Pendidikan Ekonomi Syariah KAJIAN PUSTAKA
66 inflasi. Dengan demikian, pendidikan ekonomi Islam haruslah berlandaskan
secara kuat pada Al-Qur’an dan Hadits, serta dalil-dalil syar’i lainnya. Namun juga diiringi dengan kajian kontekstual yang berorientasi pada pemecahan
masalah kekinian. Sehingga tujuan Islam sebagai rahmatan lil ’alamin dan tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi dapat tercapai.
Akan tetapi, kajian kontekstual ini sepatutnya mendorong kita untuk terus berinisiatif, kreatif dan solutif melihat kondisi masyarakat dengan terus menggali
khazanah keilmuan Islam. Bukan malah terjerumus meninggalkannya dan mengikuti logika semata. Batasan-batasan Syariah harus tetap dipegang. Sebab
tidak boleh berijtihad tanpa ilmu, tanpa ada dalil qath’i yang mendasari. Penggabungan metode tekstual dan kontekstual dilakukan untuk menghindari
kejumudan pemikiran, untuk terus mengembangkan ekonomi Islam yang masih senantiasa berproses. Padahal kebutuhan terhadapnya terus meningkat. Sedangkan
kejumudan merupakan kemunduran yang besar.
Ketentuan Allah SWT yang berkaitan dengan manusia disebut sebagai syariat yang artinya adalah jalan atau hukumaturan. Menurut Imam Ghazali,
tujuan utama syariat adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan aqidah, kehidupan, akal, keturunan dan harta benda
maal mereka. Segala sesuatu yang menjamin terlindungnya kelima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan oleh karenanya dikehendaki oleh manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan ekonomi syariah merupakan bidang kajian ekonomi yang memfokuskan pada tema pokok
Kondisi dan situasi terkini persoalan ekonomi yang berupaya untuk memandang,
67 menganalisis dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi
dengan cara yang islami yang didasarkan pada ajaran dienul islam yaitu al-qur’an dan sunnah Rasulullah serta kaidah hukum islam lainnya serta upaya peningkatan
kurikulum ekonomi, materi‐materi pembelajaran, teknik‐teknik pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran ekonomi syariah
pada semua jenjang pendidikan guna melahirkan ekonom-ekonom yang mujtahid.
Tujuan pendidikan ekonomi syariah adalah apa yang dicita-citakan dan tertuang dalam Maqashid Syariah atau tujuan-tujuan syariah. Menurut Umer
Chapra 2005 : 12 Sebuah tujuan yang melingkupi terjaminnya keamanan dan keselamatan akal, terjamin dan keselamatan jiwa, terjaminnya keamanan dan
keselamatan harta, terjaminnya keamanan dan keselamatan keturunan dan juga terjaminnya keselamatan dan keamanan akidah atau agama. Konteks ekonomi
Syariah kajiannya akan lebih spesifik. Bagaimana suatu pendidikan yang baik akan menghasilkan seorang Umar bin Abdul Azis yang cerdas mengatasi krisis
seperti pendahulunya sang Khalifah Umar ibnu Khattab. Pendidikan dan pembelajaran yang Umar lakukan telah banyak dan sepatutnya menginspirasi
metode pendidikan saat ini agar dapat melahirkan generasi-generasi yang serupa. Bahkan dalam suatu riwayat terkait tentang pentingnya pendidikan ekonomi
Syariah menyebutkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab ra. berkeliling pasar, dan berkata :
“Tidak boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang telah mengerti fiqh muamalah dalam agama Islam”. H.R.Tarmizi
68 Penekanannya sangat jelas bahwa dalam mengembangkan harta,
berinvestasi dan berbisnis, serta kegiatan ekonomi lainnya tidak boleh sekehendak hati, tetapi harus sesuai petunjuk agama ad-din.
Demikian arahan pendidikan ekonomi Islam adalah untuk mempelajari, mendalami dan mengeksplorasi serta mengembangkan kaidah-kaidah Islam
dalam bermuamalah. Sehingga dapat menemukan pemecahan atas persoalan ekonomi yang terjadi di masyarakat, bukan sekadar menghidarkan diri dari
hal-hal yang syariat larang. Maka, jika dalam metode pengajaran secara luas, outputnya adalah seorang ’alim dibaca: berilmu, maka pada kasus
pendidikan ekonomi Islam, tujuannya adalah melahirkan ekonom-ekonom mujtahid. Disebut ekonom sebab ia mendalami dan mengembangkan ilmu
ekonomi baik secara tekstual maupun kontekstual, dinamakan mujtahid, karena ia turut mengeksplorasi khazanah ilmu syariah seperti ushul fiqh, tarikh
tasyri’, fiqh muamalah, dan lain-lain, dalam mendukung perekonomian yang searah dengan maqasid syariahnya. Nampaknya hal tersebut mungkin sulit
pencapaiannya saat ini, tetapi dengan metode pendidikan yang komprehensif dan terintegrasi, ke depan pendidikan bervisi sedemikian dengan izin Allah
SWT bukanlah impian.