2. Peningkatan Ketekunan Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati Sugiyono, 2014:125. Sebagai
bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait
dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar atau tidak. 3. Penggunaan Referensi
Referensi digunakan sebagai pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti Sugiyono, 2014: 128. Dalam penelitian ini,
referensi yang digunakan yaitu rekaman wawancara untuk mendukung data hasil wawancara dan foto-foto yang menggambarkan suatu keadaan untuk
mendukung data tentang interaksi manusia. Foto tersebut digunakan untuk melengkapi data sehingga data yang ditemukan menjadi lebih dipercaya.
3.9.2 Uji Transferability
Uji transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Transferabilitas berkenaan dengan pertanyaan, sejauh mana hasil
penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain Sugiyono, 2014: 130. Nilai transfer akan dilakukan dengan menerapkan hasil penelitian
di satu SD dengan SD yang lain dengan situasi sosial yang sama. Jika hasil penelitian dapat diberlakukan di situasi sosial yang sama, maka dapat
dikatakan memenuhi standar tranferabilitas. Peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas,
dan sistematis, dan dapat dipercaya agar orang lain dapat memahami hasil penelitian sehingga ada kemungkinan menerapkan hasil penelitian tersebut.
Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga pembaca dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk
mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain.
3.9.3 Uji Dependability
Dependability dalam penelitian kualitatif disebut reliabilitas. Uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian Sugiyono, 2014: 131. Caranya dilakukan oleh auditor independen atau dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti melaporkan data yang didapat melalui pengamatan, wawancara, catatan lapangan serta dokumentasi untuk
menunjukkan bahwa peneliti benar-benar melakukan proses penelitian secara sistematis sesuai dengan metode kualitatif. Selain itu auditor juga melakukan
penilaian terhadap kegiatan peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data, misalnya bagaimana peneliti menggunakan triangulasi.
Selanjutnya auditor memberikan umpan balik kepada peneliti apabila terdapat kekurangan, kekeliruan dan bagaimana cara mengatasinya.
3.9.4 Uji Konfirmability
Uji konfirmability disebut uji obyektifitas penelitian dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati
banyak orang Sugiyono, 2014:131. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji depandability sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakuan. Bila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Pada uji konfirmability
peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang didapat dari proses pengumpulan data, analisis data, sampai pada keabsahan data sehingga dicapai
derajat kepercayaan yang dapat disepakati banyak orang.
76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Deskripsi Kesulitan Belajar Matematika
4.1.1.1 Kesulitan Memahami Konsep Pada observasi pembelajaran di SDN Candirejo 02, peneliti menemukan
bahwa siswa belum memahami konsep bilangan pecahan dengan baik. Guru mengulang kembali materi pecahan yang telah diajarkan pada materi sebelumnya.
Pengulangan materi tersebut dilakukan dengan metode ceramah. Kesulitan siswa dalam memahami konsep perbandingan pecahan dapat
ditandai dengan kesulitan ketika diminta mengurutkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Seperti mengurutkan bilangan pecahan
, ,
dari yang terbesar. Siswa belum memahami bahwa semakin besar bilangan penyebut menunjukkan
pecahan yang semakin kecil. Kesulitan siswa dalam memahami pecahan juga didukung oleh kutipan wawancara dengan guru G-1 sebagai berikut.
“Menurut pengamatan saya, materi yang sulit itu materi bilangan pecahan,...”.
Selanjutnya di SDN Genuk 01, peneliti juga menemukan bahwa siswa belum memahami konsep perbandingan pecahan. Berdasar hasil lembar jawaban
diketahui siswa tidak menjawab dengan benar ketika diminta untuk mengurutkan pecahan
, ,
, . Kesalahan siswa S-24 dalam menjawab dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut.