032

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Desniar Damanik

NIM : 080904032

Judul Skripsi : Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK

(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Pembimbing Ketua Departemen

Drs.Mukti Sitompul, M.si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.

Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified

sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi

yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive

sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.

Analisis data menggunakan tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom persentase untuk setiap kategori.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat da ridhoNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta yang telah memberikan semangat yang luar biasa, dukungan secara moril maupun materil, serta doa yang tiada putus-putusnya kepada penulis. Semoga Tuhan selalu memberikan segala yang terbaik sebagai balasan atas segalanya.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan peneliti. Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari dukungan dan doa dari orang-orang tercinta dan berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti Ayahanda Rihard Parluhutan Damanik dan Ibunda Damelina Simarmata yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta kasih saying yang tiada taranya. Kepada saudara peneliti : Natal Erik Jona Damanik, Helena Verawaty Damanik, Rohni Berliana Damanik yang selalu mendukung peneliti dan memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Curahan kasih yang kalian berikan tidak ada gantinya di dunia ini, rasa syukur kepada Tuhan adalah sebuah ucapan doa buat kalian.


(5)

Dengan segala kerendahan hati peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros terima kasih atas bantuannya dalam setiap proses yang harus dilakukan.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah

banyak membantu, membimbing, memberikan masukan serta meluangkan waktu diantara kesibukan yang padat.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Komunikasi FISIP USU pada umumnya

yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Ketua Laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos,

M.Si berserta staf-stafnya, Kak Emil, Kak Hanim dan Kak Puan.

7. Sahabat-sahabat peneliti yang luar biasa, kepada Melati Elisabet Napitupulu, Nindita

Pricilia Margaretha, Sri Margaretha Chacha Sagala, Winda Astrid Marpaung, Romina Purnama Manurung, Loly Sariska Manik, Ester Purba, Ruth Simanungkalit, dan Elsa Manik yang selalu memberi dukungan kepada peneliti.

8. Ucapan spesial kepada Joni Oloan Simatupang, yang selalu bersedia memberi dukungan,

doa dan motivasi kepada penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk


(6)

10.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat seluas-luasnya dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, Desember 2011

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah...………...5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan Penelitian ... 5

I.5 Manfaat Penelitian ... 6

I.6 Kerangka Teori...6

I.6.1) Komunikasi...7

I.6.2) Komunikasi Massa...7

I.6.3) Media massa...8

I.6.4) Televisi...9

I.6.5) Pemberitaan...11

I.6.6) Opini Publik...12

I.6.7) Teori Agenda Setting...14

I.7 Kerangka Konsep...15

I.8 Model Teoritis...16

I.9 Operasional Variabel...16

I.10 Defenisi Operasional...17

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi………..22


(8)

II.1.1) Pengertian Komunikasi………22

II.1.2) Elemen-elemen Komunikasi………23

II.1.3) Hambatan Komunikasi………25

II.2 Komunikasi Massa………...26

II.2.1) Defenisi Komunikasi Massa………26

II.2.2) Ciri-ciri Komunikasi Massa……….27

II.2.3) Fungsi Komunikasi Massa………...29

II.3 Media Massa………...30

III.3.1) Pengertian Media Massa………30

III.3.2) Fungsi Media Massa………...30

II.3.3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa………...31

II.4 Televisi……….32

II.4.1) Pengertian Televisi………...32

II.4.2) Karakterisik Televisi………33

II.4.3) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan………34

II.5 Pemberitaan………...35

II.5.1) Pengertian Berita………..35

II.5.2) Pengertian Pemberitaan………...36

II.6 Opini Publik………...40

II.6.1) Pengertian Opini ………..40

II.6.2) Pengertian Publik………..41

II.6.3) Pengertian Opini Publik………...42

II.6.4) Proses Pembentukan Opini Publik………...42

II.7 Teori Agenda Setting………...44

II.7.1) Defenisi Teori Agenda Setting………...44

II.7.2) Tahapan Agenda Setting………..45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian………47


(9)

III.3 Populasi dan Sampel………...47

III.3.1) Populasi………...47

III.3.2) Sampel……….48

III.4 Teknik Penarikan Sampel………...49

III.4.1) Proporsional Stratified Sampling………...49

III.4.2) Purposive Sampling………50

III.5 Teknik Pengumpulan Data………...50

III.5.1) Penelitian Kepustakaan………..50

III.5.2) Penelitian Lapangan………50

III.6 Teknik Analisis Data………...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...52

IV.1.1) Fakultas Hukum...52

IV.1.2) Visi...52

IV.1.3) Misi...53

IV.1.4) Tujuan...53

IV.1.5) Pimpinan Fakultas...53

IV.2 Sekilas Tentang TV ONE...54

IV.3 Analisis Tabel Tunggal...56

IV.4 Pembahasan...80

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan...82

V.2 Saran...83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.

Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified

sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi

yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive

sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.

Analisis data menggunakan tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom persentase untuk setiap kategori.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa mempunyai kelebihan dalam menyampaikan pesan jika dibandingkan dengan media massa lainnya. Hal ini karena pesan yang disampaikan melalui suara (bunyi) dan gambar dapat disampaikan secara bersamaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa televisi dapat memberikan pengaruh baik secara kognisi, afeksi maupun konatif kepada konsumennya dari setiap program acara yang ditayangkan baik berita, hiburan, dan yang lainnya. Intensitas dalam mengikuti setiap program acara ditelevisi akan membantu konsumen mendapatkan informasi-informasi yang baru. Acara berita di televisi dapat berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan-perkembangan terbaru dari peristiwa lokal maupun internasional. Berita televisi merujuk pada praktek penyebaran informasi terbaru khususnya pada televisi swasta.

Saat ini terdapat sepuluh stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia yakni Indosiar, RCTI, SCTV, MNC TV, Anteve, TV One, Trans TV, Trans 7, Metro TV dan Global TV disamping stasiun-stasiun televisi swasta lain yang merupakan saluran televisi lokal diberbagai daerah, seperti Deli TV, JTV, DAAI TV dan lainnya. Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan pemberitaan khususnya peristiwa-peristiwa aktual dan isu-isu terhangat yang terjadi dinegeri ini.

TV One adalah sebuah stasiun televisi swasta yang mengudara pertama kali pada tanggal 14 Februari 2008. Meski terbilang pendatang baru, namun TV One mampu berada


(12)

pada level stasiun televisi swasta terfavorit dan terunggul dari stasiun televisi swasta lainnya. Hal ini terbukti pada saat TV One mendapatkan penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan predikat tayangan berita terfavorit tahun 2009. TV One menyajikan 70% berita yang bersifat siaran karya jurnalistik dan 30% hiburan atau siaran karya artistik. Perbandingan persentase ini menunjukkan bahwa TV One berfokus pada program acara yang

termasuk pada kategori berita atau news yang menginspirasi masyarakat Indonesia untuk

berfikir lebih maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat pada

umumnya. Program acara berita yang disajikan oleh TV One ialah terangkum dalam News

One dan Talk Show One yang penayangannya pada jam-jam tertentu dimulai pada pagi, siang

hingga malam hari. Setiap program acara di TV One dapat dikatakan sangat gencar dalam menyampaikan sebuah pemberitaan, mengingat TV One berfokus pada penayangan berita-berita terkini dan teraktual yang pernah atau sedang terjadi.

Seperti halnya dengan pemberitaan yang gencar dikabarkan media massa selama periode agustus-oktober khususnya TV One, adalah pemberitaan terkait kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet SEA Games dengan tersangka Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat. Pemberitaan tersebut menitikberatkan pada tanda tanya terhadap sistem dan kinerja KPK dalam upaya menuntaskan masalah yang sudah terbilang kronik di negeri

ini. Hal ini terlihat pada setiap program acara news ataupun talk show yang dalam

penayangannya selalu menghadirkan topik tentang kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin. Faktanya bukan hanya satu dari program acara berita namun hampir secara keseluruhan mengangkat topik yang sama yakni tentang kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin pada beberapa hari berturut-turut. Selain kabar-kabar berita yang secara lintas ditayangkan juga pada program berita talk show. Salah satunya

adalah Apakabar Indonesia Malam yang mengudara secara live setiap hari pukul 19.45 WIB,


(13)

topik mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin dan mengundang nara sumber

dari berbagai pihak yang terkait seperti, Pembicara KPK Johan Budi, mewakili Partai

Demokrat Ruhut Sitompul,kuasa hukum Nazaruddin, OC Kaligisdan pihak-pihak lain yang

bersangkutan. Dalam selang waktu tertentu Talk Show Apakabar Indonesia Malam kembali

mengundang nara sumber yang sama dengan topik pembicaraan yang tidak jauh berbeda. Lewat pemberitaan tersebut, masyarakat luas dapat segera mengetahui sejauh mana perkembangan penanganan atau penyelesaian kasus korupsi Nazaruddin oleh pihak yang berwenang menangani kasus korupsi di negeri ini, yakni KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) (www.tvone.co.id).

KPK sendiri didirikan pada tahun 2003 dengan maksud menanggulangi, mengatasi dan memberantas korupsi di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2002. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Diawal berdirinya, KPK dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2003 bersama empat Pimpinan KPK lainnya, yaitu Amien Sunaryadi, Sjahruddin Rasul, Tumpak H. Panggabean, dan Erry Riyana Hardjapamekas. Diawal masa berdirinya KPK dapat dikatakan telah melaksanakan tugasnya dengan baik, beberapa kasus korupsi yang menyeret

nama-nama oknum pemerintah mulai terkuak. Ada mantan Kepala Polri diadili, ada politisi

tertangkap basah, ada jaksa tertangkap tangan sedang memperdagangkan perkara dan lainnya.

Namun karena gebrakan KPK itu pula, KPK pada masa itu menjadi musuh bersama. Pengadilan Korupsi dinyatakan tidak konstitusional oleh Mahkamah Konstitusi sampai 19 Desember 2009. DPR dan pemerintah berkewajiban memberikan landasan hukum soal pengadilan korupsi. Namun alih-alih memperkuat eksistensi pengadilan korupsi, politisi DPR


(14)

dengan dalih ”menata sistem” malah berniat mengamputasi kewenangan KPK, melucuti kewenangan penuntutan.

Berdasarkan data survey dari LSI (Lembaga Survey Indonesia) yang dilakukan pada 18-30 Desember 2010 lalu, ditemukan bahwa kinerja dalam menanggulangi masalah korupsi selama 2010 jauh lebih buruk dibandingkan periode 2009. Sepanjang tahun 2009, kinerja pemerintah dalam bidang ini masih berada di atas 60 persen. Namun pada tahun 2010 turun di bawah 60 persen. Bahkan pada bulan Oktober 2010 mencapai titik terendah yaitu 45 persen. Kemudian naik sedikit pada Desember menjadi 51 persen. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPK (Harian Seputar Indonesia, 6 Agustus 2011).

Pemberitaan tentang kinerja KPK di televisi tentu memberi pengaruh terhadap pandangan, pendapat atau opini masyarakat yang menyaksikan berita tersebut terlebih kepada mahasiswa yang dinilai lebih kritis dalam memandang masalah seperti ini. Opini itu sendiri adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Penelitian ini ingin melihat bagaimana opini mahasiswa terhadap tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin. Apakah mahasiswa dapat menerima pemberitaan secara positif atau negatif terhadap hal tersebut dan bagaimana opini mahasiswa setelah menyaksikan pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini, mahasiswa/i Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara dipilih sebagai objek penelitian karena dinilai mahasiswa yang berada diruang lingkup keilmuan hukum, dapat lebih kritis memandang fenomena pemerintahan saat ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana opini mahasiswa/i Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.


(15)

I.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan-batasan masalah secara spesifik.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan tayangan pemberitaan kinerja KPK terbatas pada penyaji berita, nara sumber berita, materi acara dan waktu tayang.

2. Yang dimaksud dengan opini dibatasi pada kepercayaan, nilai-nilai dan pengharapan.

3. Objek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum USU program regular S-1 stambuk 2008 dan yang pernah menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One minimal satu kali.

4. Penelitian ini akan dilakukan pada awal bulan November 2011 sampai dengan selesai.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui isi tayangan pemberitaaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

2. Untuk mengetahui tanggapan dan pemahaman terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.


(16)

3. Untuk mengetahui bagaimana teknis pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

I.5 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU khususnya jurusan ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian deskriptif

3. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi TV One dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu diperlukan susunan kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian itu disorot. Uraian didalam kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2002,39-40).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah komunikasi, komunikasi massa, media massa, televisi, pemberitaan, opini publik dan Teori Agenda Setting.


(17)

I.6.1 Komunikasi

Komunikasi (communication) adalah sebuah ilmu yang mempelajari pernyataan antar

manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol yang berarti (Santoso, 1990 : 7). Ilmu ini berkembang menjadi sebuah ilmu mandiri yang dianggap penting dalam melihat dampak sosial terhadap perkembangan teknologi.

Menurut Effendy (2005 : 3) istilah komunikasi dalam bahasa Latin disebut dengan communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama dengan maksud

untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung melalui lisan atau tidak langsung melalui media.

I.6.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2006 : 71). Komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, anonim melalui media cetak maupun elektronik sebagai sebuah pesan atau informasi yang dapat diterima secara serempak dan sesaat.

Komunikasi massa dewasa ini dianggap sebagai sebuah sistem sosial, karena dalam komunikasi massa terdapat bagian-bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan sebuah keseluruhan (Narwoko dalam Bungin, 2006 : 81).

Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting sebagai berikut :


(18)

2. Publik yang mengkonsumsi media massa

3. Media massa, meliputi organisasinya, sumber daya manusia, fasilitas produksi,

distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan dan sebagainya

4. Institusi samping yang tumbuh memberi kontribusi terhadap kegiatan komunikasi

massa.

5. Pihak-pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, penguasa,

kekuatan politik maupun kelompok kepentingan.

I.6.3 Media Massa

Media massa mempunyai pengertian saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) denga menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas dan mengiklankan produk.

Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nuruddin,2004).


(19)

I.6.4 Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele

yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Helena, 2007 : 69).

Televisi dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang banyak dimiliki oleh masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya. Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan. Karena itulah televisi bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir (Effendy, 2005:21). Adapun fungsi televisi sebagai media komunikasi adalah untuk menginformasikan, mengedukasi atau mendidik, dan menghibur.

Menurut Baskin (2006 :79) pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi terbagi menjadi dua yakni siaran karya jurnalistik dan karya artistik. Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi, realitas, atau peristiwa yang terjadi seperti berita aktual, berita nonaktual dan penjelasan yang bersifat aktual yang tertuang dalam acara monolog, dialog, laporan atau siaran langsung. Sedangkan siaran karya artistik merupakan produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika sebagai daya tarik acaranya.

Lebih lanjut Baskin mengutarakan beberapa unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas dari televisi yakni sebagai berikut :

a. Penampilan penyaji berita

Seorang penyaji berita lebih dikenal dengan presenter atau pembawa acara. Mereka biasanya juga menjadi aktor dan penyanyi namun lebih dikenal dengan pembawa


(20)

acara suatu program tertentu. R.M. Hartoko dalam Baskin (2006 :63) menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi seorang presenter televisi yang baik, yaitu :

1. Berpenampilan baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman

2. Cerdas dalam berfikir dalam pengetahuan umum dan daya ingat

3. Keramahan yang wajar dan tidak berlebih

4. Jenis suara yang tepat dengan pengucapan dan enak didengar

5. Penguasaan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang mudah dipahami

b. Nara sumber

Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Seorang nara sumber harus memiliki hal sebagai berikut :

1. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis dan pengalaman

2. Kredibilitas, merupakan kualitas dan kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan 3. Akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi.

c. Materi Acara

Materi acara menyuguhkan topik yang dibahas termasuk didalamnya permasalahan, hiburan dan sebagainya. Materi acara harus dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian pemirsanya. Materi berita mencakup kategori sebagai berikut :

1. Menyajikan permasalahan yang dianggap penting untuk diberitakan kepada

masyarakat.

2. Merupakan permasalahan yang sedang hangat dibicarakan


(21)

Waktu tayang sangat diperhitungkan agar informasi yang disebarkan dapat mencapai segmentasi khalayak. Waktu penayangan memperhitungkan :

1. Frekuensi penayangan diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat

acara tersebut

2. Durasi tayang yaitu lamanya tayangan itu berlangsung, untuk menghindari kebosanan

penonton.

I.6.6 Pemberitaan

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta

lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang (Wikipedia).

Walaupun sukar untuk memberi batasan tentang defenisi pemberitaan, namun kita dapat menentukan sesuatu yang dapat dikategorikan dengan pemberitaan yang memiliki watak berita. Adapun kualitas dasar untuk digolongkan sebagai berita ialah:

1. Harus akurat (Accurate) 2. Harus menarik (Interesting) 3. Bersifat baru (Actual)


(22)

I.6.7 Opini Publik

Opini (opinion) menurut Cutlip & Center adalah suatu ekspresi tentang sikap

mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Helena Olii, 2007:20-25). Adapun karakteristik dari opini adalah mempunyai arah, mempunyai isi informasi, bersifat stabil, dan mempunyai intensitas. Sikap opini mencerminkan suatu kumpulan yang terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Kepercayaan berkaitan erat dengan unsur kognitif dimana menurut Mann (dalam Syaifuddin, 1969 : 24) unsur kognitif terdiri dari pengetahuan, persepsi dan kerangka berfikir yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepercayaan juga mengacu kepada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidaknya berdasarkan masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkembang.

2. Nilai

Nilai melibatkan kesukaan dan ketidaksukaan, setuju dan tidak setuju, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana seseorang menilai sesuatu dan kuat atau lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.

3. Pengharapan

Pengharapan didalamnya mengandung citra seseorang tentang bagaimana keadaanya setelah bertindak. Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang, dan sesuatu yang akan terjadi jika suatu perbuatan dilakukan.


(23)

Opini seseorang atau pendapat seseorang merupakan ekspresi dari sikap yang dinyatakan untuk menanggapi sesuatu hal atau masalah.

Sementara istilah publik (public) lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan

kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai, melalui desas-desus, melalui surat kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan”publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefenisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.

Pada awalnya opini yang terbentuk berasal dari personal opinion atau opini

persona, yaitu penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama. Opini yang dimiliki seseorang adalah merupakan suatu bagian dari group opinion (opini kelompok) yang terdiri atas mayoritas opini dan minoritas

opini. Dari situlah publik yang membentuk opini memiliki kepentingan-kepentingan umum yang mempersatukan anggota-anggotanya, menciptakan suatu kesamaan pandangan dan mengarah pada kebulatan pendapat tentang suatu persoalan, sehingga terbentuklah opini publik (Sunarjo,1984 : 1).

Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu. Menurut Santoso Sastropeotro (1990) istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang. Wiliam Albiq dalam Helena Olii (2007 : 20) menyimpulkan bahwa opini publik adalah suatu jumlah atau kumpulan pendapat yang dikemukakan oleh individu-individu terhadap suatu isu tertentu.


(24)

Opini mahasiswa sebagai suatu bentuk pendapat baik individu atau kelompok terhadap suatu persoalan yang kontroversial, menuntut kejelian dalam menarik kesimpulan terhadap permasalahan agar relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

I.6.5 Teori Agenda Setting

Teori yang dicetuskan oleh Walter Lipmann (1922) ini menyatakan bahwa media

berperan sebagai mediator antara “the world outside and the pictures in our heads”.

McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann bahwa ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa yang menjadi agenda publik.

Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali.

Dua asumsi mendasar dari teori agenda setting ini adalah:

(1) Khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut.

(2) Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.


(25)

Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan.

I.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2006: 104). Agar konsep-konsep dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasioalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variabel lain (Kriyantono, 2006 : 21). Variabel bebas dalam penelitian ini ialah tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus Nazaruddin di TV One.


(26)

2. Variabel tak bebas (Y)

Variabel tak bebas adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul sebagai akibat adanya variabel bebas bukan karena variabel lain (Kriyantono, 2006 : 21). Variabel terikat dalam penelitian ini ialah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU.

I.8 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoritis

I.9 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

Opini mahasiswa Pemberitaan


(27)

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One

1. Penyaji atau pembawa berita

a. Penampilan

b. Kecerdasan

c. Keramahan

d. Jenis Suara

e. Penguasaan bahasa

2. Narasumber berita

a. Kapabilitas b. Kredibilitas c. Akseptabilitas 3. Materi acara

a. Topik pembahasan

b. Aktualisasi Topik

4. Waktu Tayang

a. Frekuensi penayangan

b. Durasi tayang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU

program regular S-1 stambuk 2008

1. Kepercayaan

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Persepsi yang berkembang dimasa depan

2. Nilai a. Setuju b. Tidak Setuju

3. Pengharapan

a. Pertimbangan masa lalu

b. Pertimbangan keadaan sekarang

c. Kecenderungan bertindak

Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Departemen

4. Frekuensi menonton

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995;46). Maka variabel-variabel dalam operasional ini didefenisikan sebagai berikut :


(28)

a. Pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

1. Penyaji atau pembawa berita adalah orang yang membawakan atau membaca berita tentang kinerja KPK terkait kasus Nazaruddin di TV One

a. Penampilan, yaitu kepribadian yang tercermin dari penampilan dan gestur atau bahasa tubuh seorang pembawa acara berita maupun talk show tentang kinerja KPK terkait

kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam menyampaikan dan

membahas mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Keramahan, yaitu keramahan yang tercermin pada diri seorang pembawa acara yang

ditunjukkan sebagai sikapnya dalam membaca atau membawakan berita tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

d. Jenis Suara, yaitu kejelasan suara dan artikulasi pembawa acara atau berita dalam

menyampaikan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

e. Penguasaan bahasa, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam

menggunakan bahasa formal dan informal yang mudah dipahami.

2. Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi dalam pemberitaan kinerja

KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

a. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman yang

dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Akseptabilitas, yaitu kesesuaian latar belakang pribadi maupun profesi seseorang nara sumber terhadap permasalahan.


(29)

3. Materi acara adalah materi acara atau berita dan topik berita yang menyita perhatian publik karena sangat sering diberitakan dan dikupas sampai mendalam.

a. Topik pembahasan, yaitu topik yang diangkat dalam pemberitaan tentang kinerja

KPK dalam menyelesaikan kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Aktualisasi topik, pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa aktual terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

4. Waktu tayang adalah waktu penayangan setiap pemberitaan tentang kinerja KPK terkait

kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan setiap pemberitaan kinerja KPK

terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Durasi penayangan, yaitu lamanya waktu yang dihabiskan untuk menayangkan

pemberitaan tentang kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin.

b. Opini Mahasiwa

1. Kepercayaan yaitu merupakan komponen mengenai apa yang diketahui dan dianggap menjadi sebuah kebenaran oleh manusia.

a. Pengetahuan: informasi yang diperoleh melalui pemberitaan kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi di TV One.

b. Pemahaman: kerangka berfikir mendasar mahasiswa Fakultas Hukum USU setelah menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Persepsi yang berkembang di masa depan: keinginan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris yang diperoleh dari pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.


(30)

2. Nilai yaitu komponen yang menyangkut emosional seseorang dalam melihat bagaimana seseorang tersebut menilai dan kuat atau lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.

a. Setuju: pernyataan yang dinilai menerima atau mendukung pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

b. Tidak Setuju: pernyataan yang dinilai menolak atau tidak mendukung pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

3. Pengharapan yaitu komponen opini yang didalamnya mengandung citra seseorang tentang bagaimana keadaanya setelah bertindak.

a. Pertimbangan masa lalu: kecenderungan untuk membandingkan harapan yang ada pada

masa lalu sebelum adanya pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Pertimbangan keadaan sekarang: kecenderungan untuk memberikan harapan terhadap

penyelesaian kasus korupsi di Indonesia, setelah menyaksikan tentang pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Kecenderungan bertindak: Keinginan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU untuk

memberikan aspirasi dan menyatakan aksi terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin mahasiswa/i

2. Usia mahasiswa/i


(31)

4. Frekuensi menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin sdi TV One.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Komunikasi

II. 1. 1) Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu itu memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia ( Effendy, 1993: 8). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002 : 20). Secara etimologi istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi

akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Komunikasi yang terjadi diantara dua orang minimal harus memiliki kesamaan makna. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif tapi juga persuatif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.

Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat yang menaruh perhatian dan minat pada perkembangan komunikasi, Carl Hovland memberikan


(33)

pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2006 : 10). Pengertian ini menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Sedangkan menurut Harold D. Laswell bahwa untuk memahami pengertian komunikasi

secara efektif adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To

Whom With What Effect?. Paradigma Laswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsur sebagai berikut :

1. Who : Komunikator, yakni pengirim pesan

2. Says What : pernyataan yang didukungoleh lambang-lambang

3. In Which Channel : saluran atau media yang digunakan dalam menyampaikan

pesan

4. To Whom : Komunikan, yakni orang yang menerima pesan

5. With What Effect : dampak atau pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai

hasil dari proses komunikasi.

II. 1. 2) Elemen-elemen Komunikasi

Cara lain dalam memandang komunikasi adalah berdasarkan elemen atau unsur-unsur yang membentuk komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi dalam tingkat apapun, baik komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi massa akan selalu melibatkan elemen-elemen dari komunikasi. Menurut Joseph Dominic 2002 (dalam Morissan, 2009 : 17) setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan tujuh elemen komunikasi sebagai berikut :


(34)

a. Komunikator

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan, yaitu dimana gagasan, ide, atau pikiran berasal, yang kemudian akan disampaikan kepada pihak lain, yaitu penerima pesan. Sumber atau komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok atau bahkan organisasi.

b. Enkoding

Enkoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima. Enkoding dalam proses komunikasi dapat berlangsung satu kali namun dapat terjadi berkali-kali.

c. Pesan

Pesan dapat diartikan sebagai sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima, dapat dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.

d. Saluran

Saluran atau media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Alat yang digunakan dapat menghubungkan secara terbuka dimana orang-orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

e. Dekoding

Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses dekoding yang merupakan kegiatan yang berlawanan dengan proses enkoding. Dekoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima.


(35)

f. Komunikan

Komunikan atau receiver atau disebut juga audiens adalah sasaran atau target dari

pesan. Komunikan dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga, atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.

g. Umpan balik

Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respons dari penerima pesan yang

membentuk dan mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat perputaran arah dari arus komunikasi.

II.1 3) Hambatan Komunikasi

Ada banyak hambatan yang dapat merusak proses komunikasi dan hal ini harus mendapatkan perhatian dari komunikator ketika mengharapkan komunikasi berlangsung secara efektif (Effendy, 1993 : 45-49) diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi menurut sifatnya yang diklasifikasikan menjadi gangguan mekanik dan gangguan semantik. Dimana gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik baik seperti suara ganda, bunyi mengaung, gambar yang meliuk-liuk di layar televisi. Sementara gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata, termasuk didalamnya pengertian denotatif dan pengertian konotatif.


(36)

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau

menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang menjadi sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuain atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai

benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi

suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.

II. 2 Komunikasi Massa

II.2.1) Defenisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa, (televisi, radio, majalah, surat kabar, film) dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2006 : 71). Secara garis besar terdapat lima elemen dalam defenisi ini, yaitu komunikator, pesan, media massa, komunikan dan umpan balik. Komunikator dalam komunikasi massa adalah pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam informasi yang disebarkan


(37)

akan cepat ditangkap oleh publik. Sementara informasi yang disampaikan berupa pesan yang diterima oleh komunikan. Dalam hal ini informasi-informasi yang disebarkan adalah informasi yang dianggap penting oleh komunikator. Media massa merupakan saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, sehingga sampai atau diterima oleh komunikan. Khalayak sebagai komunikan adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa yang bersifat heterogen (Bungin, 2006 : 72). Sementara efek atau umpan balik dalam media massa bersifat tertunda namun dalam perkembangannya sudah semakin modern dengan perkembangan teknologi sehingga umpan balik yang tertunda tersebut mulai ditinggalkan.

Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C (Nuruddin, 2006 : 12) menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang homogen diproduksi secara massal atau tidak, disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen. Komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat karena itulah komunikasi massa juga dipengaruhi oleh budaya dan peristiwa sejarah masyarakat.

II.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa ciri dari komunikasi massa yang dapat menjelaskan bagian-bagian penting dari komunikasi massa (Bungin, 2006 : 72), yakni :

1. Komunikator dalam komunikasi massa adalah merupakan sumber pemberitaan yang

pada umumnya mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut.

Artinya komunikator dalam komunikasi massa bukan terdiri dari satu orang tetapi kumpulan orang yang tergabung sebagai sebuah lembaga yang melakukan


(38)

kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, menuangkan ide maupun gagasan menjadi sebuah pesan yang akan disebarkan sebagai sumber informasi. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Bersifat heterogen artinya adalah bahwa komunikan terdiri dari berbagai atau beragam karakteristik seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, agama, status sosial dan ekonomi dan sebagainya. Pada intinya setiap komunikan dalam komunikasi massa tidak saling berinteraksi/tidak mengenal satu sama lain atau memiliki perbedaan efek dalam menerima sebuah informasi media massa.

3. Komunikasi massa bersifat satu arah (Nuruddin, 2006 : 19-32)

Bersifat satu arah berarti komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon yang diberikan oleh komunikannya dari informasi yang disampaikan karena bersifat tertunda.

4. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum, artinya informasi tersebut

tidak ditujukan kepada khalayak atau pihak tertentu secara sengaja.

5. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis yang mencakup pemancar untuk

media elektronik. Salah satunya adalah televisi yang mengandalkan pemancar dalam proses penyampaian informasi.

6. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Gatekeeper adalah penyeleksi

informasi (Bungin, 2006 : 72). Penyeleksian yang dilakukan adalah melihat informasi mana yang layak untuk disiarkan atau yang tidak layak. Bahkan mereka adalah orang-orang yang memiliki wewenang untuk membatasi informasi yang akan disiarkan. Gatekeeper ini terdiri dari redaksi, wartawan, desk surat kabar dan editor.


(39)

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan-pesan lewat media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi” (2006 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa, sebagai berikut :

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan

persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan

punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat

yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial

lainnya di masyarakat.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.


(40)

4. Fungsi Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.

II. 3 Media Massa

II. 3.1) Pengertian Media Massa

Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas (Morissan, 2010 : 1). Istilah media massa mengacu pada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lainnya. Media massa sendiri diartikan sebagai saluran/media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Di dalam Bungin (2006 : 85) media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.

Massa pada media massa adalah non periodik manusia (rapat umum) dan massa pada tatap muka, dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan misalnya pada rapat umum, maka massa disini berada di suatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi

secara langsung (two way traffic communication) sesuai dengan komunikasi tatap muka

(Morrisan, 2010 : 1).

II. 3.2 ) Fungsi Media Massa

Menurut Muhtadi dalam bukunya “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek” (1999 : 84-85), fungsi dari media massa adalah sebagai berikut :


(41)

1. Menyiarkan informasi

Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat membeli media tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini.

2. Mendidik

Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat dijadikan media pendidikan massa

3. Menghibur

Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan.

4. Mempengaruhi

Melalui fungsi mempengaruhi pers memegang peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Secara luas fungsi ini juga digunakan oleh media untuk menguasai pendapat dan tanggapan dari masyarakat.

Ditinjau dari sasaran/komunikan media massa maka setiap manusia menerima pesan apakah dari media cetak, elektronik atau on line akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda

karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.

II. 3. 3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa

McQuail tahun 1987 (dalam Wahyudi, 1986 : 47-48) menyebutkan ciri-ciri khusus lembaga media massa adalah sebagai berikut :


(42)

a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya.

b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain,

pengirim dan penerima. Semua ini merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.

c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik dan

merupakan institusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima. Institusi media juga mewakili kondisi publik seperti yang tampak bila mana media massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik). d. Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa

adanya keharusan atau kewajiban sosial. Partisipasi anggota audien lebih mengacu pada mengisi waktu senggang dan santai.

e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada

imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.

f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya.

II.4. Televisi

II.4 1) Pengertian Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang


(43)

yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi

di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisiset).

Televisi lahir sebagai karya Alexander Edmund Becquerel dalam penemuan efek elektrokomia tentang cahaya dan mendorong pada berkembangnya media visual. Aplikasi prinsip-prinsip transmisi informasi visual dimulai pada tahun 1884 oleh Paul Nipkow, ilmuwan kebangsaan Jerman dengan karyanya “ Scanning-disc Transmitter and Receiver”. Pada saat yang tidak jauh berbeda, Edward Muybridge dan J.D. Issacs berhasil dalam membuat proyeksi gambar. Hasil eksperimen ini digunakan untuk mengambil gambar melalui gulungan film. Televisi diperkenalkan kepada publik pada acara Pameran Dunia tahun 1939 sejalan dengan perkembangan televisi kemudian berkembang pesat dan semakin populer di masyarakat.

II. 4. 2) Karakteristik Televisi

Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut (Usman, 2009 : 23) :

1. Media pandang dengar (audio visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar dimana orang-orang

memandang gambar yang ditayangkan dan sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar.

2. Mengutamakan gambar

Kekuatan dari televisi adalah dari gambar yang hidup sehingga lebih menarik dibanding dengan media cetak.

3. Mengutamakan kecepatan

Deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan


(44)

4. Bersifat sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi.

5. Bersifat satu arah

Bersifat satu arah dalm arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.

6. Daya jangkau luas

Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial dan ekonomi.

II. 4. 4) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan

Pesan yang disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-petimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran (Usman, 2009 : 25) yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pemirsa

Komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik kategori anak-anak, remaja, dewasa dan lainnya.

2. Waktu

Dalam hal ini media harus dapat mengatur dan menyesuaikan waktu penyangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Hal ini mengingat agar setiap program acara dapat ditayangakan secara proporsional.


(45)

3. Durasi

Durasi berarti jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi disesuaikan dengan jenis acara, tuntutan skrip atau naskah sehingga mencapai tujuan acara.

4. Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumya adalah untuk menghibur menginformasikan namun juga mendidik dan mempersuasi. Pesan yang ingin disampaikan harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat diterima baik oleh pemirsa.

II.5 Pemberitaan

II. 5.1) Pengertian Berita

Berita merupakan substansi utama di berbagai media jurnalistik baik cetak maupun elektronik. Berita juga menjadi semacam barang dagangan yang dijajakan media elektronik. Hampir semua kesempatan dan peristiwa menjadi bahan berita. Dan untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan keinginan, setiap stasion televisi swasta menyajikan “acara berita”, tanpa harus menyebutnya bahwa itu adalah berita, dalam nuansa yang berbeda-beda. Sehingga berita menjadi sesuatu yang sentral dalam media elektronik, karena baik media cetak maupun elektronik keduanya berfungsi sebagai media informasi (Muhtadi, 1999 : 106-107).

Menurut Bruce D. Itule dalam bukunya ”News Writing and Reporting for Today’s

Media” (dalam Muhtadi, 1999 : 108) berita didefenisikan dengan sebuah ungkapan “man

bites dog” yang secara abstraksi dipahami bahwa berita merupakan sesuatu yang belum


(46)

sebuah berita adalah ketika sesuatu itu menimbulkan keanehan, ketertarikan, ketidakpercayaan orang-orang. Namun disisi lain berita dapat didefenisikan sebagai “what

editors and reporters say it is”. Yang berarti bahwa kita mempercayakan pemilihan apakah

suatu peristiwa itu layak atau tidak layak menjadi berita kepada reporter.

Berita harus mengangkat sesuatu yang masih dianggap baru dan segar, meskipun kebaruan dan kesegaran itu tergantung dari sisi bagaimana serta kapan pembaca itu menerima informasi. Kesegaran berita itu juga bisa ditentukan oleh karena barunya pelaku dalam peristiwa itu, bedanya tempat kejadian, alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan sebagainya.

Evan Hill dan John J. Breen dalam bukunya Reporting and Writing the News (dalam

Muhtadi, 1999 : 112) memberikan beberapa kriteria berita yang baik dan menarik dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah berita itu merupakan laporan peristiwa-peristiwa baru, fakta-fakta, atau opini-opini?

2. Apakah berita memberikan informasi tentang sesuatu yang belum pernah pembaca

mengetahui sebelumnya?

3. Apakah berita itu menarik perhatian pembaca dalam jumlah yang signifikan,

bukan sekedar menarik perhatian penulis berita tersebut?

4. Apakah berita itu dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang

sesungguhnya terjadi?

II. 5. 2) Pengertian Pemberitaan

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun


(47)

pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta

lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang (Wikipedia).

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek . Dalam hal ini McQuail (dalam Morissan, 2010 : 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas media yang terbagi atas empat kriteria, yakni sebagai berikut :

a. Kebebasan media

Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap teori dasar mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat media lainnya dan mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebasdan kebebasan dalam membentuk opini. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini kebebasan

komunikasi memiliki dua aspek, yaitu: pertama, media dalam pemberitaannya harus dapat

menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan; kedua, memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam.

b. Keragaman berita

Media massa dalam menyebarkan berita tidak boleh hanya memberikan perhatian pada satu isu tertentu saja. Prinsip keberagaman berita (diversity) adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan (fairness). Dalam hal


(48)

ini prinsip keadilan dinilai berdasarkan pada principle of proportional representation (prinsip

keterwakilan secara proporsional).

Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan TV harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita. Dalam hal ini keragaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria sebagai berikut :

1. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keragaman realitas

sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. Dengan kata lain media harus mampu dan mau memberikan berbagai pilihan berita kepada audien.

2. Media dalam menyebarkan berita harus memberikan kesempatan yang lebih kurang

sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas dalam masyarakat.

3. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan

yang berbeda dalam masyarakat.

4. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu

(dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.

c. Gambaran Realitas

Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan (distorsi) terhadap realitas. Berita yang mengandung bias pada akhirnya kan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi (McQuail dalam Morissan, 2010 : 64). Beberapa cirri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut :

1. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan pejabat dan

kalangan elit di masyarakat.


(49)

3. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandangn yang sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan.

4. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau

sebaliknya.

5. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan.

6. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita criminal dan mengabaikan realitas

sesungguhnya di masyarakat. d. Objektivitas berita

Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Menurut Westerstahl (dalam Morissan, 2010 : 64), pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria, yaitu bahwa berita harus bersifat faktual, yang berarti berita ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan tidak berpihak (impartiality). Sifat faktual atau faktualitas mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada nara sumber berita dan tidak memasukkan komentar ke dalam laporan. Sifat faktual juga melibatkan kriteria kebenaran lainnya, kelengkapan penjelasan (5W1H).

Terkait pemberitaan yang disiarkan di stasiun TV khususnya stasiun TV di Indonesia, maka P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran) (dalam Morissan, 2010 : 67) menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, yang terdiri atas tiga prinsip yaitu :

a. Akurasi

Dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Dalam hal redaksi berita stasiun TV


(50)

memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya, maka ia harus menjelaskan kepada khalayak bahwa informasi itu berdasarkan versi sumber tertentu.

b. Adil

Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan atau potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil serta tidak merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan, dan bila sebuah program memuat potongan gambar atau potongan suara yang berasal dari acara lain, stasiun TV wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan gambar dan atau potongan suara tersebut.

c. Imparsialitas

Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik, stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta, dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini, pimpinan redaksi berita TV harus memiliki independensi untuk menyajikan berita dengan objektif, tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal, atau pemilik stasiun penyiaran.

II.6 Opini Publik

II.6.1 ) Pengertian Opini

Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Dan menurut William Albig (Sunarjo, 1984 : 31) opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang bersifat bertentangan. Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai rasa ragu-ragu terhadap suatu masalah yang lain


(51)

dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya. Pendapat atau opini itu tidak akan timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Sunarjo (1984 : 24) menjelaskan opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

II.6.2) Pengertian Publik

Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984 : 19) publik atau khalayak ramai adalah sejumlah orang yang mempunyai minat yang sama terhadap suatu persoalan tertentu. Memiliki minat yang sama bukan berarti memiliki pendapat yang sama. Bogadus mengatakan bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah (Sumarno, 1990 : 24).

Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990 : 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai berikut :

a. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu b. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut

c. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.

Terdapat empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992 : 139) dalam bukunya “Srategic Manajement, Public and Issues”, yaitu sebagai berikut ;


(52)

2. Apathetic publics : tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu

3. Single issue publics : aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas

4. Hot issue publics : baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang

dan isu menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas.

II.6.3) Pengertian Opini Publik

Menurut Lord Bryce (dalam Satropoetro, 1990 : 55), opini publik adalah suatu tumpukan atau kumpulan dari bermacam-macam hal yang saling bertentangan seperti berbagai pendapat, kepercayaan, fantasi, prasangka, aspirasi. Setiap masalah yang timbul makin menjadi penting dan menjadi subjek bagi proses konsolidasi dan peenguaraian sehingga tampil dan membentuk suatu pandangan tertentu atau satu kumpulan pendapat yang saling berkaitan, massing-masing memiliki dan mempertahankan diri pada anggota masyarakat. Selain itu menurut W. Philips Davison dalam bukunya “International Political Communication” (dalam Satropoetro, 1990 : 75) mengemukakan bahwa pendapat umum atau opini publik bukanlah semata-mata kumpulan penilaian individu-individu yang terlepas satu sama lain, tetapi merupakan suatu organisasi, suatu hasil koooperatif dari komunikasi dan pengaruh yang bersifat timbal balik.

Sementara Cutlip & Center menyatakan pengertian opini publik sebagai hasil pengumpulan pendapat para individu tentang masalah-masalah yang bersifat umum dan kontroversial (Sastropoetro, 1990 : 70). Pengertian-pengertian yang diberikan ahli untuk opini public berbeda-beda, namun tetap menonjolkan tentang adanya collective opinion atau

pendapat yang bersifat kolektif.

II. 6. 4) Proses Pembentukan Opini Publik

Menurut Bernard Henessy (Muhtadi, 1999 : 55-56) terdapat lima faktor penting yang menyebabkan terbentuknya opini publik sebagai berikut :


(53)

1. Adanya isu

Opini dapat diilustrasikan sebagai konsensus yang terbentuk dalam suatu arus perbincangan tentang suatu isu. Sedangkan isu dalam konteks ini adalah suatu persoalan kekinian yang sedang diperbincangkan dalam situasi ketidaksepakatan. Karena itu dalam suatu isu terdapat elemen-elemen yang mendorong munculnya kontroversi pendapat.

2. Adanya publik

Adanya kelompok yang jelas dan tertarik dengan adanya isu tersebut. Dalam satu sistem sosial terdapat banyak publik yang masing-masing terdiri dari individu-individu yang secara bersama-sama dipengaruhi oleh suatu aksi dan gagasan.

3. Adanya kompleksitas pilihan-pilihan dalam publik

Kompleksitas pilihan-pilihan ini merujuk pada totalitas opini berkaitan dengan isu yang menjadi perhatian seluruh anggota suatu publik. Pada setiap isu, perhatian publik akan dibagi menjadi dua atau lebih pandangan yang berbeda.

4. Pernyataan opini

Pandangan yang dapat membentuk opini publik adalah pandangan yang dinyatakan secara terbuka. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk menyatakan opini salah satunya adalah melalui media massa sebagai alat yang relatif paling efektif dan efisien.

5. Banyaknya individu yang terlibat

Besarnya publik tidak selalu ditentukan oleh jumlah mayoritas yang terlibat dalam perbincangan tentang isu. Publik yang terlibat tidak harus mereka yang memiliki gagasan awal ataupun mereka yang melahirkan isu dan signifikansi public terutama ditentukan oleh


(54)

efektvitas komunikasi yang berlangsung dalam proses pembentukan opini sampai pada pertimbangan dalam penepatan bahwa suatu opini telah menjadi opini publik.

II. 7 Teori Agenda Setting

II. 7. 1) Defenisi Teori Agenda Setting

Teori Agenda Setting pertama kali ditampilkan oleh Maxwell E. Mc. Combs dan Donald L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972 berjudul “The Agenda Setting Function of Mass Media”. Keduanya mengatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting (Effendy, 1993 : 287).

Lebih lanjut kedua ahli tersebut menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara berita yang disampaikan oleh media dengan isu-isu ysng dinilai penting oleh publik adalah merupakan salah satu efek dari media massa. Dearing dan Rogers tahun 1996 (dalam Morissan, 2010 : 89) mendefenisikan agenda setting sebagai persaingan terus menerus di

antara berbagai isu penting untuk mendapatkan perhatian dari para pekerja media, publik, dan penguasa. Sementara Jennings Bryant dan Susan Thompson 2002 (dalam Morissan, 2010 :

89) mendefenisikan agenda setting sebagai hubungan yang kuat antara berita yang

disampaikan media dengan isu-isu yang dinilai penting oleh publik. Dalam hal lain Mc.Combs dan Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya mempengaruhi publik, tetapi publik melihat kepada para profesional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada media ke mana publik harus memfokuskan perhatiannya.


(55)

II. 7. 2) Tahapan Agenda Setting

Menurut Everet M. Rogers dan James Dearing tahun 1988 (dalam Morissan, 2010 : 95) agenda setting merupakan proses linier yang terdiri atas tiga tahap sebagai berikut :

1. Penetapan agenda media (media agenda), yaitu penentuan prioritas isu oleh media

massa. Agenda memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut (Effendy, 1993 : 288-289): a. Visibility (visibilitas), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita

b. Audience salience, yaitu tingkat menonjolnya berita bagi khalayak atau relevansi

isi berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valence (valensi), mengenai menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Agenda media dalam cara tertentu akan mempengaruhi atau berinteraksi dengan apa

yang menjadi pikiran publik maka interaksi tersebut akan menghasilkan agenda publik atau agenda khalayak. Dimensi-dimensi agenda khalayak adalah :

a. Familiarity atau keakraban, yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu

b. Personal salience atau penonjolan pribadi, yaitu relevansi kepentingan dengan ciri

pribadi

c. Favorability atau kesenangan, yaitu pertimbangan senang atau tidak senang akan

topik berita

3. Agenda publik atau agenda khalayak akan berinteraksi sedemikian rupa dengan apa

yang dinilai penting oleh pengambil kebijakan sehingga menghasilkan agenda kebijakan (policy agenda). Dimensi-dimensinya agenda kebijakan adalah :

a. Support atau dukungan, yaitu kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu

b. Likelihood of action atau kemungkinan kegiatan, yaitu kemungkinan pemerintah


(56)

c. Freedom of action atau kebebasan bertindak, yaitu nilai kegiatan yang mungkin

dilakukan pemerintah.

Intensitas dan jumlah berita yang disampaikan media akan menentukan seberapa jauh pengaruh televisi dalam menciptakan kesadaran publik terhadap suatu isu. Namun sebaliknya kesadaran publik juga dapat mempengaruhi isi media ketika perhatian publik terhadap suatu isu tertentu meningkat terus menerus secara konsisten.


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana metode ini desriptif ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta. Penelitian dekriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian. Penelitian deskriptif ini tidak mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

III. 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara , Jl. Universitas No. 4, Padang Bulan, Medan.

III. 3. Populasi dan Sampel

III. 3. 1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa Fakultas Hukum USU program regular S-1 angkatan 2008 yang pernah menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One minimal satu kali yakni sebanyak 298 orang.


(58)

Tabel 2. Populasi

Departemen Jumlah

Hukum Internasional 31 orang

Hukum Perdata 85 orang

Hukum Pidana 90 orang

Hukum Ekonomi 69 orang

Hukum Administrasi Negara 17 orang

Hukum TataNegara 6 orang

Total Populasi 298 orang

Sumber : BA/DEPARTEMEN TA :2011/2012

III. 3. 2) Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1995 : 144). Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yaitu :

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n = Sampel


(59)

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel dapat dilihat sebagai berikut :

=

= 74,874

Dibulatkan menjadi 75 orang. III. 4. Teknik Penarikan Sampel

III. 4. 1) Proporsional Stratified Sampling

Proporsional Sampling adalah teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogeny dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel ( Kriyantono, 2004 : 79).

Tabel 3 Penarikan Sampel

Departemen Populasi Penarikan Sampel Sampel

Hukum Internasional 31 orang 8 orang

Hukum Perdata 85 orang 21 orang

Hukum Pidana 90 orang 23 orang

Hukum Ekonomi 69 orang 17 orang

Hukum Administrasi Negara 17 orang 4 orang


(1)

disimpulkan mayoritas mahasiswa menilai ingin untuk mendapatkan stimulus dan pesan tentang budaya korupsi di Indonesia dan cara penanganannya setelah menyaksikan tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One. Hal ini didukung oleh semakin maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan masing-masing penanganannya belum dapat diselesaikan dengan baik.

IV. 4 Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data yang berbentuk analisis tabel tunggal, maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang berguna untuk melihat hasil penemuan peneliti nantinya melalui pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan.

Seperti yang peneliti utarakan dalam latar belakang penelitian ini, pemberitaan di televisi merujuk pada penyebaran informasi terbaru khususnya TV One. Pemberitaan di TV One dapat berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dan menyajikan perkembangan-perkembangan terbaru dari berita lokal maupun internasional.

Seperti informasi yang saat ini gencar-gencar di televisi khususnya TV One adalah berita tentang kasus korupsi Wisma Atlet tahun 2011 dengan tersangka mantan bendahara umum Partai Demokrat, Nazaruddin. Kasus ini berkembang pada penyelesaian yang tidak pernah ada oleh sebuah komisi yang berwenang menangani kasus pidana korupsi di Indonesia yakni KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kemudian pemberitaan yang berkembang adalah justru mengenai kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi. Dari beberapa detik hingga beberapa jam baik pagi, siang dan malam pada periode agustus-oktober, pemberitaan mengenai kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin semakin gencar dilakukan oleh TV One. Mengangkat topik-topik yang berbeda dalam setiap penayangannya namun materi utama adalah mengenai kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin dan berkembang hingga detik ini. Gencarnya pemberitaan yang disajikan oleh


(2)

media khususnya TV One mengenai kinerja KPK ini memberikan sebuah stimulus kepada masyarakat pada umumnya, tentang permasalahan yang terjadi di negeri Indonesia. Masyarakat bebas menyuarakan pendapat dan aspirasinya dalam memahami kondisi budaya korupsi yang tidak pernah ada habisnya. Mengenai hal ini peneliti dapat melihat gencarnya pemberitaan yang diberikan media dapat membentuk agenda publik yang pada akhirnya dapat menjadi sebuah agenda kebijakan pada pemerintah.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden tertarik terhadap program berita di TV One karena para responden memberi persepsi menarik pada teknis penayangan pemberitaan, materi berita yang disampaikan, pembawa berita, aktualisasi berita dan manfaat dari pemberitaan terhadap pengetahuan. Secara khusus pada responden yang tak lain adalah mahasiswa fakultas hukum mengaku pemberitaan tersebut dapat menambah pengetahuan dan mampu menciptakan daya nalar dan opini yang kritis mahasiswa.

Disini peneliti menyimpulkan bahwa terdapat sisi positif dari tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.


(3)

BAB V

PENUTUP

V. 1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Isi tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin yang dibawakan oleh pembawa berita dalam setiap program berita di TV One, mampu membuat mahasiswa memiliki opini yang kritis tentang kondisi penanganan kasus korupsi di negeri Indonesia dan menambah serta memahami setiap informasi-informsasi yang berkembang.

2. Tayangan pemberitaan mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One dapat dimengerti, dipahami dengan baik, dan diberi nilai positif oleh mahasiswa Fakultas Hukum USU Program regular S-1

3.Teknis penayangan pemberitaan yang disajikan oleh TV One terangkum dalam News One dan Talk Show One, mampu menambah kreativitas mahasiswa dalam memahami program pemberitaan yang baik dan aktual baik dari segi waktu tayang dan materi-materi berita yang disajikan.

4.Setiap pemberitaan yang gencar-gencarnya dilakukan oleh media dalam hal ini TV One dalam periode waktu tertentu mampu membentuk opini mahasiswa.


(4)

V. 2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan tayangan suatu pemberitaan yang mengangkat oknum atas satu nama tertentu, tidak memihak hanya pada nama tersebut yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan terhadap objek beritanya.

2. Diharapkan dalam penjelasan informasi yang disampaikan dapat lebih jelas tidak terlalu terburu-buru dengan penyampaian yang terlalu cepat baik dari pembawa berita maupun narasumber untuk menghindari gangguan komunikasi.

3. Diharapkan TV One sebagai salah satu televisi swasta yang mencakup 70% berita dapat senantiasa memberikan informasi yang teraktual, terpercaya dan terdepan yang secara tidak langsung dapat mendukung pemerintah dalam menangani kasus korupsi di negeri Indonesia.

4. Diharapkan TV one dapat menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan akan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya mengenai pemberitaan-pemberitaan yang berkembang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Astrid, Phil. 1975. Pendapat Umum. Bandung : Penerbit Bina Cipta

Baskin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada Jefkins.

Djunasih, Sunarjo. 1984. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2005. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Lipmann, Walter. 1998. Opini Umum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

---. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Ghalia Indonesia Anggota IKAPI

Muhtadi, A. Saeful. 1999. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. Bandung : Logos

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM Press


(6)

Nurudin, Syaifullah. 2004. Medi Relations : Panduan Praktis Public Relations. Malang : Cespur

Olii, Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta : PT Indeks.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

---. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Satropoetro, Santoso.1990. Komunikasi Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Sumber Lain :


Dokumen yang terkait

Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB –

0 68 126

Fatwa Mui Dan Opini Publik (Studi deskriptif Opini Mahasiswa Anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )

1 62 129

Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

1 66 107

Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU).

1 31 124

Opini Mahasiswa Terhadap Tayangan MTV Insomnia Di Global TV(Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

1 25 93

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif tentang Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Metro TV terhadap Pembentukan Opini Mahasiswa FISIP USU)

2 35 105

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

OPINI MAHASISWA TENTANG TAYANGAN SINETRON INSYAF DI TRANS TV (Studi Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

0 18 2

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 13 117

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 15